BAB 42 : Too Emotional

Mulai dari awal
                                    

Ghaitsa melotot besar, akan tetapi tanggapan Joanna justru berbeda dari perkiraan. “Halah, belum seberapa. Gue lebih anti-mainstream. Gue nungguin Bonyok gue pulang sambil berdiri di atas kursi dan rencananya, pas mereka buka pintu. Gue mau langsung gantung diri di depan mata mereka biar mampus sekalian. Tapi yang datang malah adek nyokap gue. Yaudah, gagal total rencana gue.”

Di sisi lain, Yaziel merinding sembari mengelus tengkuknya. “Ini … nggak papa buat dilanjutin?”

“Biarin aja dulu,” Archie meneguk teh hangat di meja dan membuang tatapan pada sang bungsu Alexzander. “Biarin Aisa tau bahwa dia nggak sendirian yang terluka dan sakit. Setelahnya hati maupun pemikirannya akan jauh lebih terbuka buat nggak bertindak impulsif lagi. Walau cukup ekstrem punya temen-temen serupa, tapi mereka justru ngebantu satu sama lain buat berjuang hidup lebih layak lagi.”

Haidden menyahut gamang. “Karena sakit yang mereka rasain justru ngebuat mereka nggak mau kehilangan satu sama lain.”

They will.”

Mencomot satu pisang goreng dan mengunyahnya dengan ekspresi songong bukan main. Kanaya mengernyit tebal. “Gue mau nanya serius jadi tolong lo jawab seserius mungkin karena gue bakalan marah kalau lo bohong, Aisa.” Mendengar cara perempuan itu berbicara, mau tidak mau semua manusia dia merasa perlu untuk serius yang mana kapabel menciptakan suasana tegang bukan kepalang. Akan tetapi usai separagraf kata keluarㅡ“Kenapa bisa lo nggak eneg, frustasi dan sinting berbagi satu rahim yang sama selama 9 bulan lebih kemudian lahir terus jadi kembaran sampai sekarang? Harusnya Jeviar dan Yaziel tinggal nama doang. Gue kalau jadi lo, udah gue musnahin mereka dari peradaban. Keberadaannya cuma memancing emosi gitu. Jelaskan, wahai korban? Kenapa Anda bisa menahan diri belasan tahun demikian? Sebab, sudah sepantasnya Anda mendapatkan piagam menjadi perempuan paling sabar abad ini gitu, lho.”

Joanna melempar sebal pisang cokelat di tangan dan mengerang tertahan. “Gue udah penasaran dan ketar-ketir banget si bangsat mau bilang apa. Ck! Salah gue juga terhanyut dalam kepribadian 360 derajat berbeda kemarin. Sialan!”

“Hei, Nona! Itu masalah serius yang harus kita kupas tuntas!” tandas Kanaya penuh emosi. “Lo bayangin, anjir! Manusia-manusia bikin emosi yang sering kita maki-maki dan jelek-jelekin itu merupakan kembaran dari Ghaitsa. Temen kita sendiri. Lupa lo otak lo?!”

“Karena gue jauh lebih pinter dari kalian,” jawab Jeviar sembari mengganti mangkuk-mangkuk kosong tersebut dengan semangkuk besar mie goreng racikan Yaziel si pecinta mie. “Kami sama-sama beruntung, nggak usah bacot. Mau gue usir lo?”

“MAS ARCHIE, AKU MAU DIUSIR ADIK IPAR NIH! HUHU, TOLONGIN CALON ISTRIMU INI DONG!”

Archie terbahak-bahak di posisi akan panggilan Kanaya yang tidak malu menyampaikan ketertarikannya itu. Dia cuma mampu geleng-geleng kepala sementara Jeviar menyunggingkan senyuman paling gumoh sepanjang hidup untuk kemudian melirik si sulung. “Bang, gue bakalan bikin KK baru dan ngebawa Aisa dari pandangan mata lo kalau sampai manusia aneh bin sinting ini jadi kakak ipar kami. Camkan itu!” dan berlalu menjauh daripada mendengar hal-hal haram lainnya dari mulut teman sang adik.

“Gue pastiin lo bakalan jadi adek ipar gue nantinya, Calon Adik Iparku Jeviar!”

Berjalan melewati Yaziel dengan tubuh merinding bukan main, Jeviar melempar tiga mangkuk kotor itu dengan sebal dan Haidden mengejek. “Akhirnya selain Aisa, ada juga yang bisa bikin lo merinding disko kayak gini. Jiakh, jadi hati lo nyangkut sama yang mana, nih?”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang