AIW | 03

2.2K 213 31
                                    

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

...

Tandai bagian yang typo ....

Setelah beberapa hari izin tidak masuk kerja karena alasan tidak enak badan. Hari ini, Prilly mulai kembali bekerja meski rasa sakit dan sesak ketika melewati toilet yang menjadi saksi bisu kejadian beberapa hari membuatnya menjadi ketakutan dan kurang fokus bekerja. Namun, sebisa mungkin dia berusaha untuk tetap tenang dan bersikeras melupakan kejadian mengerikan itu.

Ketika dia tengah menata beberapa dokumen yang akan dia berikan kepada atasannya, Erwin untuk ditanda tangani, tiba-tiba seseorang berdiri di hadapannya dan membuatnya spontan mendongak, menatap seseorang yang kini menatapnya dengan senyum tipis. Dia membalas senyuman seseorang itu dan tersentak ketika satu tangan seseorang itu menyentuh keningnya. Dia tidak menolak, justru terkekeh melihat seseorang itu mengibaskan tangannya setelah menyentuh keningnya.

"Panas, kayak api," kekeh seseorang itu yang dia sambut dengan tawa geli.

"Ngaco," ujarnya dan memukul dada seseorang itu dengan bolpen.

"Kamu beneran udah sembuh? Meski suhu badan kamu gak panas, takutnya kamu pusing atau gimana," nada suara seseorang itu berubah serius dengan satu tangan menahan pergerakan tangannya yang sibuk menata dokumen.

Menghela napas, Prilly menatap tangan seseorang itu yang berada di atas tangannya, menahan pergerakannya. Ditatapnya iris mata hitam yang menyorotnya tajam itu dengan tatapan tenang dan senyum yang biasa dia berikan pada seseorang itu. Seseorang yang telah memberinya banyak pelajaran tentang hidup dan seseorang yang tiada henti memberinya semangat hingga terlepas dari bayangan masa lalu yang menghantuinya.

"Bapak Erwin terhormat, saya sudah sembuh dan saya tidak merasakan pusing, lelah dan lain sebagainya. Jadi, Anda tidak perlu khawatir. Daripada Anda mengkhawatirkan saya yang sudah sembuh ini, lebih baik kita makan siang bersama. Saya rindu makan berdua dengan Anda," nada suaranya dibuat centil di akhir kalimat dengan sebelah mata berkedip yang disambut tawa renyah oleh lelaki di hadapannya itu, Erwin.

"Dasar. Ya udah, ayo makan siang di tempat biasanya."

Prilly mengangguk dan mengikuti langkah Erwin setelah dokumen yang dia tata rapi disimpan dengan baik di meja kerjanya. Meski Erwin menyuruhnya untuk berjalan berdampingan dengan lelaki itu, namun dia memberi penolakan. Dia tidak nyaman ditatap sedemikian rupa oleh karyawan yang mulai menggosipinya memiliki hubungan spesial dengan bos besar mereka.

Tidak butuh waktu lama untuk tiba di salah satu rumah makan yang sering dia datangi bersama Erwin ketika jam makan siang seperti ini. Suasana rumah makan tampak ramai dan entah kenapa dari banyaknya tempat atau dari banyaknya orang yang berlalu lalang di bumi ini, kenapa dia justru bertemu dengan lelaki yang telah membuatnya merasakan sakit tak berkesudahan akibat perbuatan kejinya. Lebih menegangkan lagi, seseorang dengan kemeja hitam yang digulung sampai siku serta jas hitamnya yang disampirkan ke bahu kanannya itu berjalan mendekati meja yang ditempatinya dan Erwin.

Am I Wrong?Där berättelser lever. Upptäck nu