Delicate

440 46 2
                                    

Tepat baru saja Ayu selesai mengemas barang-barangnya, bersiap untuk pulang, Gibran menghubungi Ayu dan membawa kabar yang Ayu harap tidak terjadi. Ayu yang tadinya sangat santai, langsung terburu-buru pulang dan memesan ojek online untuk menuju terminal Leuwi Panjang.

Aga tiba-tiba saja masuk rumah sakit, dikirim ke IGD* oleh teman satu studionya, karena nyeri hebat di perut sebelah kanan. Dan bang Gibran bilang Aga harus segera operasi usus buntu akut hari ini juga.
*IGD = Instalasi Gawat Darurat

"Yu, tenang dulu, nggak usah buru-buru, mending lu suruh abang ojeknya puter arah ke kost dulu aja. Lu tenangin diri, mandi, masih sempat buat kemas baju." Bang Gibran berusaha menangkan Ayu yang sedang menunggu bus di dalam terminal.

"Nggak bisa, bang. Aku nggak tenang banget." Ayu menggigit kukunya.

Bisa Ayu dengar Gibran mendesah pasrah di seberang telepon, "Ya udah kalau gitu... Lu naik bus Primajasa tujuan Jakarta-Bandung ya, busnya lewat Pasar Rebo sampe Ciputat, Yu. Lu minta turun di Pasar Minggu aja depan stasiun, biar gampang buat pesen ojek online. Terus ke Rumah Sakit Pondok Indah, Yu."

"Iya, bang."

"Coba tanya, bus terakhir berangkat jam berapa? Biasanya bus primajasa ada sejam sekali datengnya."

Ayu menjauhkan teleponnya, menengok ke arah kanan dan ada seorang bapak paruh baya yang menjaga tiket bus.

"Pak, punten bus terakhir tadi berangkat jam berapa ya?" Tanya Ayu dengan suara yang tenang.

"Setengah jam lalu lah kira-kira, neng."

Ayu mengangguk ramah, "Nuhun, pak."

Ia kembali mendekatkan ponselnya ke telinga, lanjut berbicara pada Gibran, "Setengah jam yang lalu katanya, Bang."

"Berarti dateng 30 menit lagi. Lu tenang dulu, Yu. Aga udah masuk OK* juga kayaknya. HP dia sengaja dimatiin tadi, ada temennya yang jaga juga. Hati-hati, Yu. Jaga barang-barang lu. Oh iya nanti lu ganti baju di sana gimana? Kan lu gak bawa apa-apa."
*OK = Kamar Operasi

"Aku paling minjem baju temenku aja."

"Hmm... Oke oke... Oh iya, Yu, jangan hubungin ibu sama papa gue ya kalau Aga masuk rumah sakit. Nanti aja kabarinnya kalau udah dua hari setelah operasi, biar gue yang hubungin. Ibu gue kalau udah panik kadang suka histeris, mendingan dikasih tau pas dia udah mendingan aja. Lu juga, tenang aja, ini operasi biasa kok."

"Iya bang, makasih banyak ya."

"Gue tutup ya, Yu. Mau konsul pasien dulu soalnya."

"Iya bang. Bang Gibran semangat juga."

"Sip."

Ayu gelisah bukan karena operasi biasa yang Aga harus jalani, tapi ia khawatir dengan Aga yang harus sakit sendiri. Ia khawatir dengan keadaan Aga dan rasa sakit pasca operasi nanti. Ia tahu, pasti Aga tidak suka melihatnya terlalu khawatir begini, tapi mau bagaimana lagi. Ia bahkan tidak sempat --eum sebenarnya sempat saja, tapi pasti akan mengulur waktu, Ayu tidak sempat pulang ke kostnya dulu, untuk sekedar mengemas baju-bajunya, rasa khawatir itu terlalu menguasai Ayu. Bahkan ia masih memakai pakaian kerjanya; kemeja panjang berwarna biru muda, celana panjang katun berwarna hitam, dan rambutnya yang ia kuncir satu. Ayu juga hanya membawa ransel yang biasa ia bawa untuk bekerja berisi laptop, buku catatan, dompet, dan alat makeup lainnya.

Nanti saat di jalan, Ayu akan menghubungi Saras untuk meminjam baju beberapa potong saja, untuk menemani Aga di rumah sakit

Nanti saat di jalan, Ayu akan menghubungi Saras untuk meminjam baju beberapa potong saja, untuk menemani Aga di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
point of viewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang