GOLD 2

740 80 21
                                    

BGM / Pink Sweat$; nothing feels better

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BGM / Pink Sweat$; nothing feels better

🌿

CAHAYA bintang berkilau. Serupa netra milik seseorang yang bahkan menyaingi rembulan. Nyaris seperti Sirius, atau bintang paling terang di alam semesta. Bulu matanya lentik tidak mengepak. Bola matanya bermandikan cahaya keemasan hingga Eren dibuat terpukau. Rasa rindu yang sudah lama terpendam menguasai dirinya, bersemayam begitu lama di dalam sanubari tetap utuh hingga kini. Gadis yang dia dambakan di depan mata, rasa ingin mendekat, merengkuh, sekaligus menghirup bau harum dari tubuhnya. Kulit gadis itu seputih salju, serta bibir yang merona seperti bunga mawar.

Eren memandang Mikasa dengan tatapan penuh afeksi, teduh. Segera Eren merangkum bingkai wajah itu amat lembut dibarengi angin berhembus anggun masuk melalui sela pintu. Ibu jari Eren bergerak di pipi salju Mikasa. Kulitnya terasa halus. Eren terperangah kemudian, meluap sudah perasaannya melambung tinggi. Akhirnya mereka bertemu setelah sekian lama. Tak tertahankan lagi Eren mencium bibir Mikasa gemas.

Sedangkan pelupuk gadis itu malah berlinang, membendung air mata. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia gembira. Rasa cinta bukan memenuhi hatinya sekarang, senang akan ciuman selamat datang kembali. Tidak begitu. Melainkan rasa benci serta amarah bergelut dalam benaknya. Dada Mikasa terasa sakit sekali seperti ditimpa beban berat, dia seperti dihukum tidak bisa bicara.

"A.. A.." katanya patah-patah.

Mikasa memijat kedua bahu Eren. Tidak ada yang bisa dia lakukan tubuhnya serasa mati lemas. Ingin mendorong raga kokoh itu namun Mikasa tidak berdaya, hingga Eren bertindak leluasa.

"Akhirnya kamu ada di hadapanku sekarang. Merindukanmu membuat aku gila. Tolong jangan menjauh dariku lagi."

Kamu yang menjauhiku duluan sialan!

Mikasa membatin. Untung saja perutnya sedang tidak mual, kalau iya mungkin sudah dia muntahi pria itu. Tangan Mikasa berpindah ke telapak tangan Eren yang lebih besar darinya. Bisa Mikasa rasakan, semburat pembuluh darah Eren begitu kasar.

"Ini bukan mimpi, Mikasa ..."

Ntah kapan terakhir kali mendengar namanya disebut, apa lagi dengan suara lembut. Nyaris tidak pernah. Air mata jatuh tidak terkendali. Eren mengusap, menghapus jejaknya segera.

"... Jangan menangis."

Eren merasa tidak ada yang menahannya lagi. Dorongan di dalam dirinya terlalu besar, ingin menghantarkannya ke dalam suasana yang lebih intim. Eren mencium bibir Mikasa penuh napsu. Mengulumnya hebat. Air mata Mikasa kian bercucuran, dia masih terdiam. Tubuhnya terasa amat kaku, amat menyiksanya. "Hhh ..." Mikasa hampir kehabisan napas.

Pria itu sudah gila.

"Hhhh ..." Wajah Mikasa memerah, ciuman Eren terasa kian panas. "Hhhh ..." puncak kepala Mikasa seolah akan pecah, apa ada kembang api keluar dari kepalanya. Perasaan asing, sensasi nikmat yang membawanya ke dalam neraka sekaligus. Kenapa begitu panas. "Hhhh ..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forbidden ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang