Sugar D 55

2K 179 57
                                    

Pagutan di bibir se-manis anggur itu membuat candu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagutan di bibir se-manis anggur itu membuat candu. Perasaan cinta itu ber-satu padu dalam temu bibir nan lembut se-lembut sutera. Belasan menit telah berlalu, tetapi urung jua usai malah ingin lagi dan lagi. Pagutan itu terus-menerus menerobos dinding-dinding batu nan keras dan tinggi hingga runtuh menjadi kerikil-kerikil kecil, lalu dilebur lagi menjadi butiran pasir nan halus. Dulu cuma singgah sebentar di dermaga untuk melihat-lihat pasar, tetapi sekarang menjelma menjadi pedagang serta pemilik dari dermaga tersebut.

Suara kecepak basah serta erangan halus memenuhi se-isi ruangan. Bilamana Sandi mencoba mundur sejenak demi menghirup oksigen dalam-dalam. Saat itu lah Frederick langsung memagut bibir itu tanpa tapi, sungguh manis terasa. Bagai anggur yang telah difermentasi selama berbulan-bulan, sebab semakin lama semakin terasa lezat baik itu di bibir, jiwa, dan raga. Sandi terengah-engah tatkala pagutan itu terlepas-pun kepala ia jadi sedikit pusing, sebab sulit tuk menghirup oksigen lebih. Frederick benar-benar tidak memberikan kesempatan untuk itu.

"Gitu aja udah ngos-ngosan? Baru ciuman juga," ucap Frederick.

Sandi mendengus diiringi semburat merah di pipi.

"Bantuin aku belajar dong, mas? Susah banget, tau. Intinya jangan ampe remedial aja. Biar nggak dimarahin sama mama nanti," ucap Sandi.

Frederick terkekeh geli.

"Seriusan kamu pengen mas bantuin kamu belajar biar nggak dimarahin sama mama gara-gara remedial?" ucap Frederick merasa sang istri begitu lucu.

Sandi benar-benar terlihat sangat takut pada Isma seolah seperti sedang berhadapan dengan algojo saja. Sandi pun menatap Frederick penuh harap. Frederick jadi melas melihat sang istri pang begini cemas dan takut.

"Bisa~ Tapi kita belanja ke mall dulu, ya? Mas pengen pamu masak sesuatu buat mas sekalian jalan-jalan pacaran," ucap Frederick sambil mencubit pipi Sandi.

"Ulangan semester mulainya besok, lho, mas? Kok malah belanja, sih?" sahut Sandi cemberut.

Frederick pun menjitak dahi sang istri.

"Eh, masmu ini lulusan strata tiga, trus businessman dari jaman kuliah. Bantuin kamu belajar biar bisa masuk sepuluh besar itu urusan kecil buat mas, San," ucap Frederick.

Sandi pun beringsut dari pangkuan sang suami; ingin segera bersiap-siap terlebih dahulu. Frederick malah menahan pergelangan tangan ia sambil tersenyum misterius. "Cepetan lepasin! Udah sore ini, mas!" ucap Sandi. Frederick pun melepas genggaman tangan ia, dan membiarkan sang istri bersiap-siap alias berdandan di kamar. Bibir ia pun melengkung sesaat setelah Sandi keluar dari ruangan ini. Frederick termangu memikirkan hal-hal apa saja-yang telah terjadi dalam hidup ia mulai dari sebelum dan sesudah bertemu dengan pujaan hati ia, Sandi Fahruroji.

Sandi diibaratkan berlian nan sangat langka dan berharga-jua tidak sembarang orang dapat menyentuh-apalagi memiliki ia baik sebagai teman ataupun partner hidup. Sandi memiliki sisi di mana orang lain tidak dapat memiliki sisi itu. Bagai penghangat di kala dingin, dan pendingin di kala panas membara. Itulah definisi dari betapa indahnya seorang pemuda ber-nama Sandi Fahruroji, istri dari Frederick Stephen Surjadi, pengusaha ternama asli Malang.

Sugar D [BL]Where stories live. Discover now