15. Stalker

956 120 7
                                    

Seojun memasuki wilayah rumahnya dan membuka gorden yang ada. Hal itu dilakukan untuk membiarkan udara masuk. Karena sudah lama ditinggalkan, udara terasa lembab dan pengap.

Seoju meletakkan ranselnya ke tempat yang bersih. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang berat untuk Seojun. Ia harus membersihkan semua ruangan ini.

"Okay Seojun!! Kita mulai dari mana sekarang? Hum... Pokoknya semangat!!" Seojun menyemangati dirinya dengan gerakan aneh.

Tanpa ia sadari, sejak ia keluar dari Mansion Keluarga Jung ia telah diikuti. Dengan setelan santai menyesuaikan udara dingin dengan kacamata yang bertengger, ia memantau seluruh kegiatan Seojun. Ia memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Rumah dengan kaca luas Seojun memudahkan ia melihat aktivitas didalamnya.

Kaca mobil ia turunkan sedikit dan ia juga melepas kacamata hitamnya untuk melihat dengan jelas kesayangannya. Ya, dia Lee Suho. Ia sudah mengikuti Seojun sejak dari Seoul. Bisa dibilang ia menjadi stalker Seojun saat setelah ia mendapatkan kartu namanya.

Dengan uang dan kekuasaannya, ia mendapatkan informasi letak apartemen Seojun dengan mudah. Ia juga menempatkan bodyguard yang ia sewakan apartemen di area tempat tinggal Seojun, jaga-jaga jika ia ada keperluan dan tak bisa mengawasi Seojun. Katakanlah Suho gila, rasa takut kehilangannya yang membuatnya seperti ini.

Di Busan, Suho tidur di mobil yang ia sewa sesampainya disini. Ia takut kehilangan jejak Seojun. Makanan ringan dan segala hal yang dibutuhkan sudah ada di mobil, kecuali toilet. Ia juga menikmati kegiatan mengawasi Seojun sambil menunggu bodyguard suruhannya datang.

Ia tak ingin melewatkan sedetikpun kegiatan memantau Seojun. Bahkan tadi, sambil menunggu Seojun yang sedang mengunjungi pusara orang tuanya, ia mengerjakan segala keperluan kantor di mobil. Hal itu ia gunakan untuk mengalihkan perhatiannya, ia tak kuasa melihat Seojun menangis sesegukan disana.

Kembali ke waktu sekarang. Suho memanfaatkan waktunya untuk tidur di mobil. Badannya lelah dan ia tau Seojun membutuhkan waktu lama untuk membersihkan rumahnya. Ia menyamankan posisinya untuk tidur barang sejenak.

.
.
.

Hari beranjak sore, matahari kembali ke peraduannya. Seojun yang belum selesai membersihkan semua ruangan yang ada pun menelpon Baram.

"Halo Baram i. Sepertinya aku tak bisa pulang. Aku belum selesai membersihkan rumah. Tolong izinkan ke Eomma dan bilang untuk tak menungguku" Jelas Seojun setelah telepon tersambung.

"Eoh Hyung ..." dengan telepon masih tersambung barang berteriak ke Eomma nya.

"Eomma, Seojun Hyung tak bisa pulang sekarang. Katanya masih belum selesai bersih-bersih." Baram di seberang telpon mewartakan hal itu.

Walau dengan volume kecil, Seojun dapat mendengar sahutan Eomma Baram.

"Sudah Hyung. Kata Eomma tak apa dan aku juga akan jalan kesana. Eomma menyuruhku mengirim makan malam untukmu nanti." Baram dengan nada manjanya.

"Okey. Kalau sudah dekat telpon saja. Ku tutup dulu biar ini cepat selesai." Putus Seojun.

Panggilan terputus dan Seojun kembali mengerjakan hal yang belum ia selesaikan.

Diseberang jalan Suho juga sudah bangun dari tidurnya. Baru kali ini setelah 10 tahun berlalu ia merasa tidurnya sangat nyaman walau dalam posisi didalam mobil. Mungkin efek dari ia berdekatan dengan Seojun dan perasaan bahagia yang dialaminya.

Suho meregangkan tubuhnya dan membuka laptop untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.

Beberapa jam telah terlewati dan jam tangannya menunjukkan pukul 7 malam. Sudah waktunya ia untuk makan malam. Suho mengambil makanan yang telah ia siapkan. Ia memakan makanannya sambil memantau Seojun yang sepertinya kelelahan.

MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang