20➶

465 51 19
                                    

Jemari lentik terlihat sedang sibuk mengiris dan memotongi bahan-bahan masakan yang ada di dapur. Dua pasang tangan lain melingkar di kakinya.

"Okaa-san, lihat-lihat!"

"Bagus tidak?!"

Seru Adrian dan Gilbert.

Senyuman lembut terbit, matanya menyipit bersamaan menatap rambut kedua putra kesayangannya.

"Yuno, Felix!" Pekik (y/n), "Kalian menguncir rambut anak-anak lagi?!" Teriakannya terdengar keras di dalam ruang tamu. Cengengesan terlihat dari kedua pria yang sedang asik duduk di sofa sambil melihat acara tv kesukaan mereka.

"Ehehe..."

(y/n) menghela nafas sejenak, wanita itu berkacak pinggang menatap kedua putranya."Apanya yang ehe, kalian ini benar-benar terobsesi untuk punya anak perempuan atau bagaimana, ha?
Anak kalian ini Lanang!"

Sementara Gilbert dan Adrian kembali ke kedua ayah mereka, ikut duduk di sofa sambil menikmati beberapa kue kering yang sering dibuat ibunya.

"Hei Yuno, bolehkah aku bertanya?" Kata Felix dengan tatapan memandangi kedua putranya yang berada di depannya.

Perhatian Yuno teralihkan, dan menatap Felix, "Apakah kau sempat menikahi Juvia?"

(y/n) hanya diam dan masih sibuk mengiris, matanya mengerjap pelan mendengarkan obrolan kedua suaminya yang berada di depannya.

"Tidak, hanya sampai bertunangan saja." Ujar Yuno, "Tetapi aku sudah membatalkan tunangannya.'' Sambungnya menerawang ingatan masa lalu.

Adrian menoleh ke arah Yuno, lalu menyahuti "Siapa itu... Juvia?" Tanyanya dengan polos. "Apakah istri Yuno Otou-san yang kedua?"

Pertanyaan Adrian berhasil membuat panik kedua pria yang ada di depannya.

"Punya istri lain selain Okaa-san?" Tanya Gilbert menatap manik Yuno, Pria itu mulai berkeringat.

"Sstt... Kecilkan suara kalian!" Pintah Felix dengan nada kecil, tetapi tidak di dengarkan oleh mereka.

"Okaa-san!, Yuno Otou-san punya istri lagi ya?!" Tanya Adrian berteriak.

"Jadi benar ya, Otou-san punya istri selain Okaa-san?..." Lirih Gilbert berteriak kesal.

Felix mencoba untuk menenangkan situasi, "B-bukan begitu, anak-an--"

"Tidak!"

Suara (y/n) terdengar tajam memotong ucapan Felix, "Yuno tidak memiliki istri lain!"

Wajah (y/n) terlihat memerah padam, marah karena Yuno dan Felix bercerita mengenai Juvia.

"(y/n)?"

"Okaa-san?"

Tanya mereka berempat bergumam. Terkejut dengan perkataan (y/n) yang terkesan tajam dan menakutkan. Gilbert dan Adrian bahkan tidak berani menatap mata (y/n) sedikitpun.

Felix berbisik pada mereka berdua, "Ayo anak-anak, kembali ke kamar kalian."

"B-baik."

Gilbert dan Adrian berjalan dengan menunduk tanpa berani menatap wajah marah (y/n). Pasalnya baru kali ini mereka berdua melihat dan menyaksikan (y/n) marah, karena biasanya wanita itu tidak akan marah sebesar apapun kesalahan yang mereka perbuat. Gilbert dan Adrian terlalu takut bertanya kenapa (y/n) sangat marah mendengar nama Juvia.

Yuno dan Felix menatap punggung anak-anak mereka yang menjauh dan menutup pintu kamar mereka dengan rapat.

Mereka berdua berjalan menghampiri (y/n). Felix tersenyum maklum, kedua tangannya mengurut pelan bahu (y/n) yang tegang. Sementara Yuno memegangi telapak tangan (y/n) dan membawa wanita itu duduk di sofa yang mereka duduki tadi.

"Sayang, dengarkan penjelasan Yuno dulu." Gumam Felix lembut. Yuno duduk dan masih memegangi satu tangan (y/n) yang pucat karena kedinginan. Satu tangannya lagi di pegang erat oleh Felix.

Yuno menatap mata (y/n) lembut, satu tangannya lagi mengusap pipi (y/n) yang terlihat memerah.

"Pipimu memerah seperti buah plum." Kekeh Yuno pelan, Yuno menghela nafas dalam.

"Mengenai Juvia tadi," Ucapnya, Mata Yuno dan Felix bisa melihat kerutan tidak suka di antara dua alis mata
(y/n).

"Aku mohon, jangan sebut nama wanita itu lagi di depanku..." Pintah (y/n) membuang muka.

"M-maaf."

"Sudah saatnya kau berdamai dengan masa lalu, (y/n)." Sahut Felix mengelus surai blonde sang istri.

"Ya, aku ingin." Ucapnya bergetar, "Tetapi aku tidak bisa... Itu benar-benar sakit, Felix."

Yuno kembali menunduk, ia benar-benar merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan delapan tahun lalu. Apalagi Yuno tidak punya waktu panjang untuk membahagiakan pujaan hatinya, tetapi Felix dan
(y/n) masih tidak mengetahuinya

"Aku benar-benar minta maaf."

~

Wanita bersurai blonde itu mencoba untuk menenangkan dirinya, duduk bersantai di belakang teras rumah adalah kegiatan (y/n) ketika ia merasa sedih.

"Apa itu?" Manik birunya terpekik melihat kertas yang tergeletak di bawah pohon sakura, dan berjalan mengambil lembaran kertas itu.

Jari ramping miliknya mencoba untuk membuka lembaran kertas. Iris matanya membaca setiap rangkaian kata yang tertulis di atas kertas itu. Semilir angin membelai lembut wajah putih pucat miliknya, sesekali menyelipkan anak rambut di belakang telinganya.

"Penyakit Epilepsi?" Gumamnya makin penasaran.

Udara mulai dingin, tetapi dirinya masih sibuk membaca kertas itu di bawah pohon sakura.

Angin kembali mengguyur dirinya, Matanya terbelalak ketika wanita itu usai membaca semua isi di dalam kertas.

"Milik Yuno?..." Ucapnya tidak percaya. Tangannya mulai gemetar saat melihat nama Yuno di dalam isi surat itu.

"Apa maksudnya sebulan?... Kertas ini bohong, kan?" Batinnya menutupi mulutnya dengan satu tangan.
.
.
.
TBC

apakah akan bernasib sama seperti mbak Kaori?👀

𝐃𝐢𝐬𝐠𝐮𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (Yuno x Readers)Where stories live. Discover now