ᴇxᴛʀᴀ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ

1.8K 199 6
                                    

Empat tahun kemudian,

Siang yang cerah, burung-burung berkicauan dengan merdunya. Mentari begitu sombong memamerkan kehangatannya. Angin sejuk berhembus mengayunkan dahan pepohonan pinus di hutan.

Di dekat hutan, sebuah mansion megah berdiri seolah mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia.

Di lantai dua, nampak bayangan seorang wanita yang tengah duduk menghadap keluar jendela dengan selendang yang menutupi punggungnya.

Alea, menikmati pemandangan hutan pinus yang mengelilingi mansion Vorxon yang terletak di Swiss tempat ia dan keluarganya berlibur saat ia masih kecil.

Mansion itu kini diwariskan padanya dan suami, Ziel.

Ya, mereka telah melangsungkan pernikahan mereka seminggu yang lalu. Tepatnya beberapa bulan setelah mereka lulus dari Universitas. Dan kini tengah menikmati bulan madu di Swiss.

Alea menyeruput pelan teh hangat yang sengaja dibuat untuk menemaninya siang ini. Ia menghela nafasnya pelan, tak menyangka semuanya telah berakhir. Dan kini telah hidup bahagia bersama keluarga dan suaminya.

Tanpa sadar senyum kecil terbit di wajah indah itu, "i can't believe now everything's over" ucapnya pada diri sendiri.

"iya ya"

"ARGH!" pekik Alea terkejut saat seseorang tiba-tiba menyahut ucapannya. Ia mendelik menatap pemilik suara, "kamu kebiasaan deh ngagetin gitu" ucap Alea seraya mengusap dadanya.

Sedang sang pelaku hanya tersenyum polos seolah tidak ada apa-apa, dan hal itu membuat Alea menatapnya datar dengan perempatan siku di pelipisnya.

Tak ingin berpanjang lebar, ia pun mengabaikan Ziel dan kembali menikmati pemandangan di depan sana, seraya menghela nafas panjang. 

Ziel pun memeluk pundak Alea dari belakang, mengecup puncak kepala Alea kemudian menempatkan kepalanya di ceruk putih itu.

Setelah beberapa saat dalam keheningan, Ziel pun membuka suara.

"Al~", panggilnya manja.

"no" jawab Alea cepat.

Ziel pun langsung cemberut dan berlutut di samping kursi tempat Alea duduk. "ih~ kenapa?" tanyanya seperti anak kecil yang tidak dibelikan eskrim.

Dengan tatapan malasnya Alea menjawab, "Ziel, aku baru bisa jalan. Kamu pikir 'digituin' selama seminggu penuh gak bikin capek apa? Untung aku masih hidup. Jangan-jangan kekuatan kamu masih ada ya?" ucap Alea nampak kesal.

Ziel menyengir seperti tidak memiliki dosa, "hehe~ habisnya kamu bikin nagih-"

ctak

"aduh", Ziel mengaduh setelah Alea menjitak kepalanya kuat. 

"jangan ngomongin hal kayak gitu" ucap Alea kesal dengan semburat merah di wajahnya. Dan itu berhasil membuat Raziel semakin melebarnya senyumnya, 'siapa yang bisa nahan kalo istrinya sesempurna ini'

"kya!" pekik Alea saat tubuhnya tiba-tiba terasa melayang. "Ziel! Turunin gak?!" serunya serya memukur dada bidang suaminya yang tidak tertutup kemeja itu.

Raziel hanya terkekeh kecil kemudian menghempaskan tubuh Alea ke ranjang, ia menatap lekuk tubuh istrinya yang hanya dibalut dengan kaos kebesaran dan hotpants. 

Dengan kilat nafsu ia menatap mata Alea seraya membuka kasar kemeja putihnya membuat semua kancing itu terlepas entah kemana.

Alea menatap Raziel takut namun ia langsung menelan ludahnya kasar melihat tubuh kekar dan benda sebesar botol shampo yang besarang di celana suaminya.

ARISEWhere stories live. Discover now