Sugar D 49

2.9K 318 99
                                    

Gama X Ginanjar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gama X Ginanjar

----- ⭐ ----- ⭐ ----- 🌟 ----- ⭐ ----- ⭐ -----

NOTE: KALO CERITA INI ANEH DAN GAK SESUAI EKSPEKTASI LU. SKIP AJA DARIPADA KOMEN ANEH. GUE DAH NERIMA KOMENAN YG NGERASA GAK SEJALAN AMA INI CERITA. INGET! INI TUH FIKSI! IMAJINASI!

Sandi pun turun dari mobil. Berita miring tentang ia masih terasa begitu hangat di antara para murid. Sandi tiada perduli. Ia juga tiada mampu menutup seribu mulut, tetapi ia mampu menutup telinga ia sendiri. Semua orang masih betah menggosip seolah tiada lelah sama sekali. Sungguh paras tampan dan jelita tiada guna. Saat semua itu malah dihiasi oleh perbuatan durjana. Siapa lah Sandi. Ia cuma manusia biasa. Berdiri tegap di antara para pencaci adalah senjata ter-ampuh demi meruntuhkan stigma negatif itu. Ia tidak ingin terlihat lemah.

Hampir semua orang memicingkan mata pada ia sepanjang ia melalui koridor sekolah. Broadcasting room adalah tujuan pertama ia sebelum bel tanda masuk kelas berbunyi. Di sana; ia memeriksa seluruh peralatan siaran satu per satu; barangkali ada kerusakan. Begitulah pikir ia. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ini soal ucapan sang suami saat dalam perjalanan tadi. "Sandi, mas nggak tau hacker mana yang udah bantu ngehapusin seperempat dari akun-akun media sosial-yang dengan sengaja up berita tentang kamu. Dia emang nggak non-aktifin semua akun, tapi dia udah nembak tepat sasaran tau, nggak?" ucap Frederick.

Itu pasti kerjaan Ezhar, batin Sandi.

Bibir ia tersungging samar. Sungguh tiada rasa benci di hati pada sang sahabat. Ia cuma menganggap Ezhar seperti seorang anak kecil yang tengah merajuk saja. Berapa lama dia menghapus puluhan hingga ratusan akun? Huft, keriting pasti tuh tangan, batin Sandi. Ia menoleh setelah mendengar suara decitan pintu. Oh? Jodi dan Gama? "Perasaan tiap hari lu bedua pasti ada nyamperin gue," ucap Sandi terheran-heran. "Gini-gini gue sahabat lu, anjir," sahut Jodi. Tiga serangkai itu pun duduk berhadap-hadapan.

Gama sangsi sehingga ia sempat menyenggol lengan Jodi sebentar. "Udah, tenang aja, ada gue," ucap Jodi. Sandi menatap dua sahabat ia dengan tatapan curiga. Dua alis ia sampai hampir saling bertautan. "Errr ini, Dan. Gue mau ngasih sesuatu ama lu," ucap Gama gugup. Ia cemas kalau-kalau Sandi marah pada diri ia. Ia pun memberi sebuah undangan. Hal itu pun mengundang rasa penasaran di hati Sandi. "Undangan siapa, nih? Kak Len mo nikah?" tanya Sandi. "Errr lu baca aja, deh," sahut Gama panas dingin.

Sandi pun mulai membaca undangan tersebut perlahan. "Gama dan Ginanjar?" gumam Sandi mengerutkan alis. "Tu-tunggu dulu. Jadi, lu..," gumam Sandi. Sungguh ia tidak menduga akan hal ini. Perasaan ia saat ini ada dua: marah dan bahagia. Ia marah lantaran Gama merahasiakan hal ini dari ia, dan ia bahagia, karna sang sahabat juga pasti sangat bahagia. "San, gue juga baru dikasih tau ama nih anak hari ini. Seriusan, gue beneran baru tau," ucap Jodi. "Oh?" sahut Sandi memberi sebuah isyarat pada Jodi. Beruntung Jodi langsung mengerti arti dari isyarat tersebut melalui tatapan mata Sandi.

Sugar D [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang