6. Luka

46 5 7
                                    

Ohayo! Call me Alya.

"Gadis cantik, dengan semua luka yang disembunyikan."

Terlihat sebetapa malangnya nasib gadis cantik yang sekarang sedang menangis dengan fikiran yang tak terhenti henti terulang dengan ucapan yang diberikan oleh mamanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terlihat sebetapa malangnya nasib gadis cantik yang sekarang sedang menangis dengan fikiran yang tak terhenti henti terulang dengan ucapan yang diberikan oleh mamanya.

"Gak guna lo sialan!"

"Lo tau sebetapa nyeselnya gue  karna udah ngebiarin lo hidup?"

"Andai dulu gue gak ngikutin kata papa lo, mungkin sekarang gue gak usah susah susah ngurusin anak bodoh kaya lo"

"Gue pengen lo cepet mati!"

"cepet mati deh lo, capek gue ngurusin anak sialan kaya lo"

Aurora -- gadis itu memeluk kedua lututnya, menggelamkan kepalanya diantara henpitan dengkul.

"Papa.. Aurora kangen" Lirihnya, ia memejamkan matanya ketika merasakan nyerih dibagian punggungnya.

Aurora menghela nafas kasar, ia bangkit dari posisinya lalu membaringkan tubuhnya dikasur yang terlihat kurang layak untuk dipakai.

Terlalu banyak debu, dan gelap.  Aurora mencoba memejamkan matanya, berusaha untuk bisa tertidur didalam gudang yang penuh dengan debu.

Ntah dimana salah Aurora, pada saat dirinya pulang ia langsung dihajar habis habisan dengan mamanya.

Tubuhnya terasa ngilu, dirinya penuh dengan luka. Ia seperti sedang mandi dengan darah segar.

Tidak ada P3K disini, hanya ada barang barang bekas dan debu. Aurora meringis ketika kepalanya terasa pusing yang sangat dasyat. Ia memukul kepalanya dengan kuat.

"Tuhan, Aurora gak kuat.."

--------- A U R O R A ----------

Flasback(?)

"Mama.... Aurora pulang" gumannya, ia memejamkan matanya sejenak. Didalam fikirannya, ia membayangkan akan disambut dengan mamanya dipeluk serta dicium.

PRANGG

Vas bunga yang dilempar oleh Tasya selaku mama dari Aurora, mengenai kepala Aurora.

"SINI LO SIALAN!" Tasya mendekat, ia menyeret tubuh Aurora. Membuat tubuh gadis itu mengenai pecahan vas bunga.

"Bukan ini yang aku mau Tuhan.." ucapnya dalam hati. Ia pasrah dengan semua pukulan yang bertubi tubi dari mamanya.

Tubuh Aurora sudah tergeletak lemas di lantai, darah terus mengalir dari kepala serta hidung nya. Namun, hal itu sama sekali tidak membuat Tasya merasa kasihan.

"Bangun lo, jangan lemah! Gue gak pernah ngedidik lo jadi anak lemah!" Tasya mengambil gesper yang masih tersangkur di rok Aurora. 

CTASS

AURORA || on goingWhere stories live. Discover now