33 : Tentang Ibu

2.4K 293 71
                                    

Sebuah toko bunga yang terletak di pinggiran kota menjadi tujuan Johnny kali ini. Setelah dia memerintahkan beberapa orang suruhannya dia langsung bergegas pergi. Tentu sebelum itu Johnny mengurus Mahesa yang tiba-tiba harus masuk ke rumah sakit bersama anak sahabatnya. Baru ketika Tian datang dan dia bisa menitipkan Halim beserta Mahesa ke orang yang tepat, Johnny langsung meninggalkan rumah sakit. Dia sepenuhnya belum mengetahui apa yang terjadi hari ini selain dari penjelasan Yuan yang singkat di sambungan telfon tadi. Tama juga yang dia temui hanya menyuruhnya untuk mengikuti kemauan Yuan.

Mobil yang di kendarai Johnny sampai di tempat tujuan. Toko yang dia yakini semula rapih itu sekarang sudah hancur berantakan. Untung saja Yuan hanya meminta toko saja yang di hancurkan, sementara si pemilik dengan terpaksa harus di ringkus oleh anah buah Johnny. Dari luar dia bisa melihat Yudha yang sedang menyeruput kopi, untung saja Ayah Shidiq itu berada dekat dengan lokasi sehingga memudahkan Johnny mengeksekusi tempat tersebut.

"Ngopi terus, tipes lo."

Yudha hampir saja menyemburkan minumannya saat dia mendengar suara Johnny. "Lo enggak bisa salam apa gimana sih jadi orang? Kaget gue Bang moon maap nih."

Johnny terkekeh kemudian duduk di depan Yudha. "Lo udah tau hari ini ada apa? Gue enggak tau apa-apa tapi di suruh kesini."

"Simplenya Gladis sama orang-orang suruhan Oma lo ngepung sekolah, entah maksud tujuannya buat apa. Yang jelas pasti ngincer si Yuan kan ya? Kata anak gue tiba-tiba Gladis ada di basecamp nya anak-anak, dia ngasih tau beberapa foto yang isinya istri lo sesudah dan sebelum dibunuh. Kayaknya dia mau ngasih tau foto Ibunya Yuan supaya anak itu tau Ibunya udah enggak ada, cuma kata Shidiq yang diliat cuma Bundanya Halim doang."

"Ohh jadi anak itu milih kerja buat Bella dan malah melenceng dari rencana?"

"Iya, lo tau kan Mahesa di tusuk? Nah itu kerjaan dia. Kayaknya Bella ngasih duit yang gede makanya tuh anak mau-mau aja. Tanpa mikirin kalo dia sebenernya cuma di jadiin tumbal. Dan ya sekarang resikonya harus dia terima. Kita udah ngasih tau dari awal ke dia, gak ada yang suka pengkhianatan, eh dia malah melenceng."

"Pantes Tio ngasih tau katanya gue harus hati-hati sama itu anak, untung gue belum sepenuhnya percaya."

"Jadi abis ini lo mau ngapain Jo?"

Johnny hanya mengangkat bahunya acuh. Pod miliknya lebih menggoda daripada harus memikirkan apa pelajaran yang harus dia berikan untuk Gladis. Sementara Yudha hanya mendengus, percuma memang berbicara pada laki-laki yang sedang menahan amarahnya ini. Diamnya Johnny itu berarti petaka, Yudha sudah hafal di luar kepalanya sendiri. Ketika sahabatnya itu hanya diam dan fokus menyimak apa yang terjadi, berarti dikepalanya sedang tersusun rencana. Entah itu hanya rencana biasa atau rencana yang diluar nalar kepala, Yudha hanya berharap agar gadis yang sekarang sedang di tonton Johnny di layar tabnya selamat, mau bagaimanapun juga Johnny tidak pernah mentolerir sebuah pengkhianatan.

Layar tab yang di pangku Johnny menanyangkan sebuah rekaman cctv yang baru saja di kirim oleh Tama. Dia bisa melihat dengan jelas bagaimana Yuan dan anak-anak sahabatnya disana, termasuk saat Yuan menembak kaki Gladis. Johnny tersenyum miring, gadis itu hampir mencelakai Yuan dan membuat keponakannya terluka. Tentu dia tidak membiarkan hal ini terjadi. Pantas Yuan memintanya menghancurkan toko milik orang tua Gladis, rupanya gadis itu sedang bermain-main dengannya.

Pintu toko terbuka menyadarkan lamunan dua orang dewasa di dalam. Yudha hampir saja tersedak kopinya sendiri begitu dia melihat sang anak sedang menyeret Gladis yang sudah tidak berdaya dengan kaki yang mengeluarkan darah. Tadinya dia ingin bertepuk tangan lalu mengirim foto kepada istrinya untuk menunjukan betapa bangganya Yudha terhadap Shidiq. Tapi mengingat sang istri yang kadang masih sulit menerima Shidiq memiliki sifat seperti Ayahnya, Yudha mengurungkan niat tersebut, dia takut tidur di sofa nanti malam.

Johnny and His 2 Children || YangyangWhere stories live. Discover now