36. "Secrets And Regrets"

1K 140 64
                                    



Hembusan angin malam menerpa wajah Jisoo, matanya terpejam dengan wajah yang mengadah ke langit. Suara kendaraan saling bersahutan di tepi jalanan sana. Dan di sinilah Jisoo berada, di salah satu taman kota yang tak jauh dari restaurant tempatnya makan malam tadi. Ia pergi setelah mengatakan ingin membatalkan pernikahannya, ia yakin bahwa Ayahnya akan murka, namun baginya ini belum terlambat untuk menentukan masa depan.


Dari kejauhan tampak Suho yang berjalan mendekat dan berhenti tepat di samping Jisoo. pria itu menoleh dan menatap Jisoo yang tampak masih setia memejamkan matanya. Hembusan nafas pelan terdengar keluar dari mulutnya.


‘’Aku melapasmu, aku tidak bisa memaksamu untuk menjalani pernikahan yang tidak kau inginkan.’’


Jisoo membuka matanya yang semula terpejam. Menatap lama pada langit yang menghitam di angkasa. Merasakan dingin dari gemeresak angin yang entah kenapa Jisoo rasa tengah menyebarkan sejuta resah.


‘’Sejujurnya, memang sudah lama aku mempertanyakan. Apakah kita memang layak menjalani hubungan ini setelah semua yang terjadi?’’


Lontaran pertanyaan mengalir di samping. Hembusan hawa panas yang keluar dari pernafasan sang pria membawa jelita malam kembali meraih fokusnya untuk menatapnya sejenak.


‘’Dan kita berhasil menjalani untuk separuh perjalanan. Dan setelah sekian lama, aku baru menanyakan pada diriku sendiri.’’ Jisoo menatap Suho dengan raut yang sulit untuk diartikan. ‘’Apa yang aku harapkan dari hubungan ini?’’ Ia menyampirkan rambutnya ke samping. Menutup irisnya yang hitam sembari berusaha menarik nafas panjang. ‘’Apa yang aku harapkan dari semua ini? Mengikatmu dengan paksa, hanya akan membuatku terluka sedikit demi sedikit dan lebih dalam.’’


Tawa miris Jisoo menghantui ruang. Menyisakan tak hanya sekelumit luka, namun juga kehampaan pada kenyataanya, bukan karena penyesalannya setelah melepas Suho. Hanya saja penyesalan pada dirinya sendiri karena baru melepaskan pria itu.


‘’Seseorang pernah mengatakan padaku, bahwa cinta seperti apa yang tertoreh di atas kubangan duka orang lain? Awalnya aku merasa yang berada pada kubangan itu, tapi ternyata aku salah,’’ ujarnya penuh sesal.


Dalam kegelapan, siluet dari pria itu bergerak. Tangannya terulur ke depan demi mendekap Jisoo. memerangkapnya dalam pelukan hangat dan semakin menyadarkan Jisoo, bahwa pelukan itu bukan miliknya dan bukanlah untuknya.


Sepi menetapkan langkah menemani keduanya. Membawa mereka terhanyut dengan lambungan perenungan yang lama.
‘’Terima kasih karena telah mengakhiri kerumitan ini, Kim Jisoo.’’


Suara Suho mengalun pada indra pendengaran Jisoo, perempuan itu memejamkan matanya di balik pelukan mantan tunangannya tersebut. Sebab baginya kini, bahwa cinta hanyalah sebuah kata biasa tanpa arti yang istimewa. Sebab cinta membutuhkan pasangan untuk membuat segalanya indah. Dan bagi Jisoo, Suho bukanlah orang yang tepat.


***


Sejatinya, selalu ada yang menanti kita. Entah itu cinta? Atau bahkan kematian. Tetapi apa pun yang akan menghampiri lebih dulu, sudah selayaknya kita mempersiapkan diri.


Entah itu pelaminan.


Entah itu liang kematian.


Seokjin mengabaikan panggilan-panggilan pada ponselnya sejak kemarin. Setengah mati ia tidak membuka pesan-pesannya atau bahkan melihat notifikasi telepon pada ponselnya. Namun lambat laun telinganya terasa panas, dengan terpaksa ia meraih ponselnya dan mematikan benda pipih itu.


Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang