Twins

41 3 0
                                    

Jeff yang masih terbaring di atas ranjangnya kini sedang mengerjapkan kedua matanya. Tak diduga, dia ternyata tertidur selama beberapa saat. Mungkin karena efek obat-obatan yang dikonsumsinya beberapa jam lalu. Namun, bukannya membaik, yang dirasakannya kini adalah seisi ruangannya sedang berputar.

Jeff kembali memejamkan matanya selama beberapa detik sebelum akhirnya membukanya lagi. Akan tetapi, hasilnya sama saja. Bahkan, kini kepalanya seperti dihantam besi yang begitu berat. Kedua tangannya ia gunakan untuk memukul pelipisnya hingga beberapa kali. Bertepatan dengan seseorang yang masuk ke dalam kamarnya, Jeff menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa sakit yang menyerangnya.

"Ada apa?" Suara puan itu sedikit naik. Sorot matanya menunjukkan sebuah rasa panik. Sementara yang ditanya hanya menggeleng lemah. Padahal, kepalanya seperti sedang berputar-putar.

Braile pun mendekat ke arah Jeff. Memegang pundak pria itu dengan kedua tangannya. Braile membaringkan Jeff agar rasa sakit yang dirasakan oleh pria itu dapat sedikit reda. Jeff yang dituntun itu hanya menurut saja. Namun, sesaat kemudian, Jeff berhasil membuat Braile naik pitam.

"Aku harus keluar," ujarnya yang pantas mendapatkan tatapan nyalang dari Braile seperti sekarang ini.

"Kau bodoh? Tidak lihat kondisimu sekarang seperti apa? Bahkan kau hampir saja mati." Kalimat panjang itu sukses keluar dari mulut Braile. Membuat Jeff sedikit terkejut dibuatnya.

"Kau mengkhawatirkanku?" Tampaknya, kondisi tubuhnya yang sedang lemah seperti sekarang ini tak mempengaruhi sifatnya yang suka menggoda Braile. Justru, Jeff semakin mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan tak tahu diri.

"Kau yang seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri." Balasan ketus dari Braile tak lantas mematahkan semangat Jeff.

"Padahal, beberapa menit lalu, kepalaku sakit sekali. Seperti dihantam besi. Bahkan semua yang ada di sini tampak berputar. Tapi, berbicara denganmu membuat sakit kepalaku langsung hilang. Sepertinya aku tidak lagi membutuhkan obat," ucapnya yang membuat emosi yang bersarang dalam dada Braile semakin membuncah.

"Baiklah. Aku tidak akan menebuskan obat lagi untukmu," balas Braile dengan malas. Puan itu membalikkan badan dan segera melangkahkan tungkainya menuju pintu kamar. Namun, langkahnya segera terhenti ketika suara Jeff kembali didengarnya.

"Ada apa kau ke kamarku?" Jeff menyudahi basa-basinya. Sebab, Braile sekarang sedang tidak bisa diajak bercanda. Pria itu tahu bahwa ada sesuatu yang ingin Braile sampaikan. Braile kembali berbalik badan.

"Aku sudah mencari tahu tentang pamanmu itu. Masa hukumannya belum selesai. Dia kabur dari penjara."

Jeff yang mendengar penjelasan dari Braile itu mengangguk. "Pantas saja. Aku juga sudah menduganya. Tapi aku belum mengetahui motif mengapa pria tua itu melarikan diri dari penjara." Jeff menghela napasnya berat kemudian melanjutkan kalimatnya. "Padahal dia sangat cocok berada di sana."

"Lalu, di mana dia sekarang?"

"Aku mengembalikannya ke penjara." Jeff yang terbaring pun langsung terbangun. Pria itu sedikit mengerang ketika jahitan pada perutnya terasa nyeri karena pergerakan yang ditimbulkannya.

"Kau kembalikan begitu saja?" tanyanya tak percaya. Padahal, jauh di dalam benaknya ingin sekali membalaskan rasa dendam yang selama ini dipendamnya. Bahkan, dendamnya hari ini ketika anak buah dari pamannya itu menyayat perutnya.

"Aku juga melaporkannya karena melakukan penyerangan bahkan pembunuhan berencana."

Jeff masih tidak berkutik. Dia hanya mendengarkan setiap penjelasan Braile sembari membiarkan kepalanya yang tadi begitu pusing untuk memikirkan langkah apa yang selanjutnya akan dia tempuh.

TRAP | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang