Formulir Band

328 59 12
                                    


Meskipun ini bukan hari Jumat, tetapi akan diadakan rapat lagi untuk membicarakan anggaran dan perubahan alur pendaftaran audisi band.

Karena band yang akan mengikuti lomba ini bisa diikuti dari luar kampus, akan sangat tidak efektif jika semua harus datang ke Bandung untuk mengikuti audisi. Dengan ini, formulir akan disebar secara online dan seleksi band akan dibagi menjadi dua tahap.

Tahap pertama, submisi online, dimana semua peserta akan mengunggah video mereka dan dikirimkan ke panitia untuk dinilai oleh juri. Tahap kedua, akan disaring menjadi 10 besar, dan peserta yang lolos harus mengunggah video kedua mereka.

Dengan begini, kerja Ayu juga jadi tidak terlalu berat, karena ia juga sudah menjelaskan ketentuan audisi di formulir yang sudah ia unggah kemarin. Sudah ada lima band yang mendaftarkan grup mereka.

Salah satunya ada nama yang Ayu kenal, tapi Ayu tidak yakin apakah ini benar-benar orang yang sama saat ia bertemu dengan orang ini saat menjadi relawan di Posko Bencana tahun lalu.

Brian.

Begitu sih nama yang dia sebutkan saat menghubungi Ayu untuk menanyakan tentang audisi band.

"Permisi?"

Ayu menoleh ke arah pintu, mendengar suara cowok yang cukup familier di telinganya. Matanya menyipit, memastikan sosok yang berdiri di ambang pintu itu.

"Kayak kenal." Sinar matahari membuat wajah lelaki itu tersamarkan dan Ayu berdiri untuk menghampirinya.

Matanya berkedip beberapa kali dan tersenyum lebar, begitu ia tahu siapa cowok yang ada di hadapannya sekarang. Lelaki itu juga nggak kalah sumringah begitu melihat Ayu dari jarak dekat.

"Brian." Ujar Ayu.

"Oh... ini toh Ayunda yang jadi CP audisi band?" Telunjuk Brian menunjuk ke arah Ayu masih dengan senyum yang sangat lebar.

"Iya bener, Yan." Balas Ayu nggak kalah antusias.

"Gue mau nanya tentang audisi band, Yu. Ngobrol sebentar boleh nggak?" Brian membenarkan posisi tali ranselnya yang tersampir di pundak, menunggu Ayu memberikan jawaban.

Sedangkan Ayu langsung mengangguk tanpa ragu-ragu, ia langsung berjalan ke luar ruangan, mengajak Brian untuk duduk di depan ruang BEM.

Keduanya hanya saling melempar tawa kecil sebelum memulai pembicaraan. Tentu saat itu Ayu tidak bisa menyembunyikan kecanggungan akibat satu tahun tidak bertemu Brian.

"Terakhir kali kita ketemu tuh di posko bencana nggak sih? Waktu tsunami di Banten?" Tanya Brian memastikan.

Ayu mengangguk antusias, "Iya itu satu tahun yang lalu deh, Yan. Waktu kita masih semester dua."

"Lama juga ya. Kangen nih gue sama lo." Brian menyenggol lengan Ayu dengan sikunya, sementara Ayu hanya membalas dengan sikutan balik.

"Yakin kangen sama gue bukan sama yang lain?" Canda Ayu.

"Iya lah, gue kan nggak punya siapa-siapa selain lo."

Ayu hanya tertawa terbahak mendengar gombalan Brian. Saat menjadi relawan, Brian juga suka menggoda Ayu seperti ini, Ayu juga tahu ini hanya candaan, dia tidak pernah seserius itu menanggapi godaan dari Brian.

"Mau nanya itu dong , Yu..." Brian menaikkan kedua alisnya dua kali,  dan Ayu masih tidak bisa menahan tawanya.

"Nanya apa?"

"Itu... audisi band."

"Boleh... boleh... gue jelasin ya dari awal."

Ayu menjelaskan kepada Brian tentang pendaftaran audisi dan bagaimana penilaiannya nanti. Brian dengan fokus mendengarkan Ayu, sesekali menanggapi dengan pertanyaan yang sejak semalam mengganjal.

point of viewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang