19 : Selamat Ulang Tahun Kak

2.8K 324 115
                                    

Mata elang milik Mahesa menatap tajam 2 orang dalam keadaan babak belur. Tadi saat dia bangun tidak ada siapa-siapa di dalam rumah, tapi halaman belakang terlihat ramai. Jadi dia menghampiri sumber keributan dan melihat Tama serta Unclenya ada di sana. Karena penasaran Mahes bertanya kenapa sepagi ini keadaan sudah ribut? Pelan-pelan Johnny menjelaskan apa yang terjadi semalam. Mahesa tersenyum miring kemudian berjongkok untuk melihat wajah pelaku yang berani-beraninya mencari gara-gara dengan cara sebodoh ini.

"Uncle mau bebasin 2 orang ini?" Mahesa beralih menatap Johnny.

"Iya, tapi enggak gratis."

"Maksudnya?"

"Informan, bukan itu yang kita butuhin?"

Mahesa mengangguk, tapi dia agak ragu apakah 2 orang ini benar-benar bisa di percaya atau tidak. Di jaman sekarang siapa yang berani membayar lebih bisa dengan mudah berkhianat pada apapun, jangankan pada orang yang tidak di kenal. Tuhan saja mereka khianati dengan mudah, kita yang manusia seperti ini kadang tidak punya kuasa untuk melawan.

"Apa jaminan yang bisa bikin kita percaya sama mereka?" Tanya Mahes.

"Nyawa." Johnny tersenyum miring kemudian berlalu dari hadapan 2 orang yang menatapnya ketakutan.

"Apa yang kalian sepakati?" Mahesa kembali berjongkok untuk bertanya. Dia rasa Johnny sekarang sedang mempunyai rencana tapi hanya segelintir orang yang mengetahuinya. "Apa yang lagi Uncle rencanain?"

Tidak ada jawaban yang dia terima selain tatapan datar. Mahesa menghela nafas, mereka sepertinya tidak akan membuka mulut. Entah apa rencana yang sedang Johnny susun Mahesa hanya berharap baik Yuan, Halim dan dia sendiri selalu dalam keadaan baik-baik saja. Dia tidak yakin kapan akhir dari balas dendam ini berakhir mengingat kedua macan sedang bertarung sekarang. Oma bukan manusia yang gampang menyerah sebelum keinginannya terwujud begitu juga dengan Johnny. Mahes hanya berharap tidak ada lagi korban dari pertikaian ini.

Setelah selesai melihat tamu Unclenya, Mahesa kembali masuk ke dalam rumah. Sementara 2 orang dalam keadaan babak belur itu sudah di urus oleh anak buah Tama. Di ruang Tv ada Halim yang sedang menonton bersama segelas susu dan beberapa lembar potong roti. Iseng karena tidak ada Yuan, Mahes mencomot roti dari atas paha Halim.

"YAAAA!!!" Halim berteriak marah. "Lo mah! Ambil sana di dapur bikin sendiri! Main comot-comot aja!"

"Males, enakan gini."

"Mata lo gue ampelas ya lama-lama. Balik sana ke apart lo, ngapain di sini menuh-menuhin rumah aja."

Bukannya tersinggung, Mahesa hanya tertawa. Dia sudah biasa mendapat ucapan pedas dari Halim. "Bentar lagi juga gue balik, mau kerja gue."

"Kerja?" Halim mengangkat alisnya.

"Ya tujuan gue dateng ke sini kan emang buat belajar bisnis."

"Tapi Daddy masih koloran tuh." Halim menunjuk Johnny yang sedang berkutat di dapur dengan dagunya.

"Enggak sama Uncle, gue mau kerja sama Om Yudha. Kata Uncle belajar dari lapangan dulu, kan dia hobby banget tuh turun-turun ke lapangan. Jadi yaa gitu deh."

"Yaudeh, semangat!"

Mahes kembali tertawa setelah Halim menepuk-nepuk bahunya kemudian berlalu untuk meminta roti lagi. Dari luar Halim itu memang terlihat cuek dan terkesan sembrono, tapi sebenarnya dia baik sekali. Meskipun sering kali mulutnya berkata pedas, tapi jauh dalam hatinya anak itu sebenarnya peduli dan mendukung diam-diam apa yang orang terdekatnya lakukan selama itu bukan perbuatan jahat. Jika perbuatannya melenceng maka jangan harap mendapat sedikit pun rasa kasihan darinya.

Johnny and His 2 Children || YangyangOnde histórias criam vida. Descubra agora