Hilangnya Kesucian

Start from the beginning
                                    

Dulu Kinan sempat berharap, perlakuan memalukan itu akan diakhiri papanya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Namun nyatanya, sampai sekarang tidak ada perubahan apa pun bahkan rasanya semakin buruk, sebab teman-teman Kinan bukan lagi anak-anak yang hanya akan mengangguk ketakutan lalu pergi begitu saja setelah dimaki Johan. Seperti Andre barusan, ia bahkan sempat mengumpati Kinan sebelum menutup telepon sepihak. Dan akhirnya, sekarang Kinan resmi tidak memiliki satu pun teman.

Lelah karena menahan marah, Kinan akhirnya tertidur dengan membawa serta kemarahannya yang tersimpan untuk sang papa. Dan malam ini, untuk pertama kalinya semenjak dilahirkan, ia mendapatkan mimpi aneh serta tak biasa.

Kinan seperti berada di kamar asing itu lagi, dan secara luar biasa, ia tahu-tahu sedang bercinta dengan pria misterius yang sudah menolongnya di hari sebelumnya.

Nuansa kamar yang remang-remang oleh cahaya rembulan. Kelambu sutra yang sesekali melambai tertiup angin gunung dari jendela yang terbuka, menjadi pemandangan pertama yang Kinan tangkap selain keberadaan sang pria misterius.

Kinan bisa melihat dengan jelas wajah tampan bermata hijau yang sedang menjamahnya dengan begitu hebat itu. Bahkan Kinan mendengarkan rintih bercampur desahannya sendiri di tengah penyatuan yang rasanya seolah benar-benar nyata terjadi.

Antara sakit dan nikmat. Kinan tak bisa memutuskan mana yang sebenarnya lebih mendominasi. Satu hal pasti, alih-alih berusaha untuk memberontak dan menyudahi semuanya karena ia tahu alam bawah sadarnya mengatakan bahwa ini tidak benar, Kinan justru terlena oleh kesempurnaan fisik di depannya sehingga malah mengalungkan tangannya ke leher pria asing yang tengah menggaulinya itu, bahkan akhirnya Kinan juga memejamkan mata menikmati permainannya dan tak malu untuk mendesah semakin keras.

Mimpi itu berjalan sangat lama. Dan semakin lama, Kinan pun menjadi semakin gila. Gadis polos yang seumur hidup belum pernah sekali pun pacaran itu bahkan cukup heran dengan dirinya sendiri yang bisa menjadi sebegini binalnya di tempat tidur pria asing yang baru pertama kali ia temui. Tidak sekadar pasrah digagahi, Kinan pun beberapa kali berinisiatif untuk mengambil kendali permainan ranjang mereka.

Ia duduk di tubuh pria itu, melumat bibirnya tanpa sedetik pun berhenti menggerakkan pinggul sampai ia mendapatkan puncaknya yang kesekian kali di malam itu, sebelum akhirnya Kinan jatuh terkulai kehabisan tenaga di tubuh si pria asing.

Kinan bisa melihat senyum kepuasan di wajah pria itu dan mendengarnya kemudian berbisik sayup-sayup di telinganya, "Kamu telah resmi menjadi pengantinku, Kinan. Kamu akan menjadi istriku seumur hidupmu. Itu artinya, kamu harus melayaniku setiap malam mulai sekarang. Jadi perbanyaklah asupan makanmu agar kamu tidak kehabisan tenaga. Sampai bertemu lagi besok malam, Dewiku."

Kinan terbangun oleh suara alarm di ponselnya. Ia meraba-raba nakas tempat biasanya ponsel itu tergeletak sepanjang malam dan menghentikan kebisingan yang ditimbulkannya.

Kinan tahu, dengan bergemanya alarm itu menandakan bahwa ini sudah saatnya untuk mengakhiri kemalasan dan bergegas ke kampus. Namun entah mengapa, pagi ini ia begitu lelah dan enggan untuk beranjak, sampai kemudian menyusul terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.

Gawat. Sang pelayan sudah ikut membangunkannya. Ini artinya Kinan sudah molor setengah jam dari sejak alarm ponselnya berbunyi.

"Ya, aku udah denger!" sahut Kinan sebagai balasan atas ketukan mengganggu itu.

Puas meregangkan otot dengan menggeliat, Kinan beranjak duduk sambil mengucek mata. Hal pertama yang ia lihat kemudian adalah pantulan dirinya sendiri dari cermin besar di pintu lemari yang menghadap tepat ke arah ranjangnya, yang untuk satu alasan kuat, itu berhasil membuat Kinan membatu.

Kinan melihat dirinya tengah bertelanjang dada dan refleks meraih selimut untuk menutupi bagian pribadinya yang terekspose itu. Jantung Kinan bergemuruh. Ia menunduk untuk memastikan pantulan cermin itu tidak berbohong dan benar saja, tidak hanya sekadar bertelanjang dada, ia bahkan telanjang bulat di balik selimutnya. Sementara pakaian yang semalam ia kenakan sudah tercecer di atas lantai di samping tempat tidurnya.

Kinan pun menjambak rambut dan menggigit bibir kuat-kuat menahan supaya tidak menjerit histeris. Dengan perasaan campur aduk yang tidak bisa dijelaskan, ia perlahan beranjak turun dan menjadi lebih terkejut saat menemukan bercak merah darah di atas seprai putihnya.

Rasa sakit dalam sekejap mulai ia rasa menyerang bagian bawah tubuhnya. Hingga ia pun jatuh terduduk di lantai antara ngeri dan masih tidak percaya. Bagaimana mungkin mimpinya bisa terbawa sampai ke dunia nyata seperti ini?

Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan tangis. Ia ketakutan dan kebingungan, tak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi dengan dirinya. Pun tak yakin bisa mengatakannya kepada orang lain. Pada akhirnya, pagi itu Kinan hanya bisa terisak lirih. Dan tidak bisa berhenti memikirkan kejadian dalam mimpinya semalam.

Cinta Raja Naga (Telah Terbit)Where stories live. Discover now