07. Separation

1.3K 189 14
                                    

Setelah pertemuannya dengan Seojun malam itu, ia kembali harus disibukkan dengan lomba dan beberapa hal lain. Ia tidak ada waktu untuk kembali menemui Seojun dan menanyakan keadaannya.

Tak terasa 1 bulan telah berlalu sejak pertemuan. Ia telah selesai dengan lombanya dan kembali melakukan kegiatan sebagai murid biasa.

Suasana kelas yang tak banyak berubah, hanya satu yang menarik perhatiannya. Sudah 3 hari sejak ia menjalani kehidupan monotonnya di sekolah, tak terlihat batang hidung Seojun. Ia juga tak melihat antek-antek Seojun menjajah ruang kelas.

Rasa penasaran Suho terjawab setelah mendengar percakapan beberapa siswa.

"Hei, benarkah Seojun akan pindah ke Jepang?" Siswa A bersemangat menanyakan ke teman sebelahnya.

"Sepertinya sih iya. Aku melihat ayahnya datang membawa beberapa berkas dan berbincang dengan guru. Lokernya pun sudah dikosongkan sama Johyun." Siswa B menanggapi.

"Hah sumpah! Kya~ Kya~ Kya~. Jiwa fujo ku semkain menjadi. Kenapa interaksi mereka lucu sekali. Johyun yang selalu menuruti Seojun." Siswi C menggila karena omongan itu.

Siswa lain yang nimbrung pun ikut menimpali "Aku tak akan kaget jika mereka jadian. Kapalku harus berlayar"

"Hua~ Kkikiikii" Gila kedua siswi.

Sebelum siswa lain menyanggah dan menyadarkan 2 siswi itu, terdengar suara gebrakan meja yang amat keras. Kelas menjadi sunyi seketika. Si penggebrak itu adalah Suho

Suho bangkit dari duduknya dengan tangan terkepal. Suasana mencekam terbentuk setelah gebrakan. Aura Suho yang sedang marah sungguh menakutkan sekitar.

Setelah Suho keluar kelas, barulah mereka dapat bernapas. Para siswa dan siswi menjadikan hal itu sebagai bahan gosip. Kelas menjadi riuh seperti sebelumnya.

Di sisi lain, Suho dengan amarahnya segera menuju ke kelas Johyun. Matanya mencari kedalam kelas dan setelah menemukannya, Suho segera mencengkram kerah Johyun.

Johyun kaget dengan situasi ini. Ingin ia tepis tangan yang berada dikerahnya saat ini. Tapi tidak bisa dan ia juga menciut setelah melihat mata Suho. Johyun menutupinya dengan berpura-pura santai dan bertanya

"Hei bung. Lepaskan dulu kerah bajuku. Kita bicara baik-baik. Ada perlu apa kau mencariku dengan amarah seperti ini?"

Suho yang merasa diremehkan karena nada bicara Johyun semakin mencengkram kerah baju dan mencekiknya. Semua yang lihat menjadi tegang. Siswi pun mulai memekik sehingga mengundang kelas lain untuk mengetahui tontonan menarik apa yang sedang terjadi.

"Dimana Seojun sekarang?!" Suho bertanya sambil mencekik.

Johyun segera menepuk tangan Suho yan terjulur ke lehernya untuk meminta melepaskan cekikan itu. Suho tak acuh sebelum menemukan jawaban yang ia minta. Terus dicekiknya hingga Johyun hampir kehabisan napas.

Syukur Tuhan masih berpihak ke Johyun. Baram datang dan langsung mencoba melepaskan cekikan Suho dari leher Johyun.

Baram berteriak "Hyung sadarlah!! Kau jadi tontonan sekarang!! Lepaskan Johyun sebelum kau membunuhnya!!"

Seakan tersadar akan kebodohannya yang mengundang atensi, Suho segera melepaskan cekikan itu.

Johyun terbatuk dan menghirup udara dengan rakus.

"Uhuk... uhuk..." napas Johyun tersendat sejenak.

"Kau tak apa?" Baram menanyakan hal yang sudah ia tau jawabannya.

Suho menatap Johyun dan Baram bergantian. Suho hendak melangkah pergi sebelum suara lain menyahut

"Seojun akan berangkat ke Jepang sekarang. Tak tau kapan akan kembali. Sekarang ia sudah di bandara. Itu yang ingin kau ketahui kan?" Taekyung lah yang berbicara.

Suho yang mendengarnya langsung berbalik dan menatap antek-antek Seojun. Emosinya sekarang semakin tidak stabil. Suho segera melangkah keluar. Siswa yang berada di jalan Suho otomatis menyingkir karena merasakan aura Suho dan takut setelah melihat Johyun yang kuat dicekik seperti itu.

Suho kalut. Yang ia pikirkan hanya bagaimana ia bisa sampai di bandara. Logikanya kalah dengan perasaan. Ia berlari keluar sekolah dan segera menelepon asistennya. Ia mengumpat disaat seperti ini kenapa ia tak membawa kendaraan pribadinya.

"Jemput aku sekarang!!"

Asisten yang bingung pun bertanya "Maaf tuan, jemput dimana? Bukannya sekarang waktunya tuan ada di sekolah?"

"Bangsat! Jangan banyak tanya! Segera temui aku dalam waktu 15 menit. Jika tidak, jangan harap kau bisa hidup besok" kata Suho penuh ancaman.

Asistennya yang kaget mendengar umpatan tuan mudanya yang terkenal kalem dan baik. Tak ingin membuat masalah untuk dirinya, ia segera melajukan kendaraannya ke sekolah tuan mudanya.

Tak sampai 15 menit sang asisten telah menampakkan diri. Jejak ban karena rem mendadak, tercetak dengan jelas. Dapat diketahui jika sang asisten benar-benar mengebut dan terburu-buru.

Suho tak ambil pusing. Ia segera masuk dan mengatakan tujuannya.

"Bandara sekarang. Jangan banyak tanya. Kalau bisa kebut dan langgar rambu jika perlu."

"Baik tuan" asisten diam dan fokus menyetir.

Suho merasa perjalanannya lambat. Ia tak tenang sekarang. Wajah stoic andalannya tergantikan dengan wajah panik. Suho yang pandai mengendalikan emosi sudah tidak berlaku untuk waktu sekarang. Ia hanya ingin menemui Seojun. Kalau bisa ia akan menarik dan mematahkan kaki Seojun agar tak bisa lari darinya.

Saat ini jiwa kelam Suho terbangkitkan. Suho yang sekarang adalah Suho hasil didikan Mr. Lee untuk mode bisnis. Ia hanya akan menggila seperti ini karena Seojun. Nalarnya terlalu berkabut sekarang.

Suho saat ini telah sampai di bandara. Ia seera berlari menuju pusat informasi untuk mengetahui gate mana yang akan digunakan penerbangan ke Jepang. Setelah tau, ia segera berlari kencang tanpa memperdulikan orang yang ia tabrak. Dalam otaknya hanya ada Seojun Seojun dan Seojun.

Dengan terengah, ia segera melihat papan informasi. Kakinya lemas seketika setelah melihat pengumuman kalau pesawat ke Jepang sudah berangkat. Ia tak bisa melihat Seojunnya. Ia tak bisa menghentikan Seojun untuk meninggalkannya.

Dengan perasaan terpuruk dengan dendam disalamnya ia bertekad

"Aku akan menemukanmu Han Seojun! Aku tak akan melepaskanmu! Aku akan membalas kejadian hari ini! Aku akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku!"

.
.
.

Disisi lain, Seojun merasa berat meninggalkan tanah kelahirannya. Tapi trauma mendalam membuatnya memilih jalan ini. Terlalu banyak rasa sakit disini. Ia ingin menenangkan diri sejenak. Ia akan ikut bersama ibunya sementara waktu.

Seojun akan kembali tanpa waktu menentu. Ia berjanji pada dirinya

"Aku akan kembali kesini. Aku akan membalaskan dendammu Seyoon. Akan ku buat Mr. Lee menyesal karena melibatkanmu. Akan ku buat ayahmu terpuruk seperti hal yang kau rasakan dulu"

Awal baru dengan tekad menggebu dengan dasar kesalah pahaman memisahkan dua insan tersebut. Tunggu saja bagaimana kelanjutannya.

[Author's Bar]
Maafkan jika semakin kesini semakin aneh aja ceritanya.
Makasih juga buat yang udah baca dan interact dengan diriku ini. Makasih juga yang udah kasih semangat dan mau vote tulisan abal-abal ini

MisunderstandingWhere stories live. Discover now