26 : Ada Apa Dengan Yuan

1.9K 267 101
                                    

Kata Papa, jika kita terus menerus menghela nafas dan merasa kesal kepada orang lain tanpa sebab itu adalah perbuatan yang tidak boleh di lakukan. Yuan tidak tau kalimat itu benar adanya atau hanya bualan Papa karena dia dulu sering sekali menghela nafas sampai dia lupa untuk menghembuskannya. Konyol memang tapi Yuan menyukai saat-saat dimana dia hanya menghela nafas dan melamun, seperti dia bisa mengembalikan energi yang sudah hilang. Bedanya kali ini dia menghela nafas bukan tanpa sebab, sejak Kakak pulang entah dari mana dia menjadi aneh, aneh sekali sampai tadi Yuan berdoa karena khawatir ada hantu yang menempel di tubuh Kakak.

Tangan Halim masih melingkar di pundak Yuan belum kakinya melilit kaki sang adik. Johnny yang semula akan ikut menonton bersama anak-anaknya terpaksa harus mengungsi di bawah karena hampir semua kursi di dominasi oleh Halim. Dia sendiri tidak mengerti kenapa putranya bertingkah seolah Yuan akan lenyap jika dia lepaskan. Beberapa kali Yuan meminta tolong padanya agar di jauhkan dari Halim tapi apa daya Johnny tidak punya keberanian melawan Halim jika sudah menyangkut Yuan.

"Aku mau ke toilet Kakkk..." Yuan merengek, "Sebentar aja."

"Kakak anter ya?"

"Papa anaknya nih ih kayak ketempelan apa deh dia aku takut."

Johnny menarik Halim menjauh meskipun posisinya tidak berubah sedikitpun, lama-lama dia merasa kasihan saat melihat Yuan yang merengek. "Kak di lepasin dulu sebentar ya ampun kasian itu adeknya."

"Gak mau!"

"Kak dia cuma ke wc aja."

Halim menggeleng. "Gak mau!"

"Aku pipis disini yaaa! Kakak bersihin nanti mau hah? Aku mau pipis Kak!!"

Jengah melihat kelakuan anak sulungnya yang sedang aneh entah karena apa, Johnny berdiri kemudian mengangkat Halim seperti karung. Merasa Kakaknya sudah di amankan, Yuan segera berlari kemudian menutup pintu toilet. Dia benar-benar tidak tau kenapa Halim bertingkah aneh sekarang, padahal tadi saat pulang sekolah juga dia masih bersikap seperti biasa.

"Kamu tuh kenapa sih Kak?" Johnny bertanya begitu dia menurunkan Halim.

"Gak apa-apa."

"Idih? PMS kamu?"

"Daddy nanti aku mau ngomong sesuatu, tapi tunggu adek tidur dulu ya?"

"Mau ngomong apa?"

"Kan nanti, nanti aja. Sekarang aku mau nyusul Yuan!"

Halim melompat dari sofa kemudian menggedor pintu kamar mandi. Jika tidak ingat yang sedang bertingkah itu adalah anaknya, Johnny rela menukar dia dengan apapun. Lama-lama dia bisa penuaan dini jika terus di hadapkan 2 orang anak yang luar biasa membuat kepalanya pening. Sekarang Halim merengek tidak jelas di luar kamar mandi, sedangkan Yuan enggan membuka pintu jika Kakak terus mengurungnya seperti tadi. Johnny khawatir pintu akan rusak jika terus di mainkan oleh anak-anaknya.

"YUAN!!! HALIM!!! BERENTI MAININ PINTU ATAU PAPA CARI IBU TIRI BUAT KALIAN!"

"PAPA!!!"

"APA-APAAN?" Halim langsung berbalik kemudian menatap Johnny tajam, "Coba ngomong sekali lagi, gimana?"

Tidak mau ketinggalan untuk memastikan ucapan Johnny, Yuan berlari dari kamar mandi. Matanya menatap Johnny dengan pandangan sendu, dia selalu takut jika Papa sudah berkata akan mencari Ibu baru untuk mereka.

"Makanya jangan ribut terus, mau Daddy cari istri hah? Biar kalian di marahin Ibu tiri nanti."

"Papa kok gitu?" Yuan mencebikan bibir, "Papa enggak sayang Yuan ya?"

"Bener-bener nih orang tua satu ya!" Halim mendelik, "Udah jangan di dengerin. Nanti kalo Daddy nyari istri, kita nyari Daddy baru juga."

"Makanya kalian jangan ribut, luka kamu juga belum sembuh bener Yuan, jangan bertingkah dulu."

Johnny and His 2 Children || YangyangWhere stories live. Discover now