BAB 13 : Koridor

Mulai dari awal
                                    

“Si anying! Maju lo, gue basmi orang pendek kayak lo!”

“WAH! BODY SWIMMING!

BODY SHAMMING, ANJIR! GUE JADIIN GELANG KAKI JUGA USUS 12 JARI LO LAMA-LAMA!”

“Bohong lo! Sejak kapan berubahnya coba?!”

Perempuan beriris bulat dingin tersebut lantas menoleh ke arah Yezira, mengirim sinyal menyerah lewat sorot mata datar bukan main ketika berkata. “Kuat juga mental lo temenan sama anak prik begini. Nggak ada rencana lo sedekahin gitu?”

Yezira terkikik kecil selagi semakin mengeratkan kaitan tangannya pada Ghaitsa. “Nggak ada yang minat, Jo.”

Tidak terima diperlakukan demikian, Kanaya menyingsing lengan bajunya hingga siku. “Wah, parah! Mulut-mulut gopean kalian makin ngelunjak! Jangan kebanyakan omong! Ayo kita selesaikan secara betina!” tandasnya sinis.

Ghaitsa menyemburkan gelak tawa, entah untuk ke berapa kalinya hari ini, mengusap ekor mata sebab berair tidak mau berhenti dan berusaha menahan diri dari kram perut mengganggu di bawah sana. Sang gadis mengangkat tangan di udaraㅡmanifestasi bendera putih. “Kali ini gue beneran nyerah. Sumpah, gue rasa baru kali ini gue capek banget cuma gara-gara ketawa doang. Serius, mungkin level tigarius kali.”

Gelengan kepala Yezira mendapat atensi lebih dari mereka tatkala menyebrangi lapangan sebagai jalan pintas dan cepat menuju kantinㅡbekal dari Archie tidak cukup untuk mengenyangkan empat gadis dengan dua di antaranya rakus sekali berebutan daging ayam. Perempuan pemilik manik karismatik tersebut mengibaskan tangan kemudian. “Belum seberapa, Sa. Kadang capek liat Naya berantem mulu, ada aja yang bikin dia ngomel-ngomel tapi akhirnya ngakak sendiri. Mukanya lucu kalau mau ngajak duel orang. Kecil begitu. Kayak liat kucing marah sewaktu makanannya diambil.”

“Jaga lisanmu, Kawan. Bila tidak inginku hantam.” Kanaya menunjukkan kepalan tangannya sambil berusaha keras melepaskan diri dari Joanna yang sekarang memiting leher dari belakang. Perbedaan tinggi mereka membuat Kanaya tidak dominan untuk menyelamatkan diri. Dia kembali murka, “Lepasin, anjing! Gue gigit, rabies lu!”

“Anjing gila dong lo?”

“Guk-gukㅡlha?! Ngapa gue nyaut, anjir?! Wah, sawan beneran gue.”

Memasuki koridor gedung seberang, Ghaitsa mengambil beberapa langkah lebih awal dan berjalan mundur guna berfokus mendengarkan omelan Kanaya yang berkepanjangan seolah-olah tidak memiliki waktu jeda untuk beristirahat. Sepersekian sekon masih meloloskan kekehan lucu, berikutnya iris Ghaitsa sontak melebar panik bukan main saat tersandung tumitnya sendiri dan berusaha menggapai lengan Yezira yang ikut kaget agar selamat. Namun naas, agaknya Ghaitsa akan mempermalukan diri sendiri setelah ini akibat kecerobohannya. Akan tetapi, alih-alih rasa malu ketika jatuh terhempas ke tanah. Ghaitsa justru malah terdampar pada pelukan Jeviar.

Iya, Jeviar!

Hei! Sejak kapan ada Jeviar dan gerombolannya di sini?!

Keduanya saling bertukar pandang beberapa waktu sebab kaget, sementara lingkungan sekitar terasa sesak lantaran sangat senyapㅡseakan menanti keputusan apa yang akan Jeviar buat pada gadis yang berada di dekapan sekarang. Ghaitsa tentu saja diserang rasa panik luar biasa dan hanya mampu menggeleng samar dengan sepasang manik terbelalak sempurna. Sementara tiga gadis lain menutup mulut tidak percaya dengan adanya adegan klise seperti di film-film romansa remaja yang biasa ditayangkan televisi, langsung tanpa rekayasa tepat berada di depan mata.

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang