Janendra Adimas Wicaksono

Start from the beginning
                                    

"Gampang itu mah. Udah termasuk orang dalem buat om sama tante."

Satu ruangan tertawa dan mereka saling mengobrol, membicarakan banyak hal. Ada satu yang Ayu sempat bicarakan pada Dhiska, yaitu jangan menyebutkan Aga di sini. Karena, Ayu sendiri belum cerita pada ayah dan bundanya tentang hubungannya dengan Aga. Beruntung juga Adimas tidak sempat kelepasan bicara dan memilih memojokkan diri untuk bermain game.

Setelah satu jam berbincang dengan keluarga Ayu, Dhiska berpamitan untuk pulang ke kost. Ayu mengantarkan Dhiska sampai lobby.

"Si Aga beneran nggak bisa dateng, Yu?" Tanya Dhiska saat mereka sedang berada berdua dalam lift.

Ayu menggidikkan bahunya, "Kayaknya nggak bisa, bilangnya liat nanti aja. Sedangkan sampe sekarang gak ada omongan dia berangkat ke Bandung. Ya udah deh, emang sibuk dianya."

Ayu sudah sangat pasrah. Pekerjaan Aga di Jakarta benar-benar saat sibuk. Ayu tidak mengerti bagaimana kesibukan di balik produksi lagu, tetapi saat ia dan Aga melakukan video call, pasti Aga selalu sedang berada di dalam studionya sampai tengah malam. Terkadang juga Aga mengabari baru sampai apartemen pagi buta.

Ayu sampai kasihan melihat Aga yang kantung mata di wajahnya sudah cukup menghitam. Tapi, Aga bilang, ia sangat suka dengan pekerjaannya, meskipun baru menjadi asisten produser.

Tentang wisuda Ayu pun, Aga tidak bisa menjanjikan akan datang. Ia hanya bilang di telfon, "Lihat nanti ya, Ay. Aku juga nggak tau dikasih cuti atau nggak. Kalau nggak bisa dateng, nanti aku usahain kita rayain berdua."

Dan sampai sekarang, Ayu tidak mendapat kabar apakah Aga akan hadir atau tidak. Sedangkan besok adalah wisudanya. Kemungkinan besar, Aga tidak akan datang.

"Sayang banget nih kalau nggak bisa hadir, kan kapan lagi Aga ketemu ayah lo yang galak." Canda Dhiska, Ayu meninju pelan lengannya dan ikut tergelak, "Ya udah gue pamit, kayaknya mami sama papi gue sebentar lagi sampe. Jangan lupa besok kita harus foto bertiga sama mbak Saras."

Ayu mengangguk dan menepuk bahu Dhiska. Mereka berpisah di lobby. Dhiska yang pergi ke tempat parkir dan Ayu yang kembali ke atas untuk ke kamar.

Ia memeriksa ponselnya, pesan terakhirnya dengan Aga adalah dua jam lalu dan belum dibalas oleh lelaki itu. Sekarang sudah biasa bagi Ayu tidak mendapat balasan pesan dari Aga selama enam jam atau lebih. Bahkan terkadang keesokannya baru dibalas. Aga memang sesibuk itu.

Lalu mereka akan berpuas-puas mengobrol selama berjam-jam lewat video call jika Aga sedang libur. Ayu juga akan membicarakan tentang apa saja. Ia bahkan sekarang menceritakan kejadian sepele seperti, tiba-tiba sabunnya habis saat mandi, wafer coklat yang biasa Ayu beli di minimarket habis, atau Ayu yang tidak sengaja menuangkan garam terlalu banyak saat mencoba resep yang diberikan mbak Saras.

Pokoknya ia tidak akan melewatkan cerita untuk Aga.

Ayu pergi ke balkon kamar hotelnya, dimana Dimas juga duduk di sebelahnya. Sedang menonton video di youtube.

Senyumnya langsung tersungging lebar begitu Aga baru membalas pesannya.

"Aga Arsi?" Dimas mengintip layar ponsel Ayu.

Ayu langsung menyembunyikan layar ponselnya dari jangkauan Dimas.

"Itu cowok yang kakak ceritain?" Tanya Dimas penasaran.

Ayu hanya mengangkat dua alisnya sambil membalas pesan dari Aga.

"Dia dateng ke wisuda kakak nggak?"

"Nggak tau, kayaknya nggak."

"Yah... Ngehindar ya nggak mau ketemu ayah?" Tuding Dimas.

"Dia masih sibuk kayaknya."

point of viewWhere stories live. Discover now