48. Ending 1

436 41 11
                                    

"Dokter, bagaimana dengan keselamatannya?!"

"Saya mohon untuk kalian menunggu dulu. Kami akan mencoba memeriksanya. Tolong beri jalan dan tunggu sampai batas waktu tertentu."

Seojun kalut sekarang. Melihat darah yang terus keluar dari luka yang ada di leher Suho. Eomma dan Nuna Suho juga sudah dalam perjalanan. Ntah bagaimana kabar ini bisa sampai cepat ke telinga mereka. Kekuatan orang dalam memang mengerikan.

Sekarang mereka hanya bisa memasrahkannya ke para profesional. Seojun harus kembali berpikiran jernih.

"Sudahkah kalian mendapatkan siapa dalang di balik semua ini?"

"Maaf, kami belum mendapatkan kesaksian dari pelaku. Dia memilih bungkam dan hampir mencelakakan dirinya sendiri." Jawab sipir muda.

"baiklah. Kalian awasi yang lainnya. Mr.Bae, Mr.Do aku memerintahkan kalian untuk menjaga orang yang tersisa. Dowoon, kau ikut aku ke ruang tahanan Mr.Lee."

"Seojun-ah, tidakkah akan lebih baik jika aku saja yang perlu mendampingimu? Aku takut Dowoon tak bisa menahaanmu yang sedang dalam emosi memuncak." Tanya Mr. Bae.

"Tenang Hyung, aku tidak akan bertindak gegabah. Aku percyakan keselamatan mereka kepada kalian semua. Aku pergi."

Mobil melaju kencang menembus jalanan Seoul. Fokusnya masih pada tujuan utama, menemui Lee Seungmin dan menanyakan alasan kenapa dia bisa setega itu untuk melakukan percobaan pembunuhan ke darah dagingnya sendiri.

Langkah kaki lebar dan tegas bergema di lorong penjara. Mr.Lee yang sedang berdiam diri, membuka matanya. Melihat sosok Seojun yang seperti menahan emosi.

"Ada apa kau mengunjungi ku? Bukankah sidang akan berlangsung 3 hari lagi?"

"Apa yang kau lakukan kepada Lee Suho?"

"Maksudmu?" tanya Mr. Lee

Ekspresi kaget membuat Seojun kembali tersentak. Jika bukan dia, lalu siapa lagi...

Seojun segera melangkahkan kaki setelah mendapat jawaban tak langsung. Membuat Mr.Lee berteriak marah meminta penjelasan.

"Lee Suho hampir mati di ruang tahanannya. Apakah kau yang memerintahkan orang untuk membunuhnya?"

"Kau gila!!! Aku tidak mungkin melukai anakku sendiri! Aku tak bisa mengontak dunia luar dan aku terjebak di penjara ini tanpa bisa di jenguk. Sekretaris brengsek itu pun tak mungkin melakukan tindakan yang tidak ku perintahkan."

"Sekretaris? Maksudmu?" Seojun menaikkan alisnya. Ia ingat jika sudah menangkap semua antek-antek Mr.Lee.

Lee Seungmin memilih bungkam.

"Baiklah jika itu maumu." Seojun hendak pergi tapi urung karena lengannya ditarik.

"Kenapa lagi Tuan?"

Mr.Lee menggunakan lirikan mata untuk meminta kertas dan bolpoin di saku depan Seojun. Seojun paham dan memberikannya.

"Cari orang itu di alamat ini. Jika kau tidak dapat menemukannya, lakukan pencarian. Aku mengaku kalah dari kalian, nak. Nyawa Suho lebih penting dari hal yang ku sembunyikan."

Baru kali ini ia melihat tatapan sayang dan sendu yang melebur menjadi satu dari wajah tegas Mr.Lee. masih ada hati nurani nya juga orang di depannya.

"Maaf jika boleh tau, kenapa kau melakukan ini? Kau bukan orang yang mudah menyerah hanya karena nyawa anakmu."

"Penebusan dosa, mungkin. Dan dia anak laki-laki ku satu-satunya yang pernah membangkitkan jiwa persainganku. Anggap saja sebagai hadiah terakhir. Pastikan dia hidup. Permintaanku yang terakhir."

Kedua netra bertatapan. Seojun mencari kebohongan dan skenario lain yang mungkin akan diciptakan oleh orang didepannya. Tapi nihil, tak ditemukan apapun. Seojun pun mengangguk.

Tangannya terulur untuk mengambil bolpoin yang masih di tangan tua itu. Bukan bolpoin yang kembali, malah muncratan darah yang ia dapatkan di wajahnya. Dowoon yang sedari tadi memantau bergegas menarik tubuh Seojun menjauh.

Sipir yang berjaga segera membuka sel tahanan. Menghampiri sosok yang tergeletak memegang leher itu. Seojun mendekat mengulurkan tangan untuk membantu menghentikan pendarahan yang terjadi. Dua kejadian yang hampir sama terjadi di depan matanya.

Bukan malah diam menerima pertolongan, Mr.Lee berusaha berbicara. Didekatkan telinga Seojun ke mulutnya dengan seluruh kekuatan yang tersisa.

"Maafkan aku, nak. Aku hanya bisa bilang... jangan... percaya siapapun..."

Hembusan berat terdengar setelah kalimat terakhir terucap. Dokter yang datang pun sudah terlambat karena nyawa Mr.Lee sudah tidak berada di raganya. Seojun jatuh terduduk memandang tangan yang memegang kertas penuh darah. Meresapi setiap kalimat yang ditinggalkan Mr.Lee di hembusan terakhirnya.

Dowoon merengkuhnya memberikan kehangatan dan menenangkan Seojun yang terdiam membeku.

"Hyung, ayo kita menjauh dari sini."

.

.

.

Dowoon mengulurkan air mineral. Masih linglung, Seojun menaptapnya. Membuat Dowoon memberikan langsung ke tangan Seojun. Tepat saat itu, ponselnya berdering. Dowoon merogoh saku Seojun untuk mengambil ponsel itu. Tapi tepisan tangan mengagetkannya.

Masih dengan tangan bersimbah darah, Seojun mengangkat panggilan. Matanya terbelalak dan hembusan lega terdengar setelahnya. Salah satu masalahnya terangkat. Nyawa Suho selamat dan sudah di pindahkan ke ruangan biasa.

Panggilan di tutup dan Seojun beralih ke Dowoon.

"Kembalilah ke Kepolisian. Ada urusan yang perlu ku selesaikan."

"tapi Hyung..."

Seojun menatap sanksi, tak seperti biasanya.

"Baiklah." Dowoon berjalan menunduk meninggalkan Seojun sendirian.

Seojun menunduk. Bulir airmata mengalir di pipinya. Ia berkelut dengan pemikirannya sendiri sekarang. Siapa lagi yang harus ia percayai di sunia ini.

'Aku harus segera menyelesaikannya sekarang tak ada waktu lagi untuk bersedih. Persetan dengan semuanya. Aku bisa menyelesaikannya sendiri... dan memang seharusnya begitu.'

.

.

.

Mobil melaju ke tempat yang dituliskan di kertas. Alamat sudah sesuai tapi ia hanya bisa menemukan gedung terbengkalai tepat 100 meter di depannya. Ia matikan mesin dan turun untuk waspada. Takut buruan terakhirnya melarikan diri.

Langkah demi langkah ia lakukan dengan hati-hati. Satu persatu ruangan ia telusuri dengan seksama. Tinggal ruangan di depannya yang belum ia masuki. Dengan memantapkan segalanya, ia menaruh harapan. Hanya tinggal selangkah lagi dan semua selesai.

'Tuhan tolong kali ini saja...' batin Seojun.

Menarik napas dan menodongkan senjata api... Dan yang ia dapatkan hanyalah mayat menggantung dengan banyak berkas bertebaran di bawahnya.

Tubuh Seojun merosot lemah.


[Author's Bar]

Halo semua. Terima kasih yang udah nungguin cerita ini. Maaf karena lama update. RL lagi banyak hal yang wasweswos. Semoga suka ya dengan ceritanya. Sebenernya waktu aku baca ulang ceritaku sendiri, aku malu karena merasa tulisanku jelek. Maaf ya buat yang membetahkan diri membaca sampai chapter ini.

Kurang 2 chapter mungkin dan bakalan ku akhiri dengan ending yang mungkin udah kalian tebak. Makasih juga buat yang sering vomen dan ninggalin jejak..

MisunderstandingWhere stories live. Discover now