AIW | 10

1.9K 204 51
                                    

Tandai bagian yang typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tandai bagian yang typo ....

"Jangan membuat drama murahan! Sebelumnya kamu mengaku hamil anakku dan sekarang kamu mengaku kita saudara? Apa itu masuk akal?"

Prilly menggeleng keras. "Tidak. Ini masuk akal. Maka dari itu, setelah aku tahu respon kamu setelah tahu kehamilanku, maka aku akan melenyapkan anak ini. Terlebih kita adalah saudara. Ini tidak normal."

"OTAK KAMU YANG GAK NORMAL!" Teriak Ali yang sudah hilang kendali. Dia menunjuk wajah Prilly dengan tatapan marah, kecewa, terkejut dan segala rasa yang menghantam relung hatinya.

"Kita saudara, Ali. Kamu selalu tanya kan, apa kesalahan kamu hingga aku menceraikan kamu? Kamu gak salah. Justru takdir yang salah karena menyatukan dua orang yang tidak akan pernah menjadi satu. Kita saudara, itu kenyataannya."

Ali menggeleng keras, tidak mempercayai setiap kalimat yang Prilly ucapkan.

"Aku anak tunggal dan sampai Mama aku meninggal, kenyataannya tetap begitu, aku anak tunggal. Jangan bermain-main denganku! Bukan berarti aku tidak mengakui anak yang kamu kandung, kamu mengubah rencanamu dengan drama murahan ini. Tidak! Kita bukan saudara. Aku anak tunggal."

"Kita saudara, Ali. Aku gak peduli kamu percaya atau tidak, aku sudah mengatakan kebenarannya ke kamu. Alasan aku menggugurkan kandungan aku dan tidak sudi mengandung anak kamu karena kita saudara. Kita tidak seharusnya terlibat dalam hubungan yang tidak pasti ini."

"Ngaco. Tiba-tiba datang ke sini mengaku hamil dan sekarang bilangnya saudara. Begitu frustasinya kamu karena Erwin sebentar lagi akan jatuh miskin dan kamu tidak lagi mendapat masukan keuangan hingga membuat drama murahan ini?!"

"Aku tidak sedang mendrama. Aku beneran hamil dan kita memang benar saudara. Setelah aku mengatakan semua ini, aku akan menggugurkan anak ini lagi. Dia tidak seharusnya had ...."

"Berani-beraninya kamu membunuh dia yang tidak bersalah, hah?!" Ali mencengkeram rahang Prilly dengan begitu kuat hingga Prilly meringis kesakitan. Prilly meraih tangan Ali dan berusaha menjauhkan tangan Ali, namun tenaganya tidak sebanding dengan lelaki itu. Prilly memilih diam, tidak lagi mencoba menjauhkan tangan Ali. Dia pasrah dan menikmati segala rasa sakit yang Ali berikan.

"Dia tidak seharusnya hadir. Daripada menjadi aib, lebih baik dimusnahkan," ujar Prilly dengan susah payah berkata disaat mulutnya sulit digerakkan karena cengkeraman Ali begitu kuat.

Ali mendecih, melepas cengkeramannya. Dia memilih melangkah menuju kursi kebesarannya. Duduk tenang, menahan emosinya dan kembali melanjutkan pekerjaannya, mengabaikan Prilly yang menangis.

"Silakan pergi. Aku sedang banyak pekerjaan dan kedatanganmu sangat mengganggu," usir Ali terang-terangan tanpa menatap Prilly. Dia memilih diam, tidak lagi menanggapi drama yang Prilly mainkan.

Am I Wrong?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang