“Oke!” Lantas menunjukkan simbol serupa lewat jemari, Ghaitsa pun menaruh panci molek tersebut kelewat hati-hati pada gantungan dinding di dekat area kompor. Berkat hadiah manis tersebut, senyuman sang perempuan tak kunjung lekang oleh sekon. Seakan-akan bebam yang sempat merobohkan pertahanan serta membuat goyah pundak merupakan halusinasi buruk belaka guna meluruhkan akal.

Beberapa sekon sibuk mengagumi panci baru di dinding, akhirnya atensi Ghaitsa jatuh juga pada sebuah selebaran pada counter dapur yang sempat ia tak acuhkan. Obsidian secokelat larutan teh tersebut melebar tipis tatkala membawa deretan kata nan tertera rapi di sana. Sontak saja dia menoleh guna meminta penjelasan runtut tetapi Archie telah terlebih dahulu menatapnya sangat lekat dengan tangan terlipat dan tengah bersandar pada meja. Seolah pembicaraan mereka ini memang sudah direncanakan sedemikian rupa bahkan panci tadi hanyalah umpan bagi Ghaitsa yang terpancing buta.

Ghaitsa membuang kasar selebaran ke lantai dan berniat pergi bersama perasaan dongkol kalau-kalau Archie tidak mengeluarkan panggilan ultimatum. “Ghaitsa!”

“Nggak mau! Aisa nggak mau pergi dari rumah ini! Nggak akan!” tandas Ghaitsa menyeru lantang. Irisnya berkilat merah memandang sulung, ia mengepalkan tangan di sisi tubuh karena konversasi sialan nan menyesakkan dada ini membuat resah pikiran. Archie tahu bahwa dia takkan suka topik mengenai pindah rumah tetapi sang kakak terus-menerus ingin membahasnya seolah penolakan keras yang pernah Ghaitsa berikan tidak cukup jelas untuk diterima. “Jangan pernah bahas ini lagi, Aisa capek!”

“Aisa, sampai kapan harus terjebak di rumah ini terus?”

Ah, sial. Pertanyaan itu akhirnya keluar juga dari mulut Archie, sama halnya seperti dia, barangkali si sulung juga sama muak dengannya. Ghaitsa berhenti melangkah dan berbalik guna menatap tajam Archie. “Sampai mereka menderita parah!”

“Balas dendam nggak akan bikin kamu bahagia, Ghaitsa!” seru Archie. Intonasi tinggi nan menggelegar berhasil melayang nyata, guna memperlihatkan bahwa obsesi adiknya hanya akan berujung pada pembongkaran kisah penuh duka dan luka yang semakin menggerogoti jiwa. Archie tidak lagi sanggup menonton betapa menderitanya Ghaitsa tatkala malam mewarnai dunia.

Kenyataan yang sedang terjadi ialah Ghaitsa yang semakin lama semakin dibalut masa lalu alih-alih keluar menyelamatkan diri. Sang adik membiarkan dirinya ikut hancur lebur ketika berdoa orang-orang jahat itu menderita.

Berkat seruan lantang itu tiga pemuda lain keluar dari kamar mereka dan semerta-merta merasakan atmosfer berat berbalut panas menyelimuti ruangan.

“Kamu sadar seberapa sering gangguan panik kamu kambuh akhir-akhir ini?” tanya Archie, menghela napas berat. Dia memandang memohon pada bungsu terkasihnya itu. “Aisa, Abang cuma mau kamu sehat. Abang cuma mau kamu bahagia.”

“Terus mama?”

Lagi, lagi … dan lagi.

Ghaitsa akan tetap membawa-bawa Aimara dalam perdebatan mereka.

Satu tetesan nestapa berlinang membasahi pipi, sang gadis mulai menusuk telapak dengan kuku-kuku jari. Pandangan terluka dan kecewanya jelas menusuk tepat pada hati lawan. “Bagi aku sekarang bahagia, tuh, mahal banget, Abang. Nggak bisa segampang itu. Aku harus mastiin mereka menderita sampai titik terendah supaya rasa bersalah aku ke mama berkurang. Abang ngerti nggak, sih?!”

“Lantas kamu pikir mama akan bahagia ngeliat anak perempuan satu-satunya selalu terluka setiap kali mau tidur? Setiap kali bangun di pagi hari? Setiap kali dipaksa ingat hari-hari buruk itu, iya?” balas Archie. Dia enggan mengalah begitu saja, demi memperjuangkan kebahagiaan yang merupakan hak Ghaitsa, dia akan lakukan apapun meski harus melewati medan pertempuran. “Aisa, permintaan Abang nggak banyak. Abang cuma mauㅡ”

“Oke, maaf. Maaf karena selalu ngerepotin! Maaf karena ngurusin aku Abang jadi capek! Kerja dari pagi sampai ketiduran di meja kerja setiap hari buat ngehidupin aku, buat kita! Maaf karena nggak tau diri dengan masih nyusahin, Abang, padahal Abang udah berkorban banyak. Makasih, makasih banget!” sergah Ghaitsa, punggung tangan pun menyeka agresif air mata dan menggeleng sesaat setelahnya. “Tapi serius, Abang! Aisa nggak bisa keluar dari rumah ini, nggak bisa! Aisa nggak bisa ninggalin mama dan hidup seolah nggak pernah terjadi apa-apa di rumah ini. Penderitaan mama berawal dari Aisa!”

Archie menggeleng tegas dan menajamkan manik menyorot lurus ke depan. “Aisa, kamu juga tau penyebab semua ini bukan kamu. Bukan kamu. Paham?”

“Abang nggak ngerti!”

“Keputusan Abang udah bulat, kita pindah. Pulang sekolah kita bahas lagi, sana berangkat.”

“ABANG!”

“Ghaitsa, sopan santunnya. Abang jauh lebih tua dibandingkan kamu, ngerti?!” bentak Archie dengan sekelumit rumit.

Dilandasi kekesalan yang melesat pada angka tertinggi, sang puan berlari memasuki kamar guna menyambar tas punggung sebelum pergi sesudah membanting pigura foto di nakas meja sehingga pecahan kacanya berserakan kemana-mana. “AISA BENCI ABANG!”

Helaan napas lolos dengan berat tatkala Archie menopang diri pada meja, memang telah diduga bahwa ia akan mendapat penolakan mentah-mentah dari Ghaitsa. Adegan berikutnya, Haidden menghampiri dan menyodorkan segelas air. “Udah tau dia bakalan ngamuk, kenapa masih nekat maksa pindah, sih, Bang?”

Iris tajam sang pemuda lantas memandang pintu yang sempat dibanting sampai berdentum hebat oleh si bungsu. Archia serta-merta menarik napas berat dan mengurut pelipis yang berdenyut kala mengingat potongan demi potongan luka. “Karena gue lebih milih dia ngebenci gue daripada … ” napas pemuda itu tercekat kala menyambung getir, “… daripada gue kembali nemuin Aisa mandi darah kayak dulu. Gue nggak tau harus gimana lagi kalau sampai Aisa juga ikut pergi, Den, sumpah. Gue bisa gila kayaknya.”


Hai!Hello!Hey-yo!

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Hai!
Hello!
Hey-yo!

Semoga harinya berjalan lancar, ya
Semoga awal hari esok lebih baik lagi dan penutupnya jauh lebih damai lagi
Semoga kita dalam keadaan sehat wal'afiat
Semoga dilimpahkan kebahagiaan sebanyak-banyaknya untuk kita semua, aamiin~
Jangan lupa tersenyum, guys
Becandain aja dulu lelucon semesta sampai akhirnya kita yang ngetawain bebannya
🤗🤗🤗

Sejauh ini, gimana pendapat kalian tentang Story of Ghaitsa?
Kasih pendepatnya, ya
🤗🤗🤗
😣😣😣
😘😘😘

Ditulis :

Minggu, 10 April 2022

Bubye-!

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitМесто, где живут истории. Откройте их для себя