Dia menggelengkan kepalanya, sepertinya keduanya benar-benar sedang galau.

"Terus kalian mau ngapain?" Tanya Dion.

Aidan dan Bagas mengendikkan bahu mereka tanda tak tahu apa yang akan mereka lakukan.

"Gue ada ide!" ucap Putra lalu mengotak-atik ponselnya.

Dion, Aidan, dan Bagas menatap Putra yang mengetik sesuatu di ponselnya.

"Katanya lo ada ide! Kok malah main hp sih!" ucap Bagas sambil melirik ke arah layar ponsel yang menampilkan room chat dengan Lizha.

"Bangke! Itu lo malah chatan sama Lizha!" Tambah Bagas sambil menunjuk ke layar ponsel Putra.

"Iya ini ide gue, gue minta tolong Lizha bawa Cia sama Aurel ke sini!" Balas Putra sambil mengangkat ke arah ponselnya.

"Tumben pinter," ucap Aidan menyindir.

"Heii! Gue emang pinter ya cuma gue orangnya gak sombong sama kepinteran gue takut lo pada iri," balas Putra dengan nada sombongnya.

"Pinter ngibulin cewek sih gue percaya," ucap Bagas disetujui oleh Aidan dan Dion.

"Aduh sorry gue gak denger suara netizen julid!" balas Putra sambil mengorek lubang telinganya.

"Udahlah males ngomong sama playboy cap buaya! Mabar aja yok!" usul Aidan yang disambut semangat oleh yang lain.

Mereka pun sibuk bermain game bareng, Putra dengan mulutnya sibuk mengoceh dengan jarinya lincah menyentuh layar ponsel.

Ting.

Bunyi notifikasi awalnya akan Putra abaikan namun melihat itu dari Lizha dia pun segera membukanya melupakan jika dirinya tadi masih bermain game.

Ternyata Lizha, Cia, dan Aurel sudah sampai di depan markas. Putra pun segera membalasnya dan beranjak dari duduknya.

"Bangsat lo mau kemana! Main pergi aja," ucap Bagas dengan mata masih tertuju ke layar ponsel.

"Biarin! Gue mau jemput masa depan dulu!" Balas Putra tanpa menghentikan langkahnya.

Putra telah sampai di depan pintu, sebelum membuka pintu Putra merapikan penampilannya agar terlihat keren di depan Lizha. Dengan senyum lebar tersungging di bibirnya, Putra membuka pintunya.

"Selamat datang di markas Jervanos!" ucap Putra dengan semangat membuat Cia, Aurel, dan Lizha yang mendengarnya kaget.

"Anjir, lo udah mirip kayak yg di depan pintu indom*aret atau alfam*aret Put!" ucap Cia menggelengkan kepalanya.

Putra menatap datar ke arah Cia, inginnya dia di puji oleh Lizha malah Cia membuat moodnya turun.

"Gih masuk!" ucap Putra sambil bergeser agar mereka bisa masuk.

Cia dan Lizha masuk ke dalam, diikuti oleh Aurel. Aurel menatap markas Jervanos yang pertama kali dia liat di kehidupannya yang sekarang tapi jika di kehidupan yang dulu mungkin sudah sering dia ke sini untuk membuntuti Dion.

"Rel!" Panggil Putra sambil menyamai langkahnya agar berjalan bersisian dengan Aurel.

"Apa?"

"Gue manggil lo ke sini tuh soalnya gue kasihan liat Gevan," ucap Putra dengan nada sedih.

Aurel menghentikan langkahnya, dia menatap ke arah Putra.

"Gevan kenapa?" Tanya Aurel dengan nada khawatir.

Putra mencondongkan tubuhnya ke arah Aurel lalu berbisik pelan, "Dia kayaknya lagi galau deh gegara drama yang kalian buat! Dia merasa bersalah banget."

Aurel yang mendengar hal itu tertegun, Gevan pasti merasa bersalah karena sudah membentaknya dan hal-hal lainnya demi berpura-pura di depan empat ulat bulu.

Aurel segera berjalan menuju ke dalam ruangan tempat mereka biasa berkumpul, namun matanya melihat Cia yang menyeret tubuh Raddit menuju ke arahnya membuatnya bingung.

"Lo ngapain Ci?" Tanya Aurel.

"Mau pergi bentar, ini bocah prik lagi ngambek," ucap Cia membuat Raddit melotot protes.

Aurel yang mendengarnya tertawa pelan begitu juga dengan Putra yang menatap Raddit dengan pandangan mengejek.

"Oalah gitu, hati-hati lo berdua!" ucap Aurel.

Cia mengangguk mengajak pergi Raddit. Aurel dan Putra pun masuk ke dalam ruangan.

"Anjir! Minggir lo Dan! Lo mau jadi pembinor apa?!" ucap Putra dengan cepat menggeser tubuh Aidan menjauh dari Lizha.

Putra langsung duduk di antara Aidan dan Lizha membuat sofa panjang yang hanya muat tiga orang harus dipaksa memuat empat orang.

"Minggir lo Put! Ini udah gak muat goblok!" umpat Bagas.

"Ogah! Gue mau deket sama Lizha, lo aja yang minggir!" Tolak Putra tegas.

Lizha yang melihat itu mendengus pelan, dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju sofa tunggal yang tadi dipakai oleh Raddit dekat dengan tempat duduk Dion.

Putra yang melihat Lizha pergi menjadi cemberut, Aidan dan Bagas yang menatap ekspresi Putra pun mengeryit jijik.

"Muka lo Put! Tolong dikondisikan bikin gumoh!"

Aurel hanya tersenyum melihat tingkah sahabat-sahabatnya Gevan, mata Aurel beralih menatap Gevan yang sedari tadi bergeming seakan tak terganggu dengan keributan yang diperbuat sahabatnya.

Aurel berjalan menuju ke arah Gevan dengan langkah pelan hingga dia berdiri di samping Gevan tapi Gevan tak menyadarinya. Dia bersimpuh dengan bertumpu pada kedua lututnya.

Cup.

Aurel mengecup pelan pipi Gevan membuat Gevan tersadar dari lamunannya, dia menatap kaget ke arah Aurel yang berada di dekatnya.

"Tunangannya Aurel kenapa ini? Kok mukanya di tekuk?"

°

°

°

°

°

°
Bersambung

Jangan lupa vote sama komennya semuanya, sorry kalo gak nyambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote sama komennya semuanya, sorry kalo gak nyambung. Saya bingung nulis apaan

Spam next di sini kalo mau lanjut

Sampai jumpa di part selanjutnya

Bye

~12 Januari 2022

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang