6➶

693 88 47
                                    

"Yuno-san!" Teriak Juvia yang baru saja datang ke kantor sambil mendobrak pintu ruang milik Yuno. "Duh, kau lagi." Pekik Yuno lelah.

"Kenapa aku tadi ditinggal?!" Tanya Juvia sedikit kesal.

"Memangnya kau siapaku?."

"Ah..., kau masih tidak menganggapku, ya?" Gumamnya kecewa, dadanya sekarang merasa sesak.

"Lebih baik kau keluar, dan mencari laki-laki dikantor ini." Ucap Yuno yang sedang sibuk dengan berkas-berkas miliknya. Tanpa basa-basi, Juvia memegangi kedua pipi milik Yuno dan berkata,

"Aku tidak akan mencintai laki-laki lain sebelum kau mencintaiku balik." Kata Juvia disela-sela senyumnya.

"Apa yang kau lakukan, lepaskan!" Pekik Yuno dengan penuh emosi. Dia lalu berdiri dan mendorong pundak Juvia agar bisa lepas dari dekapannya.

"Aku tidak akan pernah mencintaimu, walaupun hanya kau wanita satu-satunya di dunia ini!" Katanya membelakangi Juvia.

"Tapi..."

"Tolong keluarlah, atau Satpam yang akan menyeretmu keluar?"

Juvia sedikit terisak, dia lalu membuka pintu dan berlari keluar kantor. Hatinya kini dibuat hancur karena perkataan Yuno.
"A-Aku... Aku ingin menyerah, hiks." Katanya dengan isakan. "Tetapi aku tidak bisa." Genggaman erat mengepal ditangannya.

.....

"Maaf, kau menghambat orang-orang yang akan masuk ke cafe-ku." Kata Pria bersurai coklat itu.

Juvia baru menyadari bahwa dia sekarang sedang menangis ditengah ramainya jalan. "Anu... M-Maafkan akuu." Ucapnya sedikit malu.

"Uhm, Matamu sedikit bengkak. Apa kau baru saja menangis?" Tanya Pria itu. Juvia tiba-tiba menangis lagi sambil menganggukkan kepalanya.

"Eh!, Kenapa kau menangis?!" Bingung Pria tinggi itu, "Kau masuklah ke cafe." Pintahnya. Ia lalu menuntun Juvia masuk kedalam dan mencarikan tempat yang kosong.

"duduklah di sini, kau ingin kubuatkan apa?"

"Aku tidak ingin apa-apa." Katanya yang masih sedikit terisak.

"B-baiklah, jika kau ingin menceritakan masalahmu, cerita saja sekarang." Tawarnya, "Aku akan mendengarkannya."

"Sebelumnya maaf, siapa namamu?" Tanya Juvia heran.

"Oh aku lupa, namaku Felix." Kata Felix menyalurkan tangan untuk bersalaman. "A-aku Juvia." Ia menerima saluran tangan Felix dan bersalaman.

"Jadi, kenapa kau tadi menangis di depan cafe-ku?"

Juvia mengalihkan pandangannya dan melihat kebawah. "Laki-laki yang kusukai tidak menyukaiku sama sekali." Katanya dengan nada gemetar.

"Jadi, kenapa kau tidak menyukai laki-laki lain saja?" Tanya Felix.

"Aku tidak bisa!, dia adalah cinta pertamaku..." Balasnya dengan menatap Felix tajam, "Sampai aku menolak banyak laki-laki diluar sana..."

"Aku tau apa yang kau rasakan." Kata Felix tersenyum kecil,
"Aku juga masih mencintai masa laluku, tetapi aku terlambat untuk mengungkapkannya. Sekarang dia sudah bersuami." Sambungnya dengan sedikit kecewa.

"Masa lalu?, apakah maksudnya itu mantanmu?"

"Kau benar." Balas Felix tersenyum sambil menutup matanya, Ia terlihat manis jika dilihat dari jarak dekat.

"Kenapa kau tidak mengungkapkan cintamu?!" Tanya Juvia menggebrak meja, "Ungkapkan saja, siapa tau mantanmu menyukaimu juga."

"Aku tidak ingin merusak rumah tangga mereka." Kata Felix, "Aku paling benci dengan orang yang ingin merusak kebahagiaan orang lain." Sambungnya.

Juvia hanya terdiam, dia merasa tersindir karena ucapan Felix tadi.

"Eh, maafkan aku... Mungkin aku terbawa suasana, hahaha." Ucap Felix sambil menggaruk tengkuknya.

"I-itu sudah biasa..." Balas Juvia kikuk.

"Kau pesanlah sesuatu jika kau ingin, aku akan melayani pembeli dulu."

"Baiklah."

oOoOo

"Aku bosan sekali dirumah..." Gerutu (y/n) berguling-guling diatas kasur.

Sesuatu ide muncul di otak (y/n).
"Ah, benar juga. Aku akan pergi ke cafe Felix dan mampir ke Noelle untuk melihat anaknya yang baru lahir."

Ia pun bergegas mengganti baju lalu pergi ke cafe Felix berada, yang dibutuhkan (y/n) sekarang hanya teman mengobrol saja.

"Padahal ini sudah siang, tetapi kenapa udaranya masih sejuk, ya?" Tanya (y/n) kepada diri sendiri.

Kedua tangan mungilnya mengelus-ngelus perutnya yang sedikit membesar, kemungkinan kini kandungan-nya sudah berusia 3bulan.

"Punggung-ku lelah sekali, apakah semua ibu hamil juga begini?" Cibir (y/n). Tak lama, (y/n) melihat Felix yang sedang mengantarkan wanita pergi dari cafenya. Wanita itu adalah Juvia tadi, tetapi (y/n) tidak tau jika itu Juvia.

"Felix!" Teriak (y/n) melambaikan tangannya. Felix yang merasa dirinya dipanggil langsung menoleh dan membalas lambaian (y/n).

"(y/n), kau terlihat imut memakai mantel ini." Kata Felix sedikit malu.

"Benarkah?, Mantel ini terlihat sedikit besar jika aku yang memakainya." Balas (y/n) tertawa kecil.

"Jika kau mau, aku akan membelikan mantel yang baru." Tawar Felix, "Tidak usah, lagipula musim dingin akan segera berlalu."

"Oh benar juga, baiklah. Kau ingin pesan apa?" Tanya Felix sambil menunggu (y/n) melihat-lihat menu di buku daftar.

"Aku bingung, bagaimana jika aku memesan yang paling enak di sini?" Balas (y/n).

"Duh, padahal semua makananku enak-enak, loh..." Kata Felix sedikit tertawa.

"Kau benar. Bagaimana jika aku memesan Udon saja, ya?"

"Ternyata sampai sekarang kau masih belum berubah, ya?" Ucap Felix sedikit bernostalgia. "Kau masih ingat ternyata."

"Baiklah, aku akan bilang ke pelayan dulu. Tunggu sebentar."
.
.
.
TBC

𝐃𝐢𝐬𝐠𝐮𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (Yuno x Readers)Where stories live. Discover now