"UNTUK LO YANG UDAH BERANI BERANINYA NGEJALANG!"

"Sejak kapan lo bisa jadi jalang, hm?"

Cuih

Tasya meludah sembarangan, lalu ia mengangkat tubuh lemas anaknya dan membawanya ke gudang.

Flasback done.

BRAK

Reja melempar jaketnya tepat dimeja.

"Buset selow dong boss" ucap Arga

"Kenapa lo?" Tanya Arga, ia duduk disamping Reja yang terlihat sangat lelah.

"Firasat gue gak enak, Ar" Reja memejamkan matanya berusaha untuk menghilangkan perasaan buruknya.

"Gimana maksud lo?"

"Aurora, firasat gue buruk tentang dia Ar. Gue takut dia kenapa kenapa." Jelasnya, Arga mengangguk lalu ia berfikir sejenak.

"Lo gak mau kerumahnya aja? Atau nelfon gitu?" 

"Gue udah telfon dia, tapi gak diangkat. Kalo kerumahnya, lo pasti tau kan nyokapnya gimana" Arga terdiam, lalu ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan untuk Dion, Ares, dan Bara.

"Udah 2 minggu juga ya dia gak sekolah" guman Reja, namun masih mampu didengar oleh Arga.

Arga : Balik kemarkas, bantuin Reja, cepet!

Tak lama Dion, Ares, dan Bara datang. 

"Kenapa nihc?" Tanya Dion 

"Bantuin Reja supaya bisa ke rumah nyokapnya Aurora." Ucap Arga membuat mereka ber tiga berfikir.

"Kalian kan satu kelas, kenapa gak pake alasan kerja kelompok?" Usul Bara. Reja menegakkan tubuhnya, kenapa ia tak berfikir sejauh itu?

"Tapi Aurora udah 2 minggu gak masuk sekolah, kalo pake alasan itu, ketahuan banget." Ucap Ares, mereka kembali berfikir.

"Gue mau nerobos" putus Reja, ia bangkit dari posisinya lalu memakai kembali jaketnya.

"Gue ikut" ucap Arga

"Gue juga, demi ratu Darlions."

"Gue ikut. Pasti"

"Gue juga"

Reja tersenyum tipis, lalu megangguk. Mereka semua langsung bergegas menuju kediaman rumah Aurora.

Kini, kelima lelaki tampan itu sudah sampai dikediaman rumah Aurora. Reja menatap jendela kamar Aurora yang tertutup. Lelaki itu menghela nafas berat.

"Kita mau nerobos masuk, atau mau diem diem?" Tanya Bara memastikan.

"Gue. Mau. Nerobos." Sejak 1 minggu, Reja selalu saja diam diam mendatangi rumah gadisnya. Namun hasilnya sama saja. Tidak ada.

"Oke"

Mereka semua melangkah dengan perlahan memasuki rumah Aurora. Tepat di depan pintu, mereka mendengar suara bantingan.

PRANGG

"DIEM SIALAN"

BRAKK

Mereka membelak, lalu saling menatap kecuali Reja, ia memejamkan matanya. Lalu Reja memegang knop pintu rumah Aurora.

Tasya menengok kearah pintu yang terbuka dan menampakkan lima lelaki tampan dengan tatapan tajam.

Reja melihat banyak bercakkan darah dilantai. Dari awal pintu, hingga didekat sofa. Ia menatap Tasya tajam.

"Dimana. Aurora." Ucapnya sambil mendekat ke arah Tasya yang tersenyum miring.

"Lo nyari cewek murahan itu? Udah mati dia. Gak usah lo cari lagi" ucapnya santai. Reja semakin mendekat, tangannya mengepal pertanda ia marah.

AURORA || on goingWhere stories live. Discover now