ʜɪsᴛᴏʀʏ

1.9K 255 12
                                    

Seribu tahun yang lalu, kerajaan Ethereal(Spanyol) adalah kerajaan yang makmur. Dipimpin oleh raja yang adil dan bijaksana. Dan dijaga oleh bangsawan terkuat sepanjang masa, Vorxon.

Kita kembali pada masa dimana duke Vorxon masih remaja, dimana ia hidup bersama kedua orang tuanya.

"Ansel, kau mau kemana?" tanya sang ayah yang sedang menikmati waktu bersantai dengan sang isteri dan tak sengaja melihat puteranya lewat dengan setelan berpedang.

"berlatih dengan bibi" jawab Ansel datar. Bibinya memang sangat mahir dalam seni beladiri, berpedang, strategi, dan masih banyak lagi. Ah manusia sempurna.

"kau ini, jangan repotkan bibimu. Sebentar lagi acara pertunangannya dengan putera mahkota. Biarkan bibimu beristirahat" ucap ayahnya.

Ansel menatap ayahnya datar, "justru karena ia sebentar lagi akan bertunangan aku mau berlatih sesering mungkin dengannya ayah. Kalau dia sudah pergi nanti aku mau berlatih dengan siapa? Ayah mau mengajariku?" ucap Ansel ketus. Haha kebiasaan mulut pedasnya memang sudah ada dari dulu.

"yasudah, pulang sebelum gelap ya" timpal ibunya. Bisa sampai malam jika membiarkan ayah dan anak ini berdebat.

"baiklah" jawab Ansel seraya berbalik berjalan menuju barak latihan.

>>//<<

Di barak latihan,

Clang clang clang

Bunyi pedang beradu menghiasi suasana di barak siang itu, para prajurit berlatih mengayunkan pedang mereka dengan giatnya. Tidak peduli cuaca panas terik yang membakar kulit mereka.

Ansel berjalan memasukki barak bersama pairnya, mata birunya mencari keberadaan sang bibi yang biasanya bertugas melatih para prajurit di jam segini.

Ah itu dia, "bibi Alea!" panggil Ansel seraya berjalan menuju bibibya.

Surai hitam gelap berkilau dikuncir kuda itu mengibas seraya pemiliknga berbalik saat suara familiar Ansel memasukki gendang telinganya.

Mata biru terang bagaikan langit di siang hari yang cerah itu begitu indah dengan bulu mata lentik nan panjang. Bibir kecil ranumnya tersenyum saat melihat sang keponakan yang datang dengan membawa pedangnya.

Ia tersenyum, "Ansel, datang untuk berlatih?" tanyanya sembari berkacak pinggang.

Ansel mengangguk antusias, "iya!" jawabnya bersemangat.

Alea terkekeh geli, "baiklah kalau begitu, apa kau siap mengalahkan bibi?" tanyanya dengan nada menantang sembari bersedekap dada dan menaikkan sebelah alisnya.

Ansel pun tersenyum meremehkan, "heh tentu saja" jawabnya arogan.

>>//<<

BRUK

"kkkhhhhhh"

"ah~ lagi-lagi kau tumbang, belum 20 menit kita berlatih dan kau sudah tumbang 15 kali" ucap Alea mengulurkan tangannya untuk membantu Ansel berdiri.

Ansel berdiri tanpa mengamit uluran tangan bibinya, ia berdiri tegap kembali walau tubuhnya sudah dipenuhi luka lecet. "aku belum menyerah, satu ronde lagi" ucapnya berapi-api.

Alea mendengus pelan seraya menggeleng, keponakannya ini sangat mirip dengan adiknya. "kita istirahat dulu" ucapnya seraya berbalik berjalan menuju para prajurit yang juga sedang berlatih untuk membubarkan mereka.

Ansel mengikuti pangkah bibinya menuju pinggiran barak dimana sudah tersedia air dan handuk bersih disana.

Mereka duduk bersebelahan seraya mengelap keringat yang sudah bercucuran dan menghilangkan dahaga mereka dengan minum air.

ARISEWhere stories live. Discover now