Siaga

33 4 0
                                    

Jeff memenuhi apa keinginan Braile, yaitu melepas Johnny. Dirinya menjadi tidak sabar karena Braile justru menawarkan kerja sama untuk mengusut siapa dalang di balik kematian ayah Johnny. Jeff juga merasa sedikit was-was. Pasalnya, dia dan Taeyong adalah orang yang begitu teliti. Termasuk dalam memeriksa latar belakang klien dan target. Akan tetapi, kliennya tersebut berhasil mengelabuhi mereka berdua. Berarti, ada sesuatu yang tidak beres. Juga, jelas bahwa klien mereka bukanlah orang biasa.

Pagi harinya, kegiatan Jeff di kantor harus diinterupsi karena ponselnya yang bergetar. Jeff menaikkan satu alisnya ketika membaca siapa nama kontak yang menghubunginya di saat Jeff baru sepuluh menit membaca berkas-berkas di dalam ruangannya. Sedetik kemudian, pria itu kembali mengulas senyum. Apakah dia berubah pikiran? pikirnya.

"Kau pasti yang membobol data rahasia BIN, bukan?" Belum sempat Jeff menyapa, Johnny sudah menembaknya dengan sebuah pertanyaan. Ah, bukan. Lebih tepatnya tuduhan. Membuat Jeff yang tadinya tersenyum kembali menunjukkan ekspresi datar.

"Masih pagi aku sudah dikenai tuduhan. Mana mungkin aku bisa membobol data rahasia BIN. Aku saja tidak mengerti caranya," jawab Jeff sembari memutar bola matanya.

"Jangan berbohong!"

"Yah, kalau memang kau menganggap aku sebagai pelakunya, coba buktikan. Main tuduh saja tidak benar, bukan? Berbicaralah dengan bukti." Jeff segera menutup sambungan telepon tersebut. Masih pagi, tapi mood-nya sudah jelek.

Namun, pertanyaan dari Johnny mengganggu berhasil mengganggu pikirannya.

"Kau membobol data rahasia BIN?" tanya Jeff begitu tersambung dengan Doyoung. Sementara di seberang sana, pria yang tadinya masih memejamkan mata ketika mengangkat telepon dari Jeff pun langsung tercekat dan membuka matanya.

"Memangnya kenapa?" tanya Doyoung tanpa merasa bersalah.

Jeff ingin sekali meneriaki betapa bodohnya tindakan dari asisten online-nya tersebut. Akan tetapi, Jeff tahu situasi dan kondisi. Wibawanya bisa langsung turun jika sewaktu-waktu ada karyawan yang masuk ke dalam ruangannya dan melihat Jeff bertingkah konyol.

"Mengapa kau tidak bilang dari awal?"

"Karena kau tidak bertanya. Lagi pula, informasi yang kudapatkan benar-benar membantumu, bukan?"

Yah, tidak ada salahnya apa yang baru saja dikatakan oleh Kim Doyoung. Namun, tetap saja. Johnny pasti akan segera mengetahuinya. Jeff tidak bisa membiarkan hal tersebut karena dia belum berhasil membuat Johnny bertekuk lutut.

"Kau sekhawatir itu, kah?" goda Doyoung di sela pembicaraan. Jeff tidak mungkin menjawab pertanyaan bodoh seperti itu.

"Aku mengirimkan berkas berisi data yang berhasil kau bobol itu ke Pimpinan BIN sebagai ancaman," jelas Jeff.

Akan tetapi, justru respon berupa gelak tawa yang dia dengar. "Hahaha, tenang saja. Mereka tidak akan mudah menangkap kita."

"Yah, setidaknya untuk saat ini kita berhasil membuat BIN kocar-kacir," kata Jeff. "Ya sudah kalau begitu. Jangan sampai kau mengecewakanku," tutupnya kemudian.

Jeff kembali mengembangkan senyumnya. Rupanya, asisten online-nya itu bekerja dengan sangat baik. Bahkan, data rahasia BIN yang dijaga dengan keamanan yang super ketat itu berhasil dibobol hanya dalam satu hari.

Sedangkan di kantor BIN sana, sang pemimpin sedang mengeluarkan ultimatum kepada para bawahannya yang langsung diperintahkan untuk berkumpul setelah dia menerima dan membaca berkas berisi data transaksi ilegalnya di pasar gelap tersebut.

Johnny dan para rekannya mau tak mau harus mendengarkan cacian beserta ocehan dari sang pemimpin. Mereka hanya bisa pasrah dan terus menundukkan kepala. Akan tetapi, pikiran Johnny sedang tidak berada di sana. Pria itu mencoba untuk memikirkan kembali apa yang telah dibicarakannya dengan Jeff melalui sambungan telepon barusan.

TRAP | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now