Kamera Kiki

387 62 2
                                    


"Akhirnya Kiki bawa kamera!" Pekik Dhiska yang menghampiri Kiki di kursinya, sedang mengotak-atik kamera yang ia bawa.

Kebetulan karena Kiki bagian dari publikasi, dekorasi, dan dokumentasi, ia membawa kamera setiap rapat. Sebelum acara dimulai, niatnya sih Kiki ingin mendokumentasikan kegiatan panitia untuk ia kumpulkan.

Katanya sih masih rahasia mau dibuat dokumentasi seperti apa.

"Hati-hati, Dhis. Kamera bokap gue itu." Ujar Kiki begitu Dhiska meminjam kamera Kiki dan  memotret di sekitarnya.

"Ayu, senyum dong." Dhiska memanggil Ayu yang masih fokus mengerjakan tugas makalah, Ayu langsung menoleh ke arah Dhiska dan tersenyum sebentar, lalu kembali lagi pada laptopnya.

Di sebelahnya juga ada Wina yang sedang membaca materi ulang dari buku. Ayu menoleh ke arah Wina, memerhatikan fitur wajah cewek itu yang terlihat sangat sempurna. Hidung mancung, bibir kecil, tulang pipi yang cukup tinggi. Profil wajahnya dari samping yang sedang membaca buku sangat menawan bagi Ayu, mustahil cewek secantik ini tidak ada yang naksir. Pasti salah satu dari anggota kepanitiaan ada yang sedang berusaha mendekati Wina. Ayu yakin 100 persen.

"Belajar, Win?" Tanya Ayu.

Wina langsung menoleh dan mengangguk, "Ujian blok buat minggu depan."

"Semangat semangat! Selesai ujian gue traktir mau gak?"

Wina terlihat sangat antusias, "Mau! Ayu baik banget." Tangannya langsung bergeliat di lengan Ayu.

"Mie ayam tapi ya hehe sama pop ice teh Ira."

"Pasti kalau sama Ayu nggak jauh-jauh dari mie ayam. Tapi, nggak apa-apa, yang penting gue makan gratis haha."

"Dasar." Ayu ikut terkekeh, dan Wina kembali membaca materi di bukunya, menggarisi setiap bagian penting dengan stabilo.

Pantas Wina sangat pintar, dia juga sangat rajin, anaknya suka belajar, aduh Ayu jadi makin kagum. Apa sih yang kurang dari Wina? Katanya juga Wina pintar menyanyi, saat SMA ada yang bilang Wina pernah ikut audisi acara menyanyi yang ada di televisi, meskipun tidak sampai final, tapi Wina masuk ke 15 besar.

Wina juga cerita pada Ayu, saat SMP dia tidak bersekolah di Indonesia, karena orangtuanya sedang menempuh pendidikan lanjut di Kanada, Wina harus pindah sekolah ke Toronto. Wina kembali ke Indonesia saat kelas 3 SMP, lalu saat masuk SMA dia menempuh dengan kelas akselerasi. Ayu sampai meneguk salivanya saat Wina bercerita hal itu. Sepertinya Wina memang diciptakan sebagai peran utama di bumi. Alias, semua kelebihan diborong oleh Wina.

Ayu menyadarkan dirinya, mengagumi orang lain tanpa menyadarkan dirinya sendiri kalau ia juga harus bergerak tidak ada gunanya dan tidak merubah apapun. Ayu juga bisa berjalan dengan caranya sendiri, Ayu juga harus belajar, harus rajin mengerjakan tugas.

Ia kembali pada laptopnya. Mengetikkan materi yang harus ia masukkan ke makalah.

"Ayo foto! Ayu... Wina... kita foto bareng yuk." Ujar Dhiska menghampiri mereka berdua, menarik kursi dan duduk di samping Ayu.

"Eh gue ikutan dong." Sambung Kiki.

Ia lalu mencari orang, siapa yang harus memotret mereka. Di ujung ada Aga yang sedang melamun sambil mendengarkan lagu dengan earphone. Kiki menghampiri Aga dan meminta tolong.

Mereka berempat sudah di posisi masing-masing, Kiki mengambil posisi di sebelah Dhiska.

"Ayo foto." Ucap Kiki, "Gaya senyum dulu ya."

"Itu yang sebelah Wina, lihat ke kamera sebentar." Aga mulai mengatur pose.

Ayu langsung menoleh dan di sebelah Wina tidak ada lagi orang selain dirinya.

point of viewWhere stories live. Discover now