5 : Yuan Anak Papa

3.3K 379 58
                                    

Johnny kembali ke rumah sakit saat hari mulai petang. Di tangannya ada martabak pesanan Halim dan beberapa makanan untuk mereka selama menjaga Yuan. Dia juga membawa beberapa map dan tab yang berisi pekerjaannya, mau bagaimanapun juga dia tetap harus bekerja untuk mencukupi segala kebutuhan keluarga. Meskipun Halim selalu bilang dia bernafas saja sudah menghasilkan uang, Johnny tidak mau terlalu mengandalkan uang untuk hal apapun. Halim dan Yuan meskipun sejak kecil tidak pernah kekurangan materi, tapi Johnny selalu mengajarkan mereka agar bisa memanage uang dengan baik karena uang tidak akan selalu membantu manusia jika ada sesuatu yang terjadi.

Ruang rawat Yuan terasa sepi saat Johnny masuk ke dalam. Rupanya Halim sudah tidur pulas di sofa. Dia meletakkan barang bawaannya di atas meja kemudian menghampiri Yuan. Anak itu malah sudah duduk di atas ranjang saat Johnny membuka pintu. Yuan yang melihat Johnny datang sudah membuat gestur untuk tidak berisik karena Halim sedang tidur nyenyak.

"Kok enggak tidur?". Tanya Johnny.

"Aku baru bangun, tadi tidur lama".

"Kata Dimas tadi kamu gatel-gatel sekarang masih?".

Yuan mendengus dalam hati, percuma saja tadi dia membohongi Papa jika akhirnya dia akan tau juga. "Masih, tapi tadi udah di kasih obat sama Om Dimas. Awalnya nunggu Papa dulu tapi karena lama jadi Om Dimas yang tebus obat ke apotek".

"Maaf ya tadi Papa lama".

"Enggak apa-apa Papa, aku juga kan tadi tidur". Yuan tersenyum. "Papa.. jangan apa-apain Oma ya?". Ucapnya tiba-tiba.

Inginnya Johnny menjawab tidak karena memang dia sudah berniat akan pergi ke rumah Oma besok bersama orang tuanya. Tapi dia juga harus memikirkan beberapa resiko yang akan terjadi nanti, karena yang akan menganggung akibatnya adalah Yuan bukan dirinya ataupun Halim.

"Iya, Papa enggak akan ngapa-ngapain kok. Tapi kalo kamu sakit tolong bilang sama Papa ya? Yuan enggak pernah ngerepotin Papa atau Kakak, justru dengan kamu mau jujur sama kita setidaknya kita tau apa yang harus dilakukan. Kalo kamu enggak mau jujur kita kadang bingung harus gimana. Papa sayang sama Yuan, orang diluar sana mau bilang apa Papa enggak pernah peduli, Yuan selamanya akan selalu jadi anak Papa".

Yuan tidak bisa menjawab apapun selain menundukan kepala, rasanya terlalu senang jika Papa sudah berkata bahwa dia sayang padanya, dia anak Papa, dia adik Halim dan dia adalah bagian dari keluarga. Tapi Yuan takut jika dia bahagia kebahagiaan itu akan hilang suatu hari nanti. Jika suatu hari nanti Johnny dan Halim pergi dari hidupnya, Yuan harus kemana? Dia tidak mengenal siapapun selain keluarga Johnny.

"Hei, kok diem? Papa ada salah bicara?".

"Papa sayang sama Yuan?". Johnny mengangguk yakin. "Yuan juga sayang Papa, sayang sekali. Jangan pergi ya Papa? Nanti Yuan sama siapa? Papa enggak pergi kan?".

Johnny merengkuh putra bungsunya ke dalam pelukan. "Enggak akan ada yang pergi Yuan. Papa janji seumur hidup Papa akan selalu jaga kamu dan Halim".

Air mata Johnny menetes saat dia mendengar isakan yang keluar dari Yuan. Meskipun Yuan tidak secara gamblang menunjukan perasaannya, tapi Johnny sudah cukup paham apa yang di rasakan anaknya. Johnny juga mengerti jika Yuan pasti lelah dengan alur hidup yang harus dia jalani. Setiap hari mendapat kata-kata makian dan di ganggu oleh orang lain siapa yang tidak lelah? Padahal jika mereka mau mengerti sedikit saja, permasalahan ini sama sekali bukan salahnya.

"Yuan, janji sama Papa kalo kamu cape bilang sama Papa ya? Papa pasti bantu kamu buat istirahat. Tapi jangan pernah nyerah buat selalu hidup oke? Yuan masih punya Papa, ada Kakak, ada Nenek dan Kakek, ada sahabat kamu, teman-teman Papa juga. Mereka masih mau liat kamu hidup, tolong jangan menyerah ya? Papa enggak bisa kalo enggak ada kamu".

Johnny and His 2 Children || YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang