13. "Too Difficult To Let It Go"

770 119 13
                                    

''Jisoo..'' panggil Suho saat mendapati kedatangan Jisoo.

Jisoo tersenyum namun ada kesedihan yang terpancar dari sorot matanya, bibirnya bengkak dan terlihat ada noda darah yang menempel di sana. Suho dan Irene segera berjalan menghampiri gadis Kim itu.

''Kau baik-baik saja?'' tanya Irene khawatir, bagaimana tidak? Penampilan Jisoo benar-benar berantakan ditambah mata gadis itu yang nampak membengkak.

''Hmm,'' gumamnya mengiyakan.

''Kalau begitu aku pulang ya? Aku ada janji dengan temanku untuk membahas gaunmu,'' kata Irene tiba-tiba, sudah kembali memasang wajah cerianya, berakting seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa.

''Tidak bisa, kau sudah berjanji padaku akan menginap di sini malam ini.''

''Apa?''

Jisoo terkejut saat mendengar teriakan Suho dan Irene yang benar-benar kompak.

''Kau hanya memintaku untuk mengunjungi kediaman barumu, kenapa sekarang aku harus menginap?'' protes Irene tak terima.

''Yah... aku berubah pikiran, aku ingin kau menginap,'' balas Jisoo tidak mau mendengar bantahan.

Irene melotot horror pada Jisoo yang dibalas senyuman oleh gadis bersurai hitam itu, tak mempan. Kemudian ia melayangkan tatapan tajamnya pada Suho yang memasang wajah bodoh dengan mulut sedikit terbuka.

''Jisoo bisakah..''

''Aku akan mengganti pakaianku dulu, setelah itu aku akan memasak makan malam untuk kalian.'' Jisoo tersenyum, menegaskan bahwa ia tak menerima penawaran.

Suho menghela nafas pasrah sedang Irene nampak masih tak terima.

''Baiklah kalau kau memaksaku untuk tinggal, tapi biarkan aku yang membuat sesuatu untuk makan malam kita,'' kata Irene pasrah. Ya dia lebih suka menyebut sesuatu karena tidak begitu layak disebut makanan jika hasil tangannya.

''Kalau itu maumu aku bisa apa?'' Jisoo menyerah, memberikan Irene wewenang untuk memasuki daerah teritorial kekuasaannya.

Suho menghela nafas lagi, benar-benar dibuat pusing dengan tingkah kedua makhluk cantik berlabel wanita di hadapannya, hal itu membuatnya harus mulai waspada dengan isyarat tak tampak berhati-hati dalam bersikap.

''Jisoo, kau masih menyimpan obat sakit perut kan?'' Suho melirik kotak P3K yang menggantung di dinding sebelah kanannya. Ia masih ingat, dua hari yang lalu setelah makan makanan buatan Irene, semalaman membuat intensitasnya ke toilet melonjak drastis.

''Kau sakit?'' tanya Jisoo khawatir.

''Mungkin, nanti,'' jawab Suho asal.

Jisoo mengernyitkan alisnya bingung namun kepalanya mengagguk lalu membawa langkahnya ke kamar untuk berganti pakaian.

''Lelucon apa ini?'' tanya Suho skeptis, masih tak habis pikir dengan ide tunangannya yang meminta Irene untuk menginap.

''Mungkin Jisoo merasa bosan,'' Irene menoleh menatap Suho. ''Dia mungkin bosan menunggumu pulang dari tempat tinggalku dan membuatnya berinisiatif menahanku di sini, sebagai pembelanya jika kau ingin pergi,'' lanjutnya pelan membuat Suho bungkam.

Pria tampan itu memijat hidung mancungnya, tak menemukan kata yang tepat untuk membela dirinya sendiri, semua yang dikatakan Irene sebenarnya tak mungkin dia sangkal.

''Walaupun dia tidak tahu tentang hubungan gelap kita,'' kata Irene dengan paras dinginnya.

Suho semakin frustasi, sepertinya dunia membuatnya merasa bersalah atas pilihannya untuk mencintai Irene dan menghianati Jisoo. Calon istrinya itu terlalu baik untuk ia sakiti tapi rasa cintanya pada Irene juga tidak bisa dibendung lagi. Kerumitan ini seolah menekannya dari segala arah dan seakan siap menghancurkannya.

Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Where stories live. Discover now