ALBARA - 33

138K 15K 443
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi, tapi Bara sama sekali tak bangun dari posisinya. Ia terlalu malas untuk sekedar ke kantin atau bahkan menjemput gadisnya di kelas.

Jangan lupakan ia yang masih kesal dengan Gaby.

Pertama, karena gadis itu bersama Farel. Dan kedua, karena Gaby yang sampai sekarang belum membalas pesannya.

Lihat saja. Bara akan mendiamkan Gaby.

Pasti bisa, dan harus bisa!

Ting

Ponsel Bara berdenting, membuat ia dengan sigap mengambil benda itu. Jika operator itu lagi yang mengirim pesan, Bara akan benar-benar membanting ponselnya.

Di layar, terpampang sebuah pesan dari Gaby, disusul beberapa pesan lainnya. Bara hanya membacanya dari panel notifikasi, tak berniat membuka chat-nya.

my boo✧
maaf baru bales
kamu dimana? ga ke kantin?
aku lagi di kantin sama sandra
sama farel juga

Ekspresi Bara berubah cepat ketika membaca pesan terakhir yang Gaby kirimkan. Kenapa harus Gaby? Lelaki itu tidak punya temankah sampai harus bersama dengan Gaby?

"Shit," umpatnya pelan.

Ia melempar ponselnya pelan ke atas meja kemudian kembali menenggelamkan wajahnya.

Bara memilih untuk memejamkan matanya, membiarkan rasa kantuk menguasai dirinya. Lelaki itu tiba-tiba merasakan sebuah tangan menyapu rambutnya dengan lembut. Mengelusnya dengan penuh kasih sayang. Hal itu membuat mata Bara semakin berat. Tapi karena rasa penasarannya lebih besar, akhirnya Bara mengangkat kepalanya dan melihat si pelaku.

Bibirnya hampir saja melengkung indah saat melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya. Jika tidak mengingat bahwa ia sedang dalam mode ngambek, mungkin Bara akan jingkrak-jingkrak kesenangan.

"Ngantuk?"

Bara menegakkan tubuhnya dan menyender pada sandaran kursi. Ia membuang pandangannya ke arah lain, tak mau menatap Gaby.

Gadis itu mengambil sebuah kursi dan mendudukkan dirinya tepat di sebelah Bara. Gaby meletakkan sebuah roti dan sekotak susu di atas meja milik Bara.

"Aku beliin roti sama susu buat kamu. Dua-duanya rasa coklat. Kamu suka, kan?"

Bara hanya melirik makanan dan minuman itu sekilas. Kemudian kembali menatap ke depan.

Gaby menatap Bara lekat. Kenapa lelaki ini? Apakah marah padanya? Tapi marah karena apa?

Berbeda dengan Gaby yang larut dalam pemikirannya, Bara masih menatap ke depan dengan tatapan datarnya. Ia tak sadar bahwa ujung kupingnya sudah mulai memerah karena Gaby yang tak kunjung berhenti menatapnya. Kedua tangannya mulai berkeringat, membuat Bara mengepalkannya perlahan.

"Bara?"

"Kamu marah sama aku?"

Bara menoleh ke arah Gaby. "Enggak."

Gaby mengangguk-anggukkan kepalanya, seolah percaya dengan perkataan Bara. Dagunya ia gerakkan ke arah roti dan susu itu. "Kalo enggak, dimakan dong. Roti sama susunya."

Dengan gerakan yang terlihat ogah-ogahan, Bara mengambil susu kotak itu dan mulai menyedotnya. Sementara Gaby mengambil rotinya dan membuka bungkusnya.

Ia mengambil sedikit bagian dan mengarahkannya ke mulut Bara.

"Aaaa.."

Bara yang cukup terkejut pun malah diam. Ia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum membuka mulut.

Gaby tersenyum manis. Tangannya menepuk-nepuk puncak kepala Bara. "Pinter banget pacar aku."

Bara kembali menyedot susunya dengan cepat. Rasa saltingnya ia lampiaskan dengan menggigit kencang sedotan yang ada di dalam mulutnya.

Gadis ini benar-benar! Dia pikir dia siapa? Kenapa mudah sekali membuat dirinya salah tingkah?

Gaby terus menyuapkan sepotong demi sepotong rotinya kepada Bara. Selama kegiatan itu berlangsung, hanya Gaby yang terus berbicara. Bara hanya mendiamkannya saja.

Atau mati-matian menahan rasa saltingnya?

Mendengar bel berbunyi membuat Gaby bangun dengan cepat dari duduknya. Ia mengembalikan kursi tadi ke tempat semula dengan terburu-buru. Jangan sampai ia terlambat masuk kelas.

"Bara aku duluan, ya."

Cup

Barulah setelah itu Gaby meninggalkan Bara yang kini diam mematung. Tangannya tanpa sadar terangkat, memegang pipinya yang baru saja dicium oleh gadisnya.

Napasnya memburu disertai detak jantung yang menggila. Dengan wajah merah padam hingga ke telinga, Bara berdiri dan menggebrak meja dengan keras.

Brak!

Seluruh murid yang ada di kelas itu menoleh kaget ke arah Bara. Tanpa mengucapkan apapun lagi, Bara pergi dari sana dengan langkah cepat.

TBC

hmm🤔

sepertinya cerita ini mau saya tamatkan di part 40an dech😎 cuma gatau juga siee🤔

oemji sekul guehh mingdep udah ptm lagi sayy🤩 tapi sesi2 an lagi pls😔👎🏻

korona memang menyebalkan! masa remaja gueh suram bgt hiks

kelen line berapa? akoee 06😘

votee yaa bestiii💋

#kecupmanjah
#kecupmanjah
#kecupmanjah

tertanda, calon istri chimon
—ara

ALBARA [END]Where stories live. Discover now