Sugar D 11

6.4K 438 9
                                    

Frederick dan Sandi bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun. Ciuman dan pelukan mesra itu dianggap hal biasa. Toh, tidak bisa menjadi landasan dua orang saling mencintai, kan? Terlebih Sandi memanfaatkan Frederick untuk kepentingan pribadi, yaitu: menaikkan followers dan endorsement. “Om? Om nggak ada bon cabe?“ tanya Sandi mencari-cari keberadaan bon cabe di dapur, namun nihil. “Nggak ada, soalnya om nggak suka makanan terlalu pedes, jadi nggak pernah beli,“ sahut Frederick.

Huft, untung mienya belum gue masak, batin Sandi. “Mau ke mana?“ tanya Frederick. Saat Sandi berada di depan pintu. “Ke alfa di depan sana, mau beli bon cabe,“ sahut Sandi. “Tunggu, om temenin kamu ke sana,“ ucap Frederick—pun beranjak dari sofa. Sandi malah cengo. Ia terheran-heran mengapa Frederick ingin menemani dirinya ke alfa? Hei, ayolah ini cuma 200 meter saja dari rumah. “Kenapa? Kok liatin om kek gitu?“ tanya Frederick. Saat ia mendapat tatapan sebal dari Sandi. “Om, gimana aku nggak sebel? Cuma 200 meter doang, lho? Dari rumah? Masa ditemenin ama om segala, sih?“ cerca Sandi.

Frederick pun tersenyum penuh arti sambil melingkarkan tangannya di p i n g g u l Sandi. “Om~“ gumam Sandi sebal. “Udah, ayo jalan, om temenin kamu biar nggak ada yang berani liatin kamu aneh-aneh,“ ucap Frederick. Sandi pun mencebikkan bibir kesal. Bagaimana Frederick tidak seposesif itu? Coba kalian lihat penampilan Sandi saat ini. Dia mengenakan baju kemeja putih tipis over size—yang dimasukkan ke dalam celana training abu-abu. Terlihat sangat tampan dan menggoda. Frederick tidak terima; jikalau ada mata-mata nakal—yang menatap kagum hingga terpesona pada Sandi.

Di alfa; Frederick mengikuti Sandi ke mana pun dia menuju. Niat hati ingin membeli bon cabai saja. Eh, malah beli makanan lain mulai dari snack hingga roti? Frederick benar-benar seperti seorang suami—yang sedang menemani istri berbelanja di mini market. “Kamu suka keripik tempe, San?“ tanya Frederick. Saat Sandi mengambil dua bungkus keripik tempe. “Hm? Sebenernya sih nggak terlalu suka. Tapi, karna enak dicocol ama sambel, jadinya ya beli aja buat ngemil sambil streaming,“ sahut Sandi. Frederick pun otomatis menyentuh p i n g g u l Sandi, tatkala ada orang yang berselisih. Sandi sempat terkejut. “Ntar kesenggol sama yang lain, makanya om tahan p i n g g u l kamu,“ ucap Frederick.

“Dasar,“ gumam Sandi, lalu menyikut perut Frederick pelan. “Total berapa mba?“ tanya Frederick pada si mba kasir. “Nggak usah, om. Biar aku bayar sendiri aja,“ ucap Sandi melarang Frederick membayar semua belanjaan miliknya. “Ini mba, pake ATM saya aja,“ ucap Frederick langsung memberikan kartu ATM nya pada si mba kasir. Seperti biasa; Frederick selalu melingkarkan tangannya di p i n g g u l Sandi. Terlebih saat mereka ingin menyeberang jalan. Tiba di rumah. Sandi terlihat begitu senang, karna ia membeli banyak makanan. “Pesta besar,“ gumam Sandi.

“Om? Om mau mie instan juga nggak? Biar sekalian aku bikinin,“ ucap Sandi sekaligus bertanya. “Boleh~ Tapi, sepiring berdua sama kamu ya, San? Trus kamu suapin om, soalnya om lagi males makan sendiri,“ sahut Frederick. Dasar, gumam Sandi geleng-geleng kepala. Sandi pun membuat mie sedap goreng hype abis dua bungkus. Lalu, ia tambahkan dua biji telur mata sapi, dan keju mozarella. Mie goreng buatan Sandi pun tiba. Uh, aromanya sedap sekali, bikin ngiler, batin Frederick menelan ludah. “Kamu nggak livestreaming?“ tanya Frederick, sesaat setelah Sandi duduk di sebelah.

“Tumben nanyain livestreaming? Kenapa emang?“ tanya Sandi—pun sambil menyalakan siaran langsung di instagram. “Ya nggak papa, nanya doang,“ sahut Frederick. “Aaa,“ gumam Sandi meminta Frederick untuk segera membuka mulut. Frederick pun menyantap suapan pertama dari Sandi. Sejurus kemudian; ia pun merasa lidahnya seperti terbakar. Panas. “San San ajr San air,“ ucap Frederick kepedasan. “Sstt huft ssst haaah ini cabe ato apa sih, San? Ssttt huft,“ gumam Frederick menahan rasa pedas. Sandi malah terkekeh geli melihat Frederick kepedasan. “Eh? Bibir sama telinga om ampe merah gitu?“ celetuk Sandi. “Kan om bilang om nggak bisa makan pedes, San?“ sahut Frederick.

Sugar D [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang