4➶

833 110 47
                                    

"Yuno-san!" Teriak Juvia. "Ada apa?" Tanya Yuno menoleh kebelakang.

"Bolehkah saya pulang bersama anda?" Kata Juvia tergesa-gesa, "Rumah saya searah dengan Yuno-san" Sambungnya.

"Terserah." Ucap Yuno meninggalkan Juvia. Juvia langsung berjalan menyeimbangkan jaraknya dengan Yuno.

"Kenapa anda tidak menggunakan mobil?" Tanya Juvia menatap kearah Yuno. "Tidak, aku tidak ingin." Balas Yuno tanpa membalas balik tatapan Juvia.

Juvia yang melihat Yuno hanya cemberut kesal. "Ada apa dengan orang ini?!" Batinnya mencibir.

"Ayo kapan-kapan saya traktir makanan dicafe sekitar sini." Tawar Juvia menarik lengan baju Yuno, Tetapi Yuno hanya berdehem.

"Apakah itu tandanya anda mau, kan?!" Kata Juvia senang. "Lihat saja nanti." Balas Yuno mengabaikan Juvia
"Baiklah!, besok pagi akan saya traktir"
.
.
.
.
.
"Kenapa Yuno lama sekali?, padahal sudah jam sepuluh malam." Gumam (y/n) khawatir, dia terlihat gelisah karena ini sudah lewat jam pulang kerja. Tanpa pikir panjang ia langsung keluar dari rumah menggunakan lengan pendek tanpa memakai jaket.

Ia sedikit berlari kecil dan menatap disekitaran. "Bukankah itu Yuno?" Kata (y/n) menyipitkan matanya. "Yun-..." Teriakan (y/n) seketika berhenti. Ia kaget melihat sang suami sedang dipeluk oleh wanita lain.

"Yuno?..." Panggil (y/n) membeku. Yuno yang merasa dirinya sedang dipanggil namanya langsung menoleh kearah sumber suara. Ia kaget, matanya membelalak panik. Tanpa basa-basi Yuno mendorong Juvia dari arah pelukannya. "Y-yuno-san?..." Gumam Juvia bingung.

Sementara (y/n) yang melihat itu, ia perlahan mulai berjalan mundur dan lari meninggalkan mereka berdua disana.

"(y/n), tunggu!" Teriak Yuno. Ia ingin mengejar sang istri tetapi lengannya malah ditahan oleh Juvia. "Itu siapa?" Tanyanya polos. Yuno hanya pasrah dan membiarkan (y/n) meninggalkannya. Ia hanya menatap Juvia lesu.

"Itu istriku."

Juvia langsung shock yang mendengar itu secara langsung dari Yuno. "I-istri?..." Katanya sambil menutupi mulut.

"M-Maafkan aku, aku tidak tau jika Yuno-san sudah beristri..." Sambungnya memegangi tangan Yuno. "Biarkan, ini sudah terjadi." Ucap Yuno menghela nafas panjang. Ia lalu meninggalkan Juvia sendirian dipinggir jalan.

Juvia kini benar-benar ingin menangis. Liquid bening mulai menetes dikedua pipi Juvia. "Kenapa?... Kenapa bisa seperti ini?!" Gumamnya disela-sela tangisnya, "Orang yang kusayangi..." Isak tangis mulai memecah, ia merasa dirinya benar-benar hancur tatkala pujaan hatinya ternyata sudah berumah tangga.

"Aku tidak peduli..." Katanya menggenggam erat pergelangan tangannya, "Aku pasti bisa memiliki Yuno-san" Sambungnya meremas pakaiannya sendiri.

Sementara (y/n) kini menangis dalam diam dikamarnya. Langkahan kaki terdengar didepan pintu kamar, yang menunjukkan bahwa Yuno sekarang sudah kembali. Ia lalu menghampiri sang istri.

"Itu tadi siapa?" Tanyanya menahan tangis. Sesekali (y/n) menoleh kebelakang

"Kau salah paham, itu hanya..." Yuno tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi, ia memilih untuk diam dan mengalah, "Maafkan aku" Sambungnya pelan. Isakan tangis
(y/n) kini sudah tidak bisa ditahan lagi.

Ia hanya bisa menangis diatas kasur, Tangannya menutupi seluruh bagian wajahnya. ia berusaha menghentikan tangisannya yang pecah. Yuno lalu menghampiri sang istri dan memeluknya. Meskipun ia meringis sakit, Yuno tetap mencoba meraih tubuh (y/n) kedalam pelukannya.

"Kenapa?... Kenapa harus aku?" Lirih (y/n) sesekali memukuli badan Yuno.

"Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf." Yuno memilih berlarut menenggelamkan wajahnya dibahu (y/n).

"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu!" Pekik (y/n) yang masih terisak. "Aku tidak mau" Kata Yuno mengeratkan pelukannya.

"Kumohon kali ini pergilah..." Ucap
(y/n) pasrah, Yuno lalu melepaskan pelukannya dan mengiyakan permintaan (y/n) yang masih terisak itu. "Aku akan tidur disofa saja." Kata Yuno sambil membawa bantalnya dan pergi meninggalkan (y/n) sendirian dikamar dan menuju kearah ruang tamu.

Perut (y/n) terasa keram, dan matanya terasa bengkak karena terus-menerus menangis, Akhirnya ia mencoba untuk menghentikan tangisnya itu.

"Dasar bodoh!, apa yang aku lakukan tadi?!" Gumam Yuno mengacak-ngacak rambutnya,
"Terus, bagaimana sekarang?!"
.
.
.
.
.
Matahari pagi mulai memancarkan sinarnya, Yuno kini terbangun oleh suara alarm dari ponsel pintarnya. Tangannya meraba-raba mencari ponsel miliknya dan mematikan alarm tersebut dengan mata yang masih berat.

Yuno lalu beranjak dari sofa dan pergi ke kamar untuk melihat sang istri, tetapi tidak ada disana, "Dimana
(y/n)?" Gumamnya menoleh kesana-kemari. Ia terus mencarinya di semua ruangan rumah tetapi tetap saja tidak menemukannya.

"Sekarang dimana dia?!" Keluh Yuno memegangi keningnya.

oOoOo

"Pagi Felix" Sapa (y/n) yang baru saja datang ke cafe milik Felix. Felix yang mendengar suara (y/n) langsung menoleh, "Ternyata kau datang juga, (y/n)-chan" Ucapnya menghampiri
(y/n) dengan senyuman manisnya.

"Kenapa kau datang sendirian?" Tanya Felix, "Dimana suami mu?" Lanjutnya.

"Euhm soal itu... Dia masih tertidur, dan juga tak lama dia akan bekerja." (y/n) mencoba untuk mengelak.

"Oh, begitu ya? baiklah kau duduklah." Pintah Felix. "Kau mau apa?" Tanya Felix memberikan buku daftar menu.

"Americano saja."

"Memangnya tidak apa?, bukankah kau sedang mengandung saat ini?"

"Sekali saja mungkin tak apa." Ucap (y/n) menggaruk pipinya.

oOoOo

"Yuno-san!" Suara Juvia terdengar dari balik pintu ruang kantor milik Yuno. "Masuklah." Sahut Yuno.

"Ada apa?" Tanya-nya malas.

"Ayo kita ke cafe!" Ajak Juvia menarik lengan Yuno.

"Pergilah sendiri. Aku sangat pusing."

"Tapi...-"

"Pergilah, kumohon jangan ganggu aku sehari saja." Mohon Yuno mengusap-usap wajahnya.

Juvia lalu keluar dan mendobrak pintunya. Karyawan yang melihat Juvia yang sedang marah kini menghampirinya. "Juvia-chan, kau kenapa?" Tanya wanita bersurai coklat, dia adalah asisten pribadi Yuno. "Kelihatannya kau sangat marah?" Sambung wanita yang satunya.

"Yuno-san menolak ajakan-ku." Kata Juvia sedih.

"Memangnya kau siapanya?" Sahut wanita itu. "Ingat, dia sudah beristri!" sambungnya sambil menyilangkan tangannya didepan dada. "Dia benar. Sebaiknya kau jangan dekat-dekat dengan Yuno-san." Pintah asisten Yuno.

"Ha?, Memangnya kalian siapaku?" Ucapnya menaikkan satu alisnya, lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Ingatlah, aku ini seniormu. Dasar wanita gatal!" Bentak wanita itu kesal.
"Sudahlah, mengalah saja dengan yang lebih muda." Sahut asisten Yuno menenangkan temannya.
.
.
.
TBC

Yusnee: yeu.., didiemin ngelunjak!

𝐃𝐢𝐬𝐠𝐮𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (Yuno x Readers)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora