Hilangnya Kesucian

18.3K 742 60
                                    

Mendengar jerit histeris sang putri, Johan segera berlari masuk ke rumah dan mengetuk pintu kamarnya yang terkunci dari dalam.

"Kinan, kamu nggak papa, Nak?" seru pria itu khawatir. Memang, Johan terkenal sangat diktator dan bertangan dingin di luar sana. Namun di rumah, lelaki itu tetaplah seorang ayah yang begitu teramat mencintai anak semata wayangnya. Sampai-sampai kadang rasa cintanya dirasa Kinan serupa pasung yang kelewat membelenggu. "Kinan, buka pintunya! Kamu kenapa, Sayang?"

Sadar tak selamanya bisa tetap diam, Kinan segera meraih gaun yang tadi ia lihat sudah terbakar di belakang rumahnya dan menjejalkannya asal-asalan ke dalam lemari. Tak ingin kalau papanya sampai melihat apa yang barusan ia lihat.

"Ki-Kinan nggak papa, Pa! Papa nggak usah khawatir!" dusta Kinan sebelum bergegas membuka pintu guna menemui sang papa. "Kinan hanya kaget karena ada kecoa terbang, tadi. Sekarang kecoanya sudah keluar lewat jendela."

Kinan gagal mogok bicara. Ingin meneruskan aksi pun terasa sia-sia karena Johan tetap bersikeras ingin diizinkan masuk dan melihat langsung bagaimana kondisinya.

Akhirnya, Kinan hanya bisa pasrah membiarkan sang papa masuk untuk menginvestigasi semua sudut. Mengunci kembali jendela dan mengintip ke bawah kolong ranjang. Sementara ekspresi Johan masih saja diselimuti kekhawatiran kendati semua jendela telah dikunci dan tak menemukan siapa pun di dalam kamar sang putri selain Kinan yang menunduk di sisi pintu.

"Beneran kecoa, kan, yang tadi bikin kamu kaget?"

"Iya, Pa." Kinan mengangguk meyakinkan.

"Ya sudah, mulai malam ini, kamu jangan buka-buka jendela lagi seperti kebiasaan kamu selama ini. Papa nanti akan keluar sebentar. Kalau ada apa-apa, langsung telepon Papa."

Kinan mengangguk sekali lagi dan barulah setelahnya, Johan mau keluar dari kamarnya. Selepas kepergian Johan, Kinan kembali mengunci pintu kamar dan memeriksa gaun yang tadi dijejalkannya ke lemari. Kinan tak salah lihat. Kain itu memanglah gaun yang tadi sudah dibakarnya bersama sang papa dan masih tetap utuh sampai detik ini.

Tak ingin berlama-lama melihat dengan segenap kengeriannya, Kinan cepat-cepat mencari paper bag tak terpakai di salah satu laci lemari dan melesakkan gaun itu ke dalamnya. Begitu ia mendengar deru mobil papanya meninggalkan rumah, Kinan pun buru-buru menyusul keluar sambil membawa paper bag berisi gaunnya, lalu melemparkannya ke dalam tong sampah yang ada di luar pagar rumahnya, berharap esok hari tukang sampah akan mengangkut serta baju itu beserta tumpukan sampah lainnya.

Sekembalinya di rumah, Kinan menghubungi Maya dan meminta maaf atas sikap papanya yang sudah keterlaluan memperlakukannya dan juga Andre. Sayangnya, bukan tanggapan seperti di hari yang sudah pernah berlalu, kali ini, Maya mengatakan bahwa batasnya sudah habis.

"Gue nggak benci lo, Ki. Gue cuma nggak tahan sama bokap lo. Jadi tolong, lo ngerti ya posisi gue? Gue nggak bisa lagi ada di sekitar lo mulai sekarang. Gue nggak mau lagi jadi sasaran amukan bokap lo. Capek gue diperlakukan kayak jongos lo. Semoga kedepan, lo bisa nemuin teman yang lebih sabar dari gue. Jaga diri lo baik-baik."

Panggilan diakhiri sepihak tanpa memberi Kinan kesempatan untuk sekadar memberikan pembelaan. Berusaha menghubungi Andre, tanggapan cowok yang biasanya selalu mengalah untuknya itu pun sama saja. Andre memilih mundur dari daftar pertemanannya sebagaimana Maya dan membuat Kinan membanting ponsel karena kesal.

Ya, sekarang kekesalannya kepada Johan kembali muncul sebab gara-gara dia, Kinan kembali harus kehilangan teman untuk kesekian kalinya. Semenjak kecil, cara Johan memperlakukan teman-teman Kinan tak pernah baik selayaknya orang tua lain memperlakukan teman anak-anak mereka.

Johan memiliki caranya sendiri dalam memperlakukan orang yang ingin dekat-dekat dengan putrinya, yakni menganggap mereka semua seolah pengasuh Kinan yang kalau sampai terjadi apa-apa, bahkan sekecil insiden Kinan jatuh karena tersandung sendiri, mereka harus bertanggung jawab untuk musibah itu. Dengan deretan caci-maki dan juga ancaman dikirim ke penjara.

Cinta Raja Naga (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang