BROWN 2

313 71 10
                                    

🌿

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌿

BGM / spiral tone; cover


MATAHARI berpatiman kepada langit untuk pergi, seperti pria yang kini tengah berjalan menuju kantor di pusat kota. Hari ini Eren berniat untuk menghantarkan surat permohonan izin pulangnya ke Jepang, sekaligus memesan tiket pesawat untuk esok hari. Meskipun kedatangan surat tersebut secara mendadak, beruntung, Eren tetap diperbolehkan untuk pulang oleh kantor pusat yang menaungi pekerjaannya di sana.

Malam itu terasa sangat panas, debu-debu menyelimuti kota, hingga wajah indah Eren berpeluh. Rasa haus merongrong tenggorokannya, namun Eren tidak mau peduli, tanpa mengeluh dia terus berjalan cepat menuju panti. Eren seketika tersenyum melihat lobi panti dari dekat, ada seseorang nampak bersedekap di sana seolah tengah menunggu. Bentuk kebahagiaan Eren terlihat nyata. Armin yang menyadarinya seakan ikut bahagia.

"Aku akan pulang besok." Eren semringah menyombongkn tiket pesawat yang terselip di dalam pasport.

"Aku senang mendengarnya kawan."

"Aku harus bergegas mengemasi barangku," tukas Eren terkesan buru-buru. Eren melanjutkan langkah kakinya menuju tenda sambil masih tersenyum. Meninggalkan Armin yang mungkin saja akan berpetuah sedetik kemudian. Bukan Eren tidak mau mendengar, tapi tidak ada waktu untuk Armin. Dia hanya ingin berfokus kepada rencana esok hari, setelah penantiannya selama dua tahun lalu.

Saat malam Eren sama sekali tidak bisa tertidur, matanya tertutup tapi tidak terlelap, otaknya masih bekerja memikirkan banyak hal. Dia berbaring sambil memeluk tiket pesawatnya. Batin Eren seolah berbicara, cepat lah besok, cepat lah besok Eren sudah tidak sabar lagi.

Hingga fajar Eren terjaga, segera dia membersihan dirinya, kemudian berkemas menuju bandara. Dia hanya membawa satu koper. Dia tidak membawa banyak barang, hanya tiga helai baju, dan beberapa buah tangan yang mungkin tidak seberapa dalam koper kecilnya. Apa pun yang Eren tinggalkan di Ethiopia, dia serahkan kepada Armin, untung saja lelaki itu baik hati.

Eren berjalan keluar ke arah pintu kedatangan.

Setelah berjam-jam terbang di udara, pesawat yang Eren tumpangi tiba di tujuan.

Jantung Eren bergemuruh, terus menerus menebarkan senyum tiada henti. Selayaknya bunga bermekaran di mana-mana padahal negara yang dia datangi sekarang sedang musim gugur. Hati Eren di penuhi musim semi. Amat gembira. Satu-satu dia membayangkan wajah orang yang ingin segera dia temui.

"Ahh ..." Eren menghela napas. Menghirup udara yang telah lama hilang dari hidupnya. Aromanya segar, membangkitkan seribu ingatan ke dalam kepala.

Eren menyetop sebuah taksi usai keluar dari pintu kedatangan, dengan lincah dia masuk ke dalam mobil agar mempersingkat waktu. Tubuhnya lumayan bergidik, dia terkejut dengan perubahan iklim yang dirasakan, sebab sangat berbeda---Ethiopia tidak pernah sedingin ini. "Tolong antar saya ke Rumah Sakit Kota Fukui," tukasnya sambil menebak-nebak, apa yang Mikasa lakukan sekarang.

Forbidden ColorWhere stories live. Discover now