ᴜɴᴘʀᴇᴅɪᴄᴛᴀʙʟᴇ

1.1K 174 1
                                    

[Alea's POV]

Raziel bilang dia akan mengajakku ke suatu tempat yang spesial, aku kira semacam tempat kencan atau tempat yang indah. Tapi ternyata aku masih tidak bisa memprediksi pikiran pemuda ini.

"kakak cantik pacalnya kak Jiel ya?" tanya salah satu anak kecil yang sedang mengerubungiku seperti semut.

Aku yang sedari tadi hanya tersenyum canggung pun hendak menjawab, "eh? Bu-buka-"

"iya, dia pacar kak Ziel" 

Aku menatap tajam pemilik suara yang duduk di sampingku, Raziel, saat ia malah berbohong pada anak-anak ini.

Kutatap wajah anak-anak kecil ini, binar kagum tak luntur-luntur dari wajah mereka saat melihatku. Ah aku jadi tidak tega mengecewakan mereka.

"i-iya kakak pacarnya kak Ziel" ucapku tersenyum canggung.

"waaaaahhhhh~ kakak kok mau sama kak Jiel?" ucap anak 1.

Bocah perempuan di sampingnya mengangguk, "kak Jiel kalo tidur gak pernah pake baju lho"

"iya terus kalo makan suka gak inget dunia" lanjut anak yang lain.

"iya! Terus karena gak pernah pacaran, waktu itu bunda Yelena nanya kayak gini, 'Ziel, kamu gak gay kan nak?' gitu" ucap anak yang lainnya seraya menirukan suara lembut bunda Yelena, pengurus panti asuhan ini.

Ya, panti asuhan ini adalah panti yang dipindahkan dari Swiss ke Indonesia atas permintaan Ziel pada kakeknya saat ia menjemput Ziel kesana.

Karena bagi Raziel, Yelena dan adik-adik pantinya sangatlah berarti meski saat itu mereka baru bersama selama lima tahun. Namun Raziel tidak mau dijemput dengan kemewahan dan  meninggalkan keluarganya di panti asuhan dalam kemiskinan.

Itu sebabnya ia meminta sang kakek untuk turut memindahkan panti asuhan ini ke tanah air sekaligus menjadi donatur tetap untuk mereka.

Dan disinilah aku berada, panti asuhan Ethereal. Nama yang tidak asing bukan? Kurasa Raziel memang sengaja memakai nama itu, entah untuk apa.

Aku mati-matian menahan tawaku sedangkan Raziel di sampingku juga sedang menahan sesuatu, amarah dan malunya.

Siapa juga yang tidak kesal jika aibnya dibongkar satu persatu begitu? Mana pelakunya adalah anak-anak pula. Raziel tidak akan memapu melawan.

Berbicara soal anak-anak, penghuni panti asuhan meningkat sejak dipindahkan di Indonesia.

Ya kurasa aku tidak perlu lagi menjelaskan tentang kasus pembuangan anak di Indonesia yang tidak perlu diragukan lagi tingginya. Entah karena alasan ekonomi ataupun 'aib', aku masih merasa bahwa semua itu tetaplah salah.

Apalagi jika anak itu sampai dibunuh.

Tapi kembali lagi, aku tidak akan mencoba memperbaikki itu, buar Tuhan yang mengadili mereka. 

"eh~ anak-anak jangan dibongkar gitu aib kak Zielnya. Udah kalian main di luar dulu yaa" suara keibuanyang lembut terdengar dari arah belakang tempatku duduk, seorang wanita paruh baya yang sedikit lebih tua dari ibuku berjalan dengan nampan teh di tangannya.

Anak-anak pun menurut dengan ucapannya saat Yelena meminta mereka untuk bermain diluar.

"maaf ya nak Alea, disini jarang ada tamu jadi cuma ada teh sama beberapa camilan kecil" ucap Yelena seraya menyajikan secangkir teh dan piring berukuran sedang dengan beberapa lumpia kering di atasnya yang dibeli oleh Raziel di perjalanan, dia bilang itu kesukaan bunda Yelena.

"aduh bunda gak usah repot-repot, Alea gak papa kok" ucapku tidak enak. 

Yelena duduk di sofa yang berhadapan dengan kami, ia tersenyum manis padaku dan aku semakin merasa canggung karenanya dan mencoba untuk tidak membalas tatapan Yelena.

ARISEWhere stories live. Discover now