Cerita Dari Bang Sandi

310 46 15
                                    

⚠️ trigger warning // mention of sexual harrasment⚠️

Rasanya Ayu ingin membenturkan kepalanya ke atas meja kafe. Ia hampir menyerah dengan tugas-tugasnya. Ada dua tugas sekaligus yang memiliki deadline dalam waktu yang bersamaan. Ia memijat keningnya dan menghela nafas kasar. Lalu kembali lagi pada keyboard laptopnya.

"Ay, kenapa?"

Aga baru saja datang, karena hari ini ia mulai asis dan sudah mulai untuk bimbingan proposal tugas akhir.

"Tugas..." Ujar Ayu dengan nada yang lemas, "Ya ampun mau nangis."

Ayu menangkupkan wajahnya, rasanya ia benar-benar sudah tidak sanggup untuk mengerjakan tugas-tugas ini lagi.

"Deadline nya kapan?"

Ayu menyingkirkan tangannya dari wajah, "Dua-duanya deadline lusa. Huhu gimana? Aku disuruh bikin essay 3000 kata dan ini aku masih 500 kata. Tugas kelompok juga belum."

Air mata Ayu keluar satu persatu, ia sudah tidak peduli dengan rasa malu menangis di depan Aga. Bibirnya sudah melengkung ke bawah, tangannya sibuk mengusap air mata yang tidak ada berhentinya turun. Aga juga ikut kaget karena ini pertama kalinya melihat Ayu menangis secara langsung di hadapannya.

"Hey... Jangan nangis dulu." Aga berusaha menenangkan, ia membuka jaketnya dan di sampirkan ke kursi, lalu menggeser kursinya untuk duduk di sebelah Ayu.

"Masa aku nggak boleh nangis?" Ujar Ayu sedikit kesal dan justru malah semakin membuatnya semakin sesenggukan.

"Kalau nangis, makin ketunda nanti kerjaannya. Aku perlu bantu apa?"

Ayu berusaha menghentikan tangisannya, menghapus air matanya dan mulai kembali fokus pada laptopnya.

"Bantu duduk di sini aja, temenin aku." Ujar Ayu dengan suara yang parau.

"Iya aku temenin. Maaf nggak bisa bantu banyak, aku juga nggak ngerti tentang psikologi begini."

"Iya..."

Ayu juga mengerti kalau ia dan Aga berada di bidang yang berbeda dan nggak ada yang banyak Ayu harapkan juga dari bantuan Aga. Ia hanya ingin semangat mengerjakan tugasnya kembali dan mendapat ilham untuk pengerjaan essaynya kali ini. Sedaritadi rasanya otak Ayu sangat buntu dan ia tidak bisa memparafrase jurnal-jurnal yang ia ambil untuk dimasukkan ke dalam essaynya.

About gratitude journal and how does it improve the mental health for clients.

Ayu mulai menyelami situs-situs jurnal yang biasa ia kunjungi, mulai menyitasi topik-topik yang sesuai dengan judul essaynya. Aga juga kembali membuka laptopnya, menyelesaikan proposal yang sempat tertunda tadi.

"Aku bisa selesaiin ini dua jam nggak ya?"

Aga menoleh pada Ayu yang tengah menatap kosong layar laptopnya.

"Bisa. Kalau kamu fokus. Sekarang kerjain dulu, tenang aku tungguin disini."

Ayu mengangguk dan lanjut mengerjakan.

Bahkan setelah Aga selesai dengn revisi proposalnya pun, jari Ayu masih menggeser kursor dan menekan jari-jarinya di atas keyboard. Dilihatnya milkshake coklat yang tadinya saat Aga datang masih penuh, sekarang sudah habis tidak bersisa. Aga melihat jam tangannya, masih ada sisa satu jam dari estimasi waktu Ayu untuk mengerjakan tugasnya.

Aga berjalan ke arah kasir, memesan satu gelas lahi milkshake coklat untuk Ayunda. Ia meletakkan cup milkshake di samping laptop Ayu. Dan kembali memerhatikan bagaimana seriusnya wajah Ayu saat mengerjakan tugas.

point of viewWhere stories live. Discover now