Terror

33 3 0
                                    

"Boleh juga kau, Braile. Bagaimana jika kau keluar dari misimu dan bekerja denganku?"

"Bolehkah?"

Jeff yang mendengar pertanyaan dari Braile lantas menggelegarkan sebuah tawa yang memenuhi ruangan.

"Aku tidak akan tertipu," balasnya. Braile yang mendengar itu justru tersenyum. Membuat Jeff menautkan kedua alisnya. Seakan bingung akan reaksi yang diberikan Braile.

"Aku juga tidak akan pernah sudi untuk bekerja denganmu," tutupnya kemudian beralih fokus pada komputer di hadapannya.

"Silakan kembali ke tempat kerja Anda, Pak Jeff. Tidak baik menggangu karyawan yang sedang bekerja." Saran yang lebih tepat jika disebut sebagai sindiran lembut itu membuat Jeff menyeringai sekilas. Sisi baru dari Braile yang seperti itu justru membuat Jeff tertarik.

Jeff berjalan meninggalkan Braile dan menuju ke ruangannya. Baru saja dia mendudukkan diri, namun ponsel yang terdapat pada jas bagian dalamnya itu bergetar. Panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Jeff mengangkat telepon itu dengan berhati-hati.

Ternyata, klien yang sedang membutuhkan jasanya. Hal itu lantas membuat Jeff tersenyum. Dia harus kembali bergegas untuk keluar karena klien ingin bertemu sekarang juga. Bahkan, kliennya kali ini berjanji akan membayar lebih jika Jeff berhasil menuntaskan misi yang akan diterimanya.

Braile menatap Jeff dengan pandangan penuh selidik tatkala pria itu berjalan sembari terus mengembangkan senyum di wajah rupawannya. Netra Jeff memandang ke arah Braile. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengusap rambut sembari berjalan. Seolah sedang mengejek Braile yang saat ini menatapnya dengan begitu tajam.

Yang digoda tidak peduli. Lagi pula Braile sudah tahu bahwa Jeff akan bertemu dengan klien. Bukan sesuatu hal yang perlu untuk dibesarkan. Namun, puan itu tetaplah waspada. Pasti setelah ini akan ada berita buruk yang tersiar di berbagai media massa. Braile harus segera memikirkan cara untuk mencegah tindakan keji yang dilakukan oleh Jeff dan Taeyong.

o0o

Jeff sudah sampai pada restoran yang dijanjikan oleh klien sebagai tempat pertemuan mereka. Pria itu datang lebih awal. Netranya berkelana menelaah sekeliling restoran sekilas hingga pada akhirnya fokusnya teralihkan oleh suara sepatu berhak tinggi yang mengetuk lantai. Jeff mengarahkan pandangannya. Menyambut siapa yang datang.

Netranya sedikit memicing ketika wanita dengan dress berwarna hitam serta make-up bold itu menarik kursi yang ada di depannya. Bukankah yang berbicara denganku dalam sambungan telepon tadi adalah seorang pria? pikirnya. Namun, kekacauan dalam pikirannya harus segera disudahi. Wanita yang kini berada di depannya menyapa dengan sebuah senyuman. Jeff membalasnya dengan senyum singkat.

"Sepertinya Anda sedikit terkejut?" buka wanita itu. Lagi-lagi, Jeff hanya bisa tersenyum tanpa mengeluarkan satu patah kata. Jujur saja, Jeff belum pernah menerima klien wanita. Dan juga ... situasi saat ini membuatnya sedikit tidak nyaman karena beberapa pengunjung restoran memperhatikan mereka.

"Saya tidak tahu jika klien saya kali ini adalah seorang wanita," jelasnya.

Yang diajak bicara justru terkekeh, namun dengan cara yang begitu anggun.

"Begitu? Apakah saya adalah klien pertama Anda?" tebaknya.

"Yah, bisa dikatakan begitu." Jeff menjeda kalimatnya. "Baik, apa yang Anda butuhkan?" sambungnya kemudian.

Wanita itu mengangkat tangan kanannya. "Ah, sebentar. Saya perlu meluruskan sesuatu," ucapnya yang membuat Jeff menautkan kedua alisnya.

"Apa yang harus diluruskan?"

TRAP | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang