30. "The Pain Is Back Again"

918 120 39
                                    



Jisoo memandang keluar jendela café dengan pandangan yang kosong, sesekali ia menyeruput kopi pesanannya dengan sangat tak berselera, raut wajahnya jelas mengatakan bahwa hatinya sedang gundah. Ada suatu hal yang mengganggu pikirannya.


‘’Maaf membuatmu menunggu.’’


Jisoo menoleh pada Irene yang baru saja datang, kini perempuan itu tampak menarik kursi di hadapannya. Jisoo pun memperbaiki posisi duduknya dan menatap Irene.


‘’Pesanlah sesuatu,’’ ujar Jisoo, ia tampak memberikan daftar menu pada Irene namun ditolak perempuan itu.


‘’Tidak perlu, aku sudah minum kopi saat di butik tadi,’’ balas Irene disertai dengan senyum ramahnya. ‘’Oh ya, kenapa tiba-tiba ingin bertemu denganku?’’ tanya Irene.


Raut wajah Jisoo tampak datar, ia menghela napasnya pelan sebelum kemudian kembali menatap Irene. Ada seribu kata yang bersarang di kepalanya, yang begitu ingin mulutnya keluarkan. Namun kenapa lidahnya terasa keluh? Hatinya seolah tak setuju dengan kata-kata yang ada di pikirannya.


Jisoo memejamkan matanya, sekelebat kenangan bersama dengan Irene sedari kecil kini berputar bak klise film di dalam pikirannya. Sedari kecil ia dan Irene selalu bersama-sama, mereka tumbuh bersama semenjak orang tua Irene meninggal, mereka bahkan sering disangka sebagai saudara kandung saat masa sekolah dulu. Irene adalah perempuan yang sangat baik, ia menyayagi Jisoo bak saudara kandungnya sendiri. Beberapa kali Jisoo berpikir batapa beruntungnya ia karena terlahir dari keluarga yang begitu sempurna.


Kemudian sekelebat ingatan lainnya tentang Suho juga datang secara bersamaan, memaksa kenangannya dan Irene untuk menghilang. Tentang bagaimana momen pertemuan pertama mereka, tentang bagaimana ia jatuh cinta pada pria itu, dan tentang bagaimana bahagianya dia saat Suho melamarnya secara tiba-tiba. Ada perasaaan bahagia yang membuncah dalam dirinya saat mengingat hal itu.


Namun kenangannya dengan Seokjin seketika mematahkan kenangan lainnya. Namun anehnya, bukan kenangan di saat-saat bahagia, tapi yang Jisoo ingat malah kenangan di mana hubungannya dengan Seokjin telah hancur berkeping-keping, saat di mana ia menyakiti pria itu dengan cara memutuskannya dan bertunangan dengan pria lain.


Sesuatu serasa menghantam ulu hatinya, sangat sakit. Tanpa sadar ia mengernyit saat merasakan dadanya sesak akibat ingatan-ingatan itu. Irene yang sedari tadi memperhatikannya sembari mengerutkan kening kini tampak khawatir.


‘’Kau baik-baik saja, Jisoo?’’ tanya Irene sembari menyentuh punggung tangan Jisoo.


Seketika Jisoo tersadar dan membuka matanya yang semula terpejam, ia kemudian berlagak seolah tidak terjadi apa-apa, ‘’Aku baik-baik saja.’’


Irene mengangguk kemudian menarik tangannya, ‘’Oh ya, apa yang ingin kau bicarakan?’’ tanya Irene.


Jisoo terdiam sejenak, menatap mata Irene kemudian menimang-nimang kalimat apa saja yang akan ia ucapkan. ‘’Boleh aku meminta sesuatu?’’ tanya Jisoo.


Dahi Irene mengkerut, ia tampak kebingungan. ‘’Sesuatu?’’ tanyanya yang dibalas anggukan Jisoo.


‘’Anggap aku meminta hadiah pernikahan darimu.’’


Irene menatap Jisoo, kemudian tersenyum ceria. ‘’Astaga, tentu saja boleh. Tidak usah sungkan untuk meminta sesuatu dariku, Jisoo. bukankah kita sudah seperti saudara sendiri?’’ ujar Irene dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.


Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora