Test

45 2 0
                                    

Braile sedang mencoba untuk fokus pada layar komputernya. Sudah dari beberapa bulan yang lalu ia mencoba untuk menghubungi si pencuri data rahasia BIN. Akan tetapi, hingga sekarang usahanya belum juga membuahkan hasil. Di tengah kegiatannya, telinganya mendengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat. Braile segera menutup jendela pada layar komputernya. Hingga akhirnya puan itu mendapati bayangan Jeff yang berjalan sembari tangan kanannya memegang secangkir kopi.

Jeff menghentikan langkahnya tepat di hadapan Braile. "Apakah nanti malam kau ada acara?" tanya pria itu.

Braile yang mendengar itu tampak menaikkan sebelah alisnya kemudian menggeleng. "Tidak. Ada apa?" Puan itu balik bertanya.

"Bagus. Aku ingin membahas perihal kerja sama kita waktu itu."

Ah, ya. Braile sebenarnya juga ingin membahas hal yang sama. Akan tetapi, puan itu tetap harus berhati-hati. Sebab, Jeff bukanlah rekan kerja sama 'biasa'. Untuk itu, Braile memutuskan untuk mengikuti permainan yang Jeff jalankan.

"Oke," jawab Braile dengan begitu mantap.

Sementara di kantor BIN sana, tepatnya di Cloud 9, Johnny masih mendengarkan penjelasan yang Yuta sampaikan. Kali ini, bukan lagi berfokus pada seluk beluk Jeff. Akan tetapi, mengenai tindakan si pemilik perusahaan properti itu yang membuat para detektif, agen, para penegak hukum, dan pemerintah geram.

"Kau pasti tahu berita yang menggemparkan seluruh negeri bahkan seluruh dunia beberapa waktu lalu?" Yuta kembali mengingatkan Johnny pada tragedi di mana sekretaris negara ditembak di hadapan umum. Johnny pun mengangguk.

"Apakah kau sudah terpikir satu nama di balik kejadian itu?" Johnny segera membulatkan matanya begitu mendengar pertanyaan retoris yang dilontarkan oleh Yuta.

"Tentu saja!" jawabnya memekik. Mendengar itu, Yuta terkekeh sembari bertepuk tangan. Merasa puas atas bawahannya yang langsung paham mengenai poin apa yang sedang dia bicarakan.

"Sebenarnya aku ingin membicarakan mengenai hal itu denganmu. Tapi, bagaimana, ya? Aku masih belum sepenuhnya percaya padamu," ucap Yuta sembari mengusap bibir bawahnya dengan jari telunjuk.

Tidak mau kalah, Johnny membalas ucapan Yuta. "Aku juga belum sepenuhnya percaya padamu." Ya, memang benar. Mengetahui fakta bahwa Yuta merupakan seorang agen rahasia, bisa saja pria berbahaya itu sedang memanfaatkan Johnny dalam misinya.

Di luar dugaan, mendengar respons Johnny yang demikian, Yuta justru menyunggingkan senyum pada wajah rupawannya. "Bagaimana jika kita menguji loyalitas satu sama lain?" tawar pria itu kemudian.

Menarik, batin Johnny. Sesegera mungkin, Johnny mengembangkan senyum di wajahnya. "Baik, jika itu yang kau inginkan."

Sebenarnya, itulah alasan mengapa Yuta menghubungi Johnny—untuk menguji loyalitas juniornya tersebut. Apakah Johnny dapat dipercaya untuk menjadi tangan kanannya dalam memberantas kejahatan yang dilakukan oleh Jeff.

Yuta kembali meraih remote yang dia letakkan di atas meja. Menekan kembali tombol pada remote itu sehingga proyektor kembali menampakkan slide berikutnya. Rupanya, slide di mana Jeff bertemu dengan Braile di kasino milik Yuta bukan menjadi slide yang terakhir.

Kedua netra Johnny terbuka lebar tatkala melihat layar proyektor yang sedang menampakkan dirinya memasuki sebuah gedung di jalan Chaster untuk bertemu dengan Jeff tahun lalu—yang pada akhirnya membuahkan kesia-siaan sebab dia dan Jeff malah berseteru.

Jika Yuta menginginkan Johnny untuk membantu misi yang sedang dijalankannya, maka Johnny sudah tidak heran jika seniornya itu mengawasi gerak-geriknya. Akan tetapi, pria itu masih tetap terkejut. Pikirannya berkelana sejenak. Mengingat siapa saja yang ditemuinya selama dua tahun belakangan. Sebab, Johnny tahu betul jika Yuta pasti menempatkan orang kepercayaannya untuk mengawasinya.

"Benar, aku mengawasi setiap inci pergerakanmu," ucap Yuta yang seolah membaca pikiran Johnny. Sang agen rahasia itu paham bahwa Johnny membutuhkan jawaban itu langsung dari mulutnya.

"Aku juga tahu mengapa Jeff memintamu untuk bertemu," sambung Yuta kemudian. Mendengar itu, Johnny menaikkan sebelah alisnya. Seolah tertarik pada topik pembicaraan. Melihat kemampuan Yuta, sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak mungkin asal mengatakan kalimat.

"Tentang kematian ayahmu ... "

Deg!

Jantung Johnny berpacu dengan sangat kencang setelah mendengar kalimat yang baru saja Yuta lontarkan. Pikiran Johnny mulai bercabang. Mencari maksud dari perkataan Yuta barusan. Apakah Yuta tahu jika Johnny dan Jeff membahas tentang kematian sang ayah? Ataukah seniornya itu ingin mengatakan sesuatu tentang kematian ayahnya? Johnny kembali memasang telinga. Menunggu Yuta untuk kembali menjelaskan.

"Jeff tidak akan asal membunuh seperti orang yang kehausan darah. Pria itu hanya melakukan permintaan klien. Apakah kau pernah berpikir, kira-kira siapa klien yang menargetkan ayahmu?"

Jantung Johnny sekarang seperti mencelos. Benar juga apa yang dipertanyakan oleh Yuta. Mengapa dia tidak terpikir oleh hal sekrusial itu? Johnny justru terlalu fokus pada Jeff yang sebenarnya bukanlah 'pembunuh' asli ayahnya.

Melihat reaksi kaget Johnny barusan, Yuta kembali membuka suara. "Sudah kuduga ... " ucap pria tersebut sembari menarik sudut kanan bibirnya.

"Kau sudah mengetahui kejahatan yang dilakukan oleh ayahmu, bukan? Apakah kau masih tidak bisa berpikir siapa yang menargetkan ayahmu?" Yuta kembali memancing Johnny untuk berpikir. Siapa kira-kira yang tidak takut untuk melakukan pembunuhan secara tidak langsung tersebut? Siapa yang memiliki kuasa atas pengambilan keputusan tersebut?

"Jangan bilang ... BIN ikut campur dalam kematian ayahku?" tembak Johnny yang membuat tawa Yuta pecah seketika. Melihat reaksi seniornya itu, napas Johnny memburu. Dadanya bergemuruh. Yuta seperti sedang mempermainkannya sekarang.

"Sebenarnya, ayahmu melakukan kloning itu karena BIN. Namun, ayahmu justru melanggar hak kemanusiaan. Karena BIN memiliki banyak misi yang perlu dituntaskan—termasuk misi yang menargetkan Jeff. Jadi, kami menjadikan Jeff sebagai 'pelaku'. Kami membuat bukti. Kami mengambil risiko dengan melibatkan diri untuk 'bekerja sama' dengan target tanpa mereka sadari."

Johnny ingin sekali menumpahkan amarahnya yang kini bersarang di dalam dadanya. Akan tetapi, Johnny kembali menahannya. Menarik napas dalam, Johnny akhirnya membuka suara. "Ketika di Makau satu tahun yang lalu, kau bertemu dengan Jeff di ruang VVIP. Apakah kau yang menjadi klien Jeff dan memerintahkannya untuk membunuh sekretaris negara?"

Yuta kembali tertawa setelah mendengar pertanyaan dari Johnny barusan. Pria itu bertepuk tangan. Membuat seisi ruangan menggema akibat suara tepukan tangan tersebut. Di luar dugaannya, Johnny ternyata cepat tanggap. Tidak perlu dia membuang tenaga untuk menjelaskan panjang lebar. Membosankan dan tidak menantang.

"Kau tahu, Yuta? Tindakanmu itu lebih licik dari apa yang Jeff lakukan," ucap Johnny dengan tatapan yang begitu serius. Tidak menggubris tawa Yuta yang menggema memenuhi ruangan.

Mendengar pertanyaan itu, Yuta segera diam. Menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kiri. "Aku tidak peduli," katanya sembari mengangkat kedua bahunya. "Selama aku bisa memberantas para bajingan itu, segala cara akan aku tempuh," sambungnya kemudian.

"Apakah kau bisa memberikan solusi lain untuk memberantas mereka?" Yuta kembali bertanya. Namun, Johnny hanya terdiam. Jika dia tahu, sudah dari dulu dia bisa menangkap Jeff.

"Tidak, 'kan?" sambung Yuta lagi.

"Kau tahu, Johnny? Hukum tidak bisa digunakan untuk membinasakan orang jahat." Yuta membalas kalimat yang Johnny lontarkan padanya. Sementara itu, Johnny hanya terdiam. Sebab, memang begitulah kenyataannya—seperti apa yang Yuta katakan.

Johnny tidak ingin dirinya dikuasai emosi. Sebagai seorang agen, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya untuk turut serta dalam menjalankan misi. Dan dipilih langsung dan diminta secara pribadi oleh secret agent seperti ini menjadi suatu kehormatan baginya. Johnny kembali menarik napasnya kemudian bersuara.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk menguji loyalitas satu sama lain?"

TRAP | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang