Sugar D 51

2K 211 61
                                    

Sinar mentari mulai meredup tatkala sore menyapa. Tetes demi tetes air menetes melalui ujung daun-daun, sebab hujan baru saja reda—pun aroma khas dari hujan tadi membuat bibir ia melengkung tipis; menghirup aroma itu dalam-dalam, lalu duduk di kursi rotan di teras rumah. Betapa aroma hujan itu se-harum cinta di dalam dada. Bagai air di lautan—pun rasa cinta itu tumpah ruah. Siaran langsung telah berlangsung di dua hp ia. Seluruh penonton terpana apan senyuman—yang mengembang dari bibir sang pecinta, lalu berdiri dengan rona bahagia tiada terpira. Pipi ia merona, sebab tersipu malu oleh sang pujangga.

Suara mesin mobil itu membuat ia segera beranjak dari pursi rotan itu, lalu mendekap tubuh sang suami tercinta. Ia usap pipi itu dengan lembut. “Udah dibilangin pake cream anti-aging biar keriput di mata kamu ilang, mas,“ ucap Sandi. “Bacot,“ sahut Frederick membuat Sandi terperangah dengan mulut menganga lebar. Dari mana sang suami mempelajari istilah kasar seperti itu? “Siapa yang ngajarin?“ tanya Sandi serius. Sandi curiga jikalau Frederick berada pada lingkungan pergaulan yang tidak sehat. Frederick malah menggoda sang istri dengan menaikturunkan alis ia.

“Ih, nyebelin,“

“Orang mas baru dateng juga. Kamu malah bahas soal keriput. Hadeuh bikin mood mas ancur aja kamu, San. Dicium kek apa kek ini malah ngatain keriput,“

“Siapa yang ngatain kamu coba, mas? Fakta ini fakta,“

Sandi pun meraih tas kerja sang suami. Ini lah tugas sehari-hari ia sebagai seorang istri selain disibukkan dengan kegiatan belajar di sekolah—juga harus melayani sang suami se-baik mungkin. Jangan sampai suami sendiri pindah ke lain hati, cuma gara-gara tidak mampu menjalani tugas dengan baik sebagai seorang istri. Saat berjalan menuju kursi rotan di teras saja; Frederick sampai harus melingkarkan tangan ia di pinggul Sandi.

“Tunggu di sini dulu, mas. Biar aku bikinin teh anget sekalian taro tas kamu di kamar,“ ucap Sandi.

“Ini hp pamu dua mau diapain?“ tanya Frederick membuat langkah Sandi terhenti.

“Oh, itu? Uhm, aku rencananya pengen kasih klarifikasi aja soal aku sama Fatima yang sempet viral itu, lho, mas,“ sahut Sandi.

Frederick pun cuma ber-oh ria saja.

Simpul benang rajut itu semakin bertambah kuat. Segala macam rintangan entah itu seratus, seribu, atau puluhan ribu rintangan sepali pun. Sebagai seorang suami; Frederick rela pasang badan demi sang permaisuri kapan pun dan di mana pun. Bahkan jikalau duri-duri itu dapat melukai diri ia dalam-dalam; Frederick rela, dan sangat sangat rela demi sang permaisuri tercinta. Frederick tidak sadar jikalau siaran langsung itu telah berlangsung sejak tadi. Siaran itu dibanjiri pujian—yang ditujukan untuk diri ia.

Sejurus kemudian; Sandi pun datang dengan se-gelas teh hangat. Frederick menatap sang istri penuh arti sambil senyum-senyum sendiri seolah sedang menyimpan beribu-ribu siasat jahat demi menggoda sang istri. Sandi tidak bisa menahan sang suami—yang selalu mencoba menggoda ia seperti itu. Sandi amat lah sangat gemas. Sebelum Sandi benar-benar memberi klarifikasi di sosial media tiktok dan instagram. Sandi ingin mengobrol sore dahulu bersama sang suami sambil bergelayut manja di lengan Frederick.

“Bentar lagi ultah kamu yang ke 48. Kamu pengen apa, mas?“ ucap Sandi sembari mengusap kening Frederick.

“Pengen apa lagi? Mas udah punya semua, San. Istri, mobil, rumah, apartemen, trus apa lagi, dong?“ sahut Frederick membuat Sandi sebal sehingga membuat tangan Sandi gatal tuk memukul paha sang suami.

“Sombong banget, sih?“ ucap Sandi mengatai sang suami sombong.

“Gini-gini mas sombong dengan bukti, bukan omdo, doang,“ sahut Frederick.

Sandi pun bersiap-siap, dan duduk dengan tegap demi memberi sedikit klarifikasi singkat mengenai rumor miring tentang diri ia akhir-akhir ini setelah memasang mic di kerah baju. Frederick? Tentu saja dia cuma diam seolah-olah tidak tau menau tentang apa—yang akan dilakukan oleh sang istri, sebab ini lah cara Frederick memberi ruang bagi Sandi agar dapat mengekspresikan diri sendiri, meskipun masih berada di bawah pengawasan ia sebagai seorang suami. Frederick cuma perlu memantau. Jikalau menjurus pada hal-hal positif, maka ia biarkan begitu saja, tetapi sebalipnya jikalau menjurus pada hal-hal negatif; Frederick tidak segan-segan menegur serta menasihati Sandi. Sebab memanjakan istri se-penuh hati, jiwa, dan raga bukan berarti tanpa ada didikan phusus bagi sang dicinta.

Sugar D [BL]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن