15 : Mr.Jo

2.6K 325 47
                                    

Setelah mendapat perawatan selama beberapa hari, Yuan sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Pagi ini juga dia sudah rapih memakai seragam sekolahnya. Meskipun kata Dimas jika Yuan masih merasa tidak siap bertemu dengan orang-orang dia bisa beristirahat dulu selama beberapa hari. Untuk masalah berkonsultasi ke psikolog Yuan menolak, dia merasa masih bisa mengendalikan emosinya sendiri dan apa yang dia rasakan. Jika suatu hari nanti dia merasa kondisinya tidak membaik, Yuan berjanji akan langsung mengatakannya pada Johnny. Sejauh ini Dimas hanya menyarankan untuk bersikap seperti biasa dan jika merasakan hal yang aneh dia harus segera memberi tau orang lain.

Pintu kamar Yuan terbuka, Halim yang sudah sama-sama rapih dengan seragamnya menekuk wajah kesal. Dia tidak mengizinkan adiknya pergi ke sekolah hari ini, tapi kata Johnny Yuan sendiri yang meminta untuk berangkat sekolah. Alasan Yuan lebih memilih pergi dibanding beristirahat dirumah adalah dia merasa tidak bisa selamanya hidup dalam ketakutan. Kalaupun di sekolah nanti dia kembali di ganggu Yuan akan berusaha mengabaikan mereka. Yuan hanya akan mendengar nasihat dari Dimas, kesehatan mentalnya jauh lebih penting dari pada omong kosong orang-orang.

"Kenapa sih? Masih pagi udah manyun aja".

Halim mendengus kemudian duduk di kursi meja belajar Yuan. "Kamu mending istirahat dulu Yu, ngapain ke sekolah coba? Gak penting banget".

"Dari mananya enggak penting? Aku udah enggak apa-apa, kan kata Om Dimas boleh dicoba asal pelan-pelan. Kakak mau kalo aku terus-terusan takut dan enggak keluar rumah? Nanti aku gila mau?".

"Mulutnya!". Halim memukul bibir Yuan. "Tapi janji kalo ada apa-apa langsung bilang".

"Iya janji, kan Bagas udah enggak ada juga".

"Ayo turun, Daddy udah bawel di meja makan".

Dua anak remaja itu segera turun sebelum Johnny kembali berteriak, bukan apa-apa suara Ayah mereka jika teriak menggelegar seperti bass, Yuan kadang ngeri sendiri.

Hari pertama sekolah tanpa adanya Bagas, sedikit membuat Yuan tenang. Jika biasanya setiap pagi ada saja yang menganggunya kali ini hanya ada beberapa siswa yang hanya membicaraka Yuan secara terang-terangan. Mereka selalu menyingkir setiap kali Yuan berjalan mendekat. Dari obrolan mereka sih katanya jangan pernah dekati Yuan jika nasib kamu tidak ingin seperti Bagas. Meskipun ada untungnya tapi rasanya aneh untuk Yuan, dia seperti kuman yang tidak boleh di dekati barang 1 meter pun. Tapi kali ini dia memilih mengangkat bahunya cuek, earphonenya seperti biasa sudah terpasang di telinga. Dia hanya tinggal mengabaikan perkataan orang-orang seperti yang dikatakan Halim sebelum mereka berangkat sekolah tadi.

Dari lantai 2 kolidor kelasnya, Yuan bisa melihat Mahesa yang hari ini pindah ke sekolahnya, dia sedang bersama Papa untuk menemui kepala sekolah. Satu sekolah langsung heboh saat mengetahui salah satu anak dari keluarga Cakrawala ada di sekolah ini. Termasuk kepala sekolahnya, jika Mahesa ada disini otomatis donator tetap untuk sekolah akan bertambah. Itu artinya posisi perusahaan Oma sebagai donatur utama bisa tergeser. Jika Ayah Mahesa berinvestasi di persuahaan Johnny dengan tujuan untuk menjadi donatur sekolah, maka perushaan Oma bisa turun dan tidak lagi sebagai donatur utama. Begitu juga sebaliknya jika perusahaan Johnny berinvestasi di perusahaan milik keluarga Cakrawala.

'Dari jauh aja ngeliat Papa sama Abang udah kecium wangi uang'. Batin Yesha sebelum dia masuk ke dalam kelas.

Pelajaran pagi ini berjalan seperti biasa, Yesha sedang fokus mencatat bagian penting yang di terangkan oleh Gurunya di depan menggunakan iPad yang kemarin dihadiahkan oleh Mahesa untuknya. Dia bilang sebagai hadiah pertemuan, tapi rasanya ini terlalu gila jika di anggap sebuah hadiah. Omong-omong disekolah Yuan semua pembelajaran sudah berbasis teknologi, meskipun masih ada beberapa buku sumber tapi itu tidak di jadikan sebagai bahan ajaran yang utama. Guru-guru disana lebih suka memberikan sumber dari internet atau berbasis video interaktif. 

Johnny and His 2 Children || YangyangOnde histórias criam vida. Descubra agora