{ MACLO 28 }

32K 4.1K 322
                                    

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak biar aku rajin updatenya makasih:)



Wisteria High School saat jam istirahat lapangan dipenuhi cewek-cewek pecinta cogan yang seru seruan menonton Diasimos sparing futsal dengan anak kelas 11.

"Kok ada sih nyorakin semangat buat cowok modelan Zayyan." tak suka Sabina.

"Mungkin takut di julidin kalau nggak kasih semangat." sambung Zizel.

Sabina memperhatikan Zizel yang menonton futsal. Ia akui kecantikan Zizel memang berbeda dari cewek cantik lainnya, ia yang perempuan saja sempat terpesona pertama kali melihat gadis itu.

"Heh bobim lo itu nyadar nggak sih kalau cantik?" Sabina melipat tangan di dada.

"Bobim?" beo Zizel sambil berpikir, "Ohhh... Belvi dipanggil Nobita." Zizel menarik lengan seragam Belvi.

"Nobita siapa?" bingung Belvi.

Zizel menunjuk Sabina yang menepuk jidat. "Dia Sabina bukan Nobita, Zizel. Ini baru setengah pagi loh jangan bikin gua emosi." Belvi menggelengkan kepala.

Zizel menoleh ke Sabina yang menatapnya dingin serta ketus. Ia takut dengan Sabina yang seperti ibu Nobita.

"Maaf Sabina gua lupa. Semalem habis nonton Nobita di negri kucing soalnya sama Maclo, kalau boleh tau Bobim itu apa? Bobi ikon?" Zizel mengedipkan mata tiga kali dengan kepala dimiringkan.

"Lupain." ketus Sabina memilih menikmati permainan futsal.

Zizel menghela napas lesu dan menunduk menautkan jari-jarinya kemudian diayunkan depan belakang.

"Sab. Lo kalau sama Zizel jangan ketus gitu kasian, dia niatnya baik cuman nanya walaupun emang kesannya kayak ngeledek. selama ini juga dia nggak pernah punya temen yang selalu bareng." bisik Luvena.

Sabina mengangkat sebelah alis, "Masa iya cewek cakep kayak dia gak punya temen." mustahil bagi Sabina.

"Tapi itu adanya Sab." jelas Luvena

Sabina akhirnya menghela napas. "Woy Bobim."

Zizel yang lengannya disenggol mengangkat kepala. "Kenapa?"

"Bobim itu panggilan khusus gua buat lo. Artinya bocah bimba." jelas Sabina.

"Gua nggak bimba tapi langsung tk. Boleh nggak bimbanya diganti jadi tk aja." tawar Zizel.

"Whatever. Sekarang jawab pertanyaan gua, lo ngerasa diri lo cantik nggak sih?"

"Nggak tau. Mungkin iya karena Maclo bisa suka sama gua, tapi bisa jadi nggak karena kak Dipta gak suka gua."

"Heh! Dipta Dipta. Laki loh noh lagi main futsal ada empat masih aja kurang." sambung Luvena.

Zizel melihat ke lapangan karena ada keributan ternyata Maclo jatuh saat menggiring bola ke gawang lawan.

"Maclo!" kaget Zizel.

"Samperin Zel, Maclo luka kayaknya." Belvi menyuruh Zizel segera ke sebrang lapangan.

Namun saat Zizel akan menuruti, Ninis sudah dulu berlari membawa minum serta kotak obat mendekati Maclo yang dipapah Algis ke pinggir lapangan.

"Itu siapa sih?" Sabina kebingungan.

"Mantannya Maclo yang masih keganjenan." enek Luvena.

"Eh bobim! Maju lo istrinya lebih berhak jangan mau dikalahin sama laler." Sabina menyuruh Zizel kesana.

Zizel berlari dulu di tempat kemudian berlari seperti superhero flash menuju sebrang lapangan melewati cowok-cowok yang bermain bola tanpa takut tergebok.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang