14➶

495 68 12
                                    

Mempunyai dua suami tidak pernah ada di dalam jadwal masa depan perempuan dengan manik mata biru laut yang berdiri kaku di kuil do'a.

Kimono putih bersih dengan sungkup kepala yang menutupi setengah wajahnya sedikit tersibak tatkala menatap wajah manis tampan yang berada disampingnya.

"Semoga dewa memberkati pernikahan kalian berdua."

Pendeta selesai dalam mengucapkan do'a dan memberikan mempelai wanita sebuah surat berisi do'a keberuntungan.

Tangan (y/n) diapit pelan oleh Mimosa yang berdiri tepat dibelakangnya. Senyuman lebar wanita itu membuat sang gadis menundukkan dirinya. Lantas yang ia nikahi adalah mantan jodoh temannya.

"Kau terlihat manis, (y/n)-san!"

Sedikit meremas ujung lengan kimono miliknya, (y/n) hanya gugup dengan pujian Mimosa.

"A-ahaha... Arigatō Mimosa." Ucapnya

"Maafkan aku karena sudah menikah dengan mantan jodohmu." Sambungnya membuang muka tidak enak.

"Apa yang kau bicarakan?, lagipula kita berdua sama-sama tidak saling mencintai." Balas Mimosa memegangi kedua tangan (y/n), Ia hanya membalas dengan senyuman.

Hela nafas kembali keluar dari bibir merah muda (y/n) yang berpoles lipstik alami. Memilih menjauhi kerumunan dan duduk di atas sebuah batu depan kuil. Ia mencoba untuk menahan rasa sesak yang ada dalam hatinya.

"Hari ini aku menikah lagi... Dengan mantan kekasihku sendiri." Batinnya telan bulat-bulat.

Bahunya ditepuk oleh Noelle, yang terlihat sedang menggendong bayi kecil (y/n) yang baru saja lahir kedunia. Terlihat elegan dengan kimono berwarna biru muda.

"Ya?" Tanya (y/n).

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Noelle gelisah sambil memegangi tangan mungil (y/n) dengan tangan kirinya.

Bibir (y/n) berhenti mengukir senyum dan menatap anaknya yang sedang terlelap tidur. Dalam sekejap dia kembali tersenyum lebar menepuk-nepuk pelan punggung tangan sahabatnya.

"Mhm, aku rasa aku baik-baik saja."

"Waktunya untuk pulang ke rumah, (y/n)." Sahut Felix dari kejauhan menghampiri dua gadis tersebut.

"Rumah siapa?" Sarkas (y/n) mengangkat satu alisnya.

"Di manapun kau berada, karena sekarang kau adalah rumahku untuk pulang." Ucap Felix mengulurkan tangannya, Menyambut dinginnya tangan mulus yang terulur.

oOoOo

(y/n) tak lagi berharap pada apapun dan hanya memeluk tubuhnya erat, ditimpa sinar perak purnama. Terdengar suara koakan gagak di malam hari.

Dadanya terasa bergemuruh, antara takut dan sedih. Yuno bahkan tidak tau jika sang buah hati sudah terlahir. Setetes bulir bening jatuh membasahi pipi pucat (y/n).

"Aku merindukanmu..." Gumamnya pelan, tangannya memeluk lutut didepan badan. Meringuk mencari kehangatan di antara dinginnya angin malam.

Suara pintu teras terdengar tergeser terbuka dari arah dalam, yang memperlihatkan Felix menggendong bayi mungil (y/n), yang sekarang sudah menjadi bayinya juga.

Ia duduk di samping sang gadis, memberikan minuman isotonik bernutrisi. "Arigatōgo"

"Matamu terlihat lebam..." Kata Felix menatap manik biru yang ada di depannya dengan tajam, "Kau habis menangis?"

"Kurasa begitu." Katanya sesekali meneguk minuman isotonik yang ada di tangannya. "Aku ingin menggendong bayiku." Ucapnya mengambil bayi tersebut dari dekapan Felix. Terlihat jika terasa sangat nyaman.

"Kau sudah menyiapkan nama untuk bayi ini?" Felix mencoba untuk bertanya.

"Tidak, aku ingin Yuno yang menamai anak ini." Balas (y/n), matanya kembali memanas mencoba untuk menahan isakan yang ada di dalam hatinya.

Tetapi ia sudah tidak sanggup menahannya lagi. Isakan pelannya menggaung di belakang teras rumah. Tangisannya tidak sengaja sedikit membasahi kain gendongan bayi.

(y/n) mencengkeram kerah bajunya, menyalurkan rasa rindu dan sakit. Tangannya mengusap kasar wajah yang memerah dan dialiri air mata.

"S-setiap aku melihat b-bayi ini, hiks-" Katanya terisak sambil menutup matanya, "Aku teringat tentang Yuno..."

Bayi yang berada di gendongan (y/n) sekarang juga ikut menangis lantaran isakan sang ibu seperti mengundang sang anak untuk menangis juga.

Felix mencoba untuk menenangkan sang gadis dengan merangkulnya dari arah samping, serta mengelus pelan atas kepala bayi yang masih ada di dalam pelukan (y/n).

"Rasanya seperti aku mengurus dua bayi saja ya..." Kata Felix berkeringat.

"I-itu jahat..." Sahut (y/n) yang masih terisak.

Pria bersurai coklat kehitaman itu menyudahi tawa kecilnya, menatap (y/n) dari ekor matanya dengan iris sayu.

"ini adalah hadiah terbaik yang dapat kuberikan kepada kalian berdua sekarang, sebuah hadiah tanpa bentuk, yaitu sebuah kenangan." Gumamnya mengecup surai atas blonde (y/n).

"Aku akan berusaha untuk membuat kalian bahagia" Batin Felix ambis.

"T-tapi kenapa kau menikahiku... P-padahal aku punya uang lebih dari cukup." Sahutnya

Lalu Felix kembali tertawa, "Kau tidak bisa membeli cinta dan kedamaian dengan uang."

"Tetapi aku bisa menciptakannya, bersama dengan kalian."
.
.
.
TBC

Author: Duh enaknya punya suami dua...

𝐃𝐢𝐬𝐠𝐮𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (Yuno x Readers)Where stories live. Discover now