MAROON 2

1.1K 135 42
                                    

🌿

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌿

BGM / Billie elish; my future


KETIKA malam hujan, membuat dua wanita berbeda lintas generasi itu berlari. Terbirit-birit ketakutan akan air hujan. Mereka memasuki apartemen milik Levi di kota, tidak jauh dari rumah sakit, tempat Grisha dilarikan. Mereka datang dengan membawa banyak kantung belanjaan, mereka taruh di atas meja dapur yang juga berfungsi sebagai meja makan. Terdapat bunga anyelir di tengah-tengah meja, biasanya Hanji yang menaruh itu. Agatha duduk kemudian menghela napas. Sepulang dari rumah sakit, tadi mereka memutuskan untuk singgah di swalayan, guna memenuhi kebutuhan serta isi kulkas yang nyaris kosong.

Sedangkan Mikasa mengambil segelas air dari lemari es, kerongkongannya terasa kering sehabis berlari-lari tadi. "Ibu mau minum juga?"

Agatha mengiyakan. Kemudian Mikasa datang dengan dua gelas air lalu duduk berhadapan dengan Agatha. Wajah wanita senja itu begitu penat. Seharian beliau mengurus banyak hal, termasuk Grisha yang di rumah sakit.

Suasana ruang beranda gelap, hanya ada cahaya temaram dari lampu sudut yang otomatis menyala ketika mereka sampai. Agatha meneguk air putihnya, terasa sejuk menyiram kerongkongan. Kemudian melenguh, membuang penat.

"Aku kasihan kepada Grisha," Agatha mulai membuat tatapan berkabut, sejak tadi tidak ada henti-hentinya Agatha memikirkan Grisha, khawatir, iba, sedih hati bercampur aduk. "... Tidak ada lagi keluarganya tersisa," lanjutnya seakan Grisha adalah pria tua yang malang.

"Kalau bukan kita siapa lagi yang sanggup merawat paman."

"Kamu benar, Mikasa, dia bagian keluarga kita juga. Hhhh ... Jadikan ini sebagai pelajaran untuk kita semua."

Atensi Mikasa menjadi serius. Dia tahu sifat keibuannya pasti akan muncul sedetik kemudian. Agatha hendak memberikan petuah.

"Kamu, Levi, harus memiliki banyak keturunan, kalau sampai salah satu anakmu pergi masih ada anak yang lain. Kalau pasanganmu pergi, mencari pasangan baru atau menjadi wanita lajang yang independen. Kita tidak tahu kapan pasangan kita akan pergi, atau anggota keluarga mana yang akan pergi terlebih dahulu. Entah oleh ajal atau pun penyebab lain---Anggota keluarga tidak akan selamanya utuh, bukan? Kelak mereka juga akan pergi meninggalkan kita, satu per satu. Pasti." Agatha tersenyum getir ke arah Mikasa, membuat atensi mereka saling bertumbuk.

"Ketika seorang pria ditinggalkan pasangannya, dia akan sanggup bertahan. Karena dia memiliki pekerjaan, masih bisa menghidupi dirinya, anaknya. Tidak ada yang dia pikirkan. Perihal, cinta itu bisa hilang oleh berjalannya waktu. Mereka akan mudah menemukan wanita lain jika mau. Menikah kembali dan menjalani kehidupannya yang baru.

Tidak seperti wanita, jika dia ditinggalkan pasangannya. Itu akan menjadi masalah besar. Apa lagi jikalau wanita itu amat bergantung, hanya seorang ibu rumah tangga yang hanya bisa merawat rumah dan mengurus anak. Bisa kamu bayangkan apa yang akan terjadi dikemudian hari?"

Forbidden ColorWhere stories live. Discover now