Catch Me If You Can

41 3 0
                                    

Johnny melajukan mobilnya menuju ke tempat di mana si pencuri data itu berada. Berkendara dari tengah kota menuju pinggir kota tentu membutuhkan waktu yang cukup lama. Johnny sangat fokus mengendalikan kemudinya. Sedangkan Braile, meskipun kedua netranya fokus melihat ramainya jalanan, namun otaknya bertolak belakang. Braile sibuk memikirkan bagaimana dia akan menghadapi Jeff nanti. Bahkan, Johnny yang sesekali mengajaknya berbicara hanya direspon kembali dengan sebuah tanya. "Kau tadi bicara apa?"

"Aku tanya, apa mau mampir ke minimarket sebentar untuk membeli minum?" ulang Johnny sekali lagi.

Braile pun membuka mulutnya tanpa bersuara. "Boleh kalau mau mampir sebentar," ujarnya.

Setelah berjalan kurang lebih dua ratus meter, mereka dapat melihat sebuah minimarket yang terletak di kiri jalan. "Aku saja yang turun," ucap Braile ketika Johnny menepikan mobilnya.

"Oke," jawab Johnny singkat sembari menyunggingkan sebuah senyum.

Tak lama kemudian, Braile kembali dengan membawa tiga buah botol air mineral dingin. Puan yang mengenakan kemeja putih serta rok hitam di bawah lutut dengan rambut panjang yang diikat ke atas itu segera menyodorkan minuman yang dibawanya kepada Johnny dan Mark.

"Wow, Braile. Kau memang sangat menjaga lingkungan, ya," seloroh Johnny ketika melihat Braile tidak menenteng kantong plastik dan lebih memilih membawa botol air mineral tersebut menggunakan kedua tangannya.

Braile yang mendengar itu merespon dengan sebuah senyuman. "Sampah plastik harus dikurangi semaksimal mungkin," balasnya seraya kembali duduk dan meneguk minumannya.

"Ya, kau benar. Bahkan sekarang di ibu kota terdapat sebuah gunung." Mark yang berada di kursi belakang akhirnya bersuara. Sementara itu, Johnny dan Braile justru menautkan kedua alisnya. Menatap Mark dengan tatapan penuh tanya.

Mark yang tadinya sedang meneguk minuman pun tersedak karena dipandang heran seperti itu. "I mean, gunung sampah," lanjutnya sembari menyeka air yang menetes ke dagunya.

Mendengar itu, Johnny pun tertawa. Mencoba menghargai lelucon yang dilontarkan oleh Mark.

"I know it's not fun, John. Just stop it and I better shut up."

Kalimat itu justru membuat Johnny kembali tertawa. Tawanya kali ini bukan tawa yang dibuat-buat. Johnny tertawa begitu renyah. Seolah mengejek selera humor Mark. Braile yang ada di kursi depan pun hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Johnny dan Mark.

"Just relax, Mark. Tidak usah sungkan karena ada aku." Braile sadar jika kehadirannya membuat Mark merasa sedikit canggung. Selama dua puluh menit perjalanan tadi, Mark hanya diam. Dia baru bersuara ketika Johnny yang mengajaknya bicara.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai pada titik tujuan. Mobil Johnny memasuki sebuah gang yang hanya muat untuk satu mobil. Itu pun Johnny harus berhati-hati agar tidak menyenggol beberapa motor yang terparkir di sisi jalan.

"Benar di sini?" tanya Johnny yang direspon dengan sebuah anggukan oleh Mark.

Menghela napas panjang, Mark pun bersuara. "Sudah kuduga. Dia tidak mungkin mengirimkan Email itu dari rumahnya."

Meskipun demikian, mereka tetap harus mengeceknya. Johnny segera melepas sabuk pengamannya. "Ayo kita selidiki," ajaknya kemudian beranjak dari duduknya.

Seperti yang sudah dikatakan oleh Mark, pencuri data itu sangatlah cerdik. Ia mengirimkan Email anonim kepada BIN dari sebuah warung internet. Sehingga, meskipun BIN berhasil mendapatkan alamat IP, mereka tidak langsung menemukan keberadaan pencuri data itu.

Kedatangan Johnny, Braile, dan Mark direspon dengan tatapan aneh oleh beberapa pengunjung warung internet tersebut. Pasalnya, mereka berpakaian formal.

TRAP | Jung JaehyunOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz