ʙᴀᴄᴋ

2.3K 317 4
                                    

Blam

Pintu mobil sport mewan itu ditutup oleh pemuda yang barusan menyetirnya. Seorang pelayan menyambut kedatangannya di depan pintu besar kayu jati berukiran rumit.

"selamat datang tuan Raziel" ucap pelayan itu membungkuk hormat.

Ziel hanya mengangguk seraya menyerahkan kunci mobilnya pada pelayan itu untuk diparkirkan. Si pelayan menerima kunci mobil itu, dan Ziel pun melangkah masuk ke dalam mansion mewah serba putih dengan beberapa hiasan kayu jati.

"Raziel? Sudah pulang?" tanya seorang pria tua berusia sekitar 60an yang berjalan ke arah Raziel dengan sebuah koran di tangannya, Caius Nathaniel Eral, kakek Raziel.

"iya kakek" jawab Ziel sopan. Jujur, sampai sekarang ia masih canggung dengan orang tua di depannya ini. Sejak pertama mereka bertemu 14 tahun lalu, pria ini terasa memberikan aura yang familiar padanya. Namun Ziel tidak mampu mengingat apapun dari memori malaikatnya, ah sejak menjadi manusia ia jadi pelupa.

Ah, benar juga. Aku belum menceritakan bagaimana cara Raziel bertemu dengan sang kakek. Akan kuceritakan.

14 tahun sebelumnya,

Raziel tengah berada di perjalanan pulang menuju rumah panti setelah ia ketahuan menggunakan sihir oleh seorang anak kecil di hutan. Namun saat tiba di rumah panti, ia dikejutkan oleh beberapa mobil hitam dan banyak sekali orang berpakaian formal.

'apaan nih? Acara grebek-grebek itu? Pada gila kali ya? Yakali grebek panti, mentang-mentang di hutan' batin Ziel heran.

Ziel berjalan memasukki rumah panti, orang-orang berseragam formal itu menatapnya dengan raut kagum dan terkejut namun tidak digubris oleh Ziel. 'aku tau aku ganteng, tapi natapnya jangan gitu amat dong' batin Ziel.

"bunda, Ziel pul-" kalimat Ziel seketika terhenti saat ia melihat ibu pantinya tengah berbicara dengan dua orang pria, yang satu berusia sekitar 40an dan yang satu lagi sekitar 50an tapi rambutnya sudah putih semua. Entah itu uban atau bukan, 'siapa?' batin Ziel.

Pria yang berusia 40an menatap Ziel terkejut dan kagum di saat yang bersamaan, seolah tengah melihat keajaiban. Dan itu tak luput dari pandangan Raziel. Sedang pria yang lain menatap Raziel dengan tatapan rumitnya, entah apa yang ia pikirkan.

"Ziel? Kamu udah pulang? Sini nak" panggil Yelena. Ziel pun menurut dan berjalan mendekati ibu asuhnya.

Yelena menggenggam tangan dingin Ziel dengan lembut, ia menatap Ziel lembut namun mencerminkan kesedihan, "Ziel, ini tuan Caius, beliau adalah... Kakek kandung kamu" ucap Yelena.

Ziel terdiam, orang tua di depannya ini adalah kakeknya? Apa benar? Raziel merasakan hawa dingin dan aneh saat di dekatnya. Namun tidak Raziel pungkiri aura ini terasa familiar.

"namamu Raziel?" tanya Caius.

Ziel hanya mengangguk, tidak bersuara. Ia masih menatap Caius dengan tatapan rumitnya. Menyadari ekspresi rumit Raziel, Dylan, sekretaris Caius, pun mengambil inisiatif untuk memerkenalkan diri agar tidak terlalu canggung. Ia mengira bahwa Raziel saat ini tengah ketakutan.

"eum.. Tuan Raziel, saya Dylan, sekretaris tuan Caius. Kami datang kemari dengan niat untuk menjemput an-"

"kenapa..."

Mereka semua memusatkan perhatian pada Ziel saat ia memotong ucapan Dylan, "kenapa kalian ngejemput aku? Kan kalian yang dulu ngebuang aku kesini" ucap Ziel.

Caius menghela nafas pelan seraya memijat pangkat hidungnya, ia kemudian membuka mulutnya untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi 5 tahun yang lalu. Mereka pun mendengarkan cerita Caius dengan seksama.

ARISEWhere stories live. Discover now