Saras Atau Vidya?

255 39 0
                                    

Ramainya resto hari ini membuat Saras agak kelimpungan dan harus terjun langsung untuk menerima dan mengantar pesanan. Waiter yang bertugas hari ini cukup kewalahan melayani pengunjung yang sangat ramai. Saras juga tidak ingin mengganggu waktu shift karyawan yang lain.

Kunciran yang mengikat rambut Saras bahkan sampai turun dan rambutnya sedikit berantakan. Ia menyandar sebentar di meja kasir, meregangkan badannya dan kakinya yang mulai terasa pegal.

"Mbak Saras duduk aja, udah lumayan sepi tuh." Ujar Heru, kasir yang sedang berjaga hari ini.

Saras mengangguk dan tersenyum singkat, ia beranjak pergi ke belakang dan duduk di dapur. Mengipas-ngipas wajahnya yang berkeringat.

Mendapat amanah melanjutkan resto mama memang tidak mudah bagi Saras. Mamanya terkenal sangat ulet dan tekun dalam menjaga resto. Alasan kenapa resto yang dinamai "Sarasa" ini selalu ramai dan bertahan lama, adalah karena kegigihan mamanya sendiri. Dulu memang mama hanya memulai resto ini hanya berdua dengan ayahnya, tidak ada karyawan sama sekali, hanya mama dan ayah yang ikut langsung untuk melayani dan mempersiapkan semua bahan. Saras yang masih kecil terkadang juga ikut menjaga kasir, menghitung jumlah duit pelanggan, bermodalkan Saras yang memang dulu juara satu lomba sempoa.

Mama sangat rajin untuk mendatangi satu persatu pengunjung dan menanyakan apa yang kurang dari masakannya, lalu jika mama mengeluarkan menu baru, ia akan membiarkan pelanggan mencobanya secara gratis dan menerima kritik saran apakah ada yang harus ditambah atau tidak. Jika komentarnya memuaskan, maka mama akan melanjutkan dengan membuat menu baru dengan resep mama sendiri.

Dan itu pun sekarang menurun pada Saras, ia selalu melakukan apa yang mamanya lakukan. Mengecek sendiri ke dapur jika ada kendala, tidak segan jika diprotes oleh pengunjung, Saras dengan sukahati akan terjun langsung membantu para karyawan jika di resto sedang ramai.

Itulah kenapa rata-rata karyawan yang bekerja di resto ini bertahan cukup lama, bahkan chef yang bekerja sudah lima tahun berada di sini.

Ia mengeluarkan ponselnya yang berada di dalam kantung celana. Hari ini ada seorang food blogger yang ingin mengunjungi resto Saras. Penulis blog yang sering Saras kunjungi itu, Saras undang sendiri untuk berkunjung ke sini. Mereka sempat bertukar pesan lewat direct message instagram, penulis itu mengatakan sedang berada di Jakarta dan akan pindah ke kota ini.

"Mbak Saras, ada pelanggan yang nyariin, meja nomer 9." Heru menghampiri Saras ke belakang.

Saras langsung mendongak dan mengangguk. Ia berdiri dan diantar Heru untuk menghampiri orang yang mencari Saras barusan.

Seorang laki-laki dengan bahu yang lebar, duduk membelakangi Saras.

"Iya, mas ada yang bisa diban--"

Matanya melebar ketika mendapati laki-laki yang waktu itu ia temui di tukang martabak dekat kampus. Lelaki yang waktu itu Saras bilang sebagai laki-laki aneh yang terus mendekatinya.

"Loh? Kerja di sini sekarang?" Telunjuk lelaki itu menunjuk pada Saras.

Saras berusaha tenang dan berusaha profesional, pura-pura tidak pernah bertemu dengan lelaki itu.

"Mau pesan apa?" Tanya Saras menyerahkan buku menu pada lelaki itu.

Lelaki itu sepertinya ingin mengikuti permainan Saras, ia menyeringai, mengambil buku menu yang Saras beri tadi.

"Saya pesan menu yang rekomen saja di sini. Apa saja menunya?"

"Untuk menu rekomendasi minggu ini ada misua telur asin, nasi ayam hainan, dan ayam saus barbekyu." Jelas Saras dengan ramah dan menunjuk satu-satu makanan yang ia rekomendasikan.

point of viewWhere stories live. Discover now