29. Do you angry?

Start from the beginning
                                    

" why?" Tanya Gio tak berdosa.

Rai memegangi perutnya dan berjalan menuju kasur kemudian duduk di pinggir kasur. Ia berusaha menetralkan nafas juga menahan air matanya agar tidak mengalir.

Sementara Gio segera mendekat lalu berjongkok di hadapan istrinya untuk mencari tau apa hal yang telah membuat Rai menangis.

" Kenapa? Ada yang nyakitin Lo? Bilang sama gue." Ujar Gio.

" Kenapa sih kakak sulit banget luluh sama aku?" Tanya Rai terisak.

" Hah?"

" Orang bilang aku beruntung bisa dapatin kakak. Orang bilang aku beruntung bisa dapatin sifat posesif kakak. Tapi aku gak pengen sifat posesif kayak gitu. Aku pengennya dapatin sifat manja kakak." Ujar Rai mengeluarkan keluhannya.

" Lo kira gue bocil?" Sinis Gio.

" Gak cuman bocil yang bisa dimanja. Kakak tau gak sih, selama ini aku nungguin sifat manja kakak sama aku_"

" Stop Rai, gue geli dengarnya." Potong Gio tidak sanggup lagi. Bermanja-manja? Ayolah, ia merinding. Jika itu sampai terjadi, ia bisa ditertawakan oleh tato nya.

Gio segera berdiri dan berjalan menuju kamar mandi tapi diikuti Rai dari belakang dengan tangisan dan rengekan semakin kencang.

" Apa? Mau mandi bareng? Hem?" Tanya Gio membuka jalan mempersilahkan Rai masuk kedalam kamar mandi. Tak lupa juga senyum menggoda di sudut bibirnya.

Rai membeku. Sebelum dimangsa, ia segera beranjak pergi dari sana masih sambil mengomel. Ia kembali ke kasur dan menangis kencang berharap Gio akan mau bermanja-manja dengannya. Ia ingin sekali Gio merengek lalu mengerucutkan bibir kepadanya walau ia ikutan merinding tapi ia ingin sekali keajaiban itu terjadi.

Ngidamnya sungguh semakin tidak berotak.

Selang beberapa menit, seorang laki-laki keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk sebatas pinggang saja. Ingin sekali Rai menarik handuk itu hingga terjatuh.

Shit, kenapa laki-laki tampan tersebut mendekati Rai?

Rai memejamkan mata saat Gio mengecup bibirnya lalu beralih menggigit pipinya dengan perasaan gemas. Kemudian Rai membuka mata melihat dengan jelas wajah suaminya yang begitu dekat. Air yang menetes dari rambutnya terlihat begitu seksi.

" Ke-kenapa?" Tanya Rai.

" So cute."

Setelah mengucapkan itu, Gio memasuki walk in closed. Ia hanya menggoda istrinya sebab begitu menggemaskan dengan mata memerah yang sok-sokan memasang wajah garang.

Hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan Gio pun keluar dari sana. Kembali seperti semula ia memasang wajah santai tanpa ekspresi kemudian duduk di atas kasur dan setengah bersandar pada kepala kasur di samping istrinya seraya membuka handphone.

Rai terlihat mendekat lalu bersandar pada dada bidang suaminya.
" Kak..."

" Hem."

" Manja-manja dong sama aku."

" Rai, kalo gue manja-manja sama Lo, trus Lo manja-manja sama siapa? Lo kan hobi banget manja ke gue, Stella juga tiap hari manja ke gue. Gak usah ngaco, paham!" Ujar Gio mengelus rambut istrinya.

Rai menghentakkan kaki kesal.
" Pokoknya kalo aku hamil anak ke-empat, kakak yang harus ngalamin ngidamnya."

" Ohh, Lo mau punya anak lagi?"

" NGGAK." sialan, Rai keceplosan.

Gio tertawa kecil dan kembali asik bermain handphone.

" Kak, tidurin aku dulu. Nanti aja main hapenya." Rengek Rai.

Terdengar helaan nafas tapi Gio berusaha menahan diri agar tidak membentak. Ia memperbaiki posisi Rai senyaman mungkin lalu mengelus punggung dan rambut wanita itu dengan lembut.
" Tadi dokter bilang apaan?"

" Bayi kita sehat. Tapi..." Rai menggantungkan ucapan.

" Tapi apa?"

Masih tidak ada jawaban membuat Gio menarik dagu sang istri hingga mata mereka bertubrukan.

" dokter bilang resiko hamil kembar itu banyak. Salah satunya persalinan dini atau bahkan salah satu bayi gak bisa selamat_"

Ucapan Rai terhenti saat bibirnya diraup oleh Gio. Lelaki itu sadar akan suara Rai yang serak dan pasti beberapa detik lagi suara tangisan akan terdengar.

Gio melepaskan ciuman mereka dan ia menyatukan kening mereka berdua. " Dengan cara kamu mikirin itu, sama aja kamu lagi cari penyakit stress sampai nanti bakalan berpengaruh ke janin kamu. Gak usah terlalu dipikirkan."

" Nanti temani aku lahiran ya." Pinta Rai kembali menunduk dan mengelus dada suaminya seperti membuat gambaran abstrak disana.

" Pasti." Jawab Gio.

⚔️⚔️⚔️

To be continued.
Silahkan baca part selanjutnya.

Follow Ig:
@Yohanaichi
@Gionatan_angkasa
@Xandrea_stella_angkasa




















GIONATAN 2: Harta, Takhta, Stella. (Terbit)Where stories live. Discover now